Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berubah
"Revan, kamu mau kemana?" Tanya Anne.
"Keluar dulu sebentar." Sahut Revan tanpa menghentikan langkahnya.
"Revan, tunggu dulu!"
Revan menghentikan langkahnya tanpa berbalik, berisik sekali wanita itu, kenapa harus menghalanginya seperti ini. Anne berdiri di hadapan Revan, sudah malam seperti ini kemana Revan akan pergi.
"Apa?" Tanya Revan tak suka.
"Kamu mau kemana, ini sudah malam."
"Bukan urusan mu!"
Revan melanjutkan langkahnya meninggalkan rumahnya, tak perduli meski mamanya berusaha menghalanginya. Revan hanya ingin pergi sekarang, jadi sebaiknya jangan ada yang menghalanginya atau Revan akan murka.
Anne hanya bisa mengusap dadanya, menyabarkan dirinya yang masih harus menghadapi sikap Revan yang buruk itu. Tak berselang lama tampak Evan menghampiri, suaminya itu mengusap punggungnya lembut, Evan sadar dengan hubungan yang tak kunjung membaik itu.
"Mama harus bagaimana lagi, sampai kapan Revan akan seperti itu?"
"Sabar, jika saatnya nanti Revan pasti akan baik sama kamu. Biarkan dulu, jangan dipaksa atau akan semakin susah nantinya."
Evan membawa Anne kembali memasuki rumah, kemana pun Revan pergi lelaki itu akan tetap kembali ke rumah. Meski jamnya yang mungkin tidak normal, Evan tidak perlu khawatir karena ia tahu Revan tidak akan macam-macam.
Sepanjang jalan Revan terus saja terngiang penjelasan Nabilla tentang ulah Kia, sulit sekali untuk melupakan itu bahkan meski Revan sudah berusaha keras. Singkat Revan memukul stir mobilnya, menginjak pedal gasnya hingga mobil itu melaju kencang melebihi standart kecepatan.
*
Malam ini, Nabilla dan Erik masih berjaga di Rumah Sakit, keduanya memilih berjaga agar orang tua mereka bisa istirahat. Teman Erik pun sudah pergi termasuk juga Tyas, mereka mengaku akan kembali lagi besok untuk menemui Salsa.
Sejak dinyatakan boleh ditemui, Nabilla belum bisa menemui Salsa karena entah kenapa wanita itu menolak ditemui oleh Nabilla. Sikap itu membuat Nabilla jadi tidak tenang, rasanya Salsa marah padanya karena kejadian tak sengaja itu.
"Kamu mau masuk lagi?" Tanya Erik.
"Kak Salsa pasti sudah tidur."
"Dengan begitu kamu bisa masuk, kamu bisa lihat kondisinya langsung."
Sesaat Nabilla menatap Erik, mungkin itu benar, Salsa tidak akan mengusirnya lagi jika sedang tertidur. Erik mengangguk dan bangkit lebih dulu, tidak ada salahnya mencoba, Erik juga penasaran kenapa Salsa menolak untuk bertemu dengan Nabilla.
Keduanya masuk dengan hati-hati, tak mau mengusik Salsa yang mungkin sudah tertidur. Namun lihatlah, ketika pintu terbuka yang dilihat Erik dan Nabilla adalah Salsa yang sedang duduk melamun.
"Coba dulu." Bisik Erik.
Keduanya perlahan mendekat, yang pertama dilihat Nabilla adalah air mata Salsa, kakaknya itu pasti menderita sekali sekarang. Wanita itu tidak bisa berbaring karena sakit dipunggungnya, tidak leluasa juga bergerak karena luka itu.
"Kak."
"Siapa wanita itu, sejak kapan kamu punya musuh. Seperti ini kehidupan nu di Kota, membahayakan keselamatan?" Cecar Salsa.
"Kak, dia-"
"Kejadian ini tidak lepas dari kesalahan ku juga." Sela Erik.
Akhirnya Salsa mau menoleh dan menatap keduanya bergantian, mata itu sudah sangat bengkak karena Salsa tak hentinya menangis sejak tadi. Salsa menyesal telah ikut bersama orang tuanya, sekarang ia justru tak berdaya di ranjang rawat Rumah Sakit.
"Kia adalah anak teman Mama ku, dulu Mama kami sempat bercandaan untuk menjodohkan kami. Kia terlalu menganggap itu serius, sedangkan aku tidak bisa dengan candaan itu, dan sampai sekarang Kia masih berusaha untuk bisa bersama ku."
Sorot mata Salsa berubah setelah mendengar penjelasan dari Erik, kini sudah jelas jika pemikiran Salsa adalah kesalahan. Memang sangat tidak mungkin seorang Nabilla memiliki musuh, Salsa tahu seperti apa adiknya itu dia tidak mungkin membuat orang lain membencinya.
"Kak."
"Batalkan pernikahannya!" Titah Salsa tanpa ragu.
Kalimat itu sontak saja membuat Erik dan Nabilla terkejut, sesaat mereka saling lirik tak percaya jika Salsa akan mengatakan hal semacam itu. Pernikahan yang hanya tinggal menghitung hari itu kini harus dibatalkan, bagaimana bisa seperti itu sedangkan Nabilla sudah memutuskan akan menerima Erik dan semua niat baiknya.
"Kak."
"Batalkan!"
"Aku tidak akan melakukan itu, aku akan tetap menikahi Nabilla!" Tegas Erik.
"Kau akan membuat adik ku menderita?"
Erik memicing mencoba menerka kemana arah bicara Salsa saat ini, kenapa Erik akan membuat Nabilla menderita, rasanya Erik tidak mampu untuk berpikir seperti itu. Pernikahan yang dilakukannya karena ketulusan, Erik memang memilih Nabilla untuk teman hidupnya, lalu bagaimana Erik berniat membuat Nabilla menderita.
"Batalkan, aku gak mau tahu. Kalian tidak boleh menikah!"
"Kenapa Kak, Kakak kemarin sudah setuju, aku juga sudah belikan apa yang jadi syarat dari Kakak. Iya memang aku belum beli motornya, tapi bukan berarti Kakak harus batalkan pernikahannya."
"Kamu pikir aku gak mampu beli motor sendiri Nabilla?"
"Aku bisa membeli apa yang aku mau tanpa meminta padamu, dengar baik-baik kamu sudah tahu ada wanita lain yang menginginkan lelaki ini. Harusnya kamu lepaskan dia sebelum kamu yang terluka sendiri, wanita itu akan terus mengganggu dan bahkan terus berusaha mencelakaimu jika kalian terus bersama!"
Nabilla diam, ia jadi teringat dengan ucapan Ferni jika Kia akan jadi satu-satunya sumber masalah dalam hubungan Nabilla dan Erik. Sekarang ditambah dengan ucapan Salsa yang sama artinya dengan ucapan Ferni, apa akan seburuk itu kenyataannya nanti, apa Erik bisa melindunginya dari Kia atau siapa pun juga yang berniat jahat.
"Jika pengganggu itu berhasil, maka pada akhirnya kamu sendiri yang akan ditinggalkan. Jangan masukan dirimu pada masalah yang belum tentu sanggup kamu hadapi, mundur Nabilla, berhenti sebelum terlalu jauh. Batalkan pernikahannya!"
"Aku akan tetap menikahi Nabilla, dengan atau tanpa restu dirimu. Yang aku butuhkan hanya restu orang tua, jadi jangan mencoba mencuci otak Nabilla untuk menuruti keinginan mu!"
"Jangan kurang ajar kamu!" Bentak Salsa.
Nabilla mengangkat tangannya, meminta keduanya untuk diam dan lebih tenang lagi. Kenapa mereka jadi ribut seperti ini, Nabilla tak habis pikir kenapa Salsa jadi bisa berpikir sejauh itu, bahkan Nabilla pun tak sempat memikirkan itu.
Sesaat Erik berpaling lantas menarik pergi Nabilla, tapi Salsa menahannya, sedikit pun Salsa tidak lagi rela adiknya dinikahi Erik. Dengan menahan rasa sakitnya, Salsa menarik kuat Nabilla hingga lepas dari tahanan Erik.
"Pergi saja sendiri, jangan bawa Nabilla."
"Kak, sudahlah jangan seperti ini!"
"Diam kamu, aku bisa membuat Babak sama Ibu setuju dengan keputusan ku. Jangan macam-macam kamu!"
Nabilla melirik Erik dan memintanya agar pergi saja, meski sempat menolak tapi pada akhirnya Erik pergi juga dari ruangan tersebut. Kepergian Erik membawa segudang amarah, kedua tangannya mengepal kuat ketika emosinya mendadak memuncak.
"Kia." Gumam Erik dengan mata yang memerah tanda pancaran kemarahannya.
Erik berlalu pergi tak lagi mengingat Nabilla, ia akan menemui wanita pembawa sial itu malam ini. Erik akan buat perhitungan dengan wanita itu, berani sekali karena sudah merusak rencana pernikahannya seperti ini.
"Kak, tolong jangan seperti ini. Apa yang Kakak pikirkan belum tentu akan terjadi."
"Belum tentu kamu bilang, jangan sok tahu kamu. Kamu lupa dengan apa yang terjadi padaku, kamu lupa jika lelaki itu meninggalkan ku untuk wanita murahan itu, kamu lupa awalnya seperti apa?"
"Erik bukan Firman yang juga lelaki murahan, Kak. Jangan samakan mereka, harusnya Kakak tidak bersikap seperti ini, harusnya Kakak bisa sedikit menghargai Erik."
Plak....
Ringan sekali tangan Salsa menampar pipi mulus adiknya sendiri, ini kali pertama Salsa berlaku sekasar itu padanya. Mereka memang biasa saling pukul tapi itu hanya bercandaan bukan karena hal serius, tapi sekarang apa yang terjadi pada keduanya.
"Kak-"
"Aku bilang diam!"
"Aku gak akan diam Kak, aku bukan Kakak dan Erik bukan Firman, satu lagi Kak, Kia bukan Mala. Semua berbeda, cerita kita akan berbeda Kak, jadi jangan berlagak Kakak paling tahu segala apa yang akan terjadi pada kehidupan aku dan Erik hanya karena pengalaman buruk Kakak!"
Plak....
Tamparan kedua itu berhasil Nabilla dapatkan, kali ini tamparan itu mendatangkan tetesan air mata dikedua pipi Nabilla. Salsa jahat sekali padanya sekarang, Salsa egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri.
Nabilla mengangguk dan tersenyum tipis, perlakuan ini tidak akan Nabilla lupakan sampai kapan pun. Salsa sudah berani menyakitinya seperti sekarang, Salsa juga terlalu jauh mengatur hidupnya seperti sekarang.
"Terimakasih, Kak." Ucap Nabilla yang kemudian berlalu pergi.
"Nabilla!" Jerit Salsa prustasi.