NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 15.

Fany's pov.

Sean sialan, Sean bajingan. Siapa yang peduli dia akan pulang atau tidak. Lebih bagus kalau dia tidak akan pernah pulang lagi. Bisa - bisanya ia menyudutkan ku seperti itu. Tapi melihat dari ucapannya, seperti bukan Sean yang biasanya.

Ah sudahlah, biarkan saja jika ia tidak ingin pulang. Aku bisa pulang sendiri. Lagipula siapa juga yang mau memperhatikan dia. Mau sakit kek, mati kek, apa peduli ku? Tugasku hanya melayaninya sebagai istrinya. Itupun jika aku mau. Dan bodohnya kenapa aku mau saja merawatnya padahal aku ingin sekali berpisah darinya.

Jangan pikirkan itu dulu! Lebih baik aku menunggu sopir taksi langganan ku di depan kantor. Lagipula memikirkan Sean tidak akan ada habisnya. Untuk rencana perceraian, mungkin aku akan melakukannya setelah Sean merasa lebih baik dari saat ini. Aku tahu pekerjaan Sean saat ini sangat membutuhkan konsentrasi penuh dan akan membuat masalah jika sampai aku menggugat Sean dalam keadaan seperti ini. Hey, ini bukan aku sengaja mengulur waktu supaya tidak segera pisah dengannya ya. Aku sangat ingin cepat keluar dari hidup Sean.

Duapuluh menit sudah aku menunggu sopir taksi yang tidak kunjung datang. Biasanya ia akan datang hanya dalam waktu sepuluh menit saja. Apa yang sedang terjadi? Apa mungkin dia menerima order dari orang lain?

Belum sempat aku mencari layanan taksi online di ponselku, mendadak seseorang merebut ponselku dengan paksa.

"Hey kembalikan!" Teriakku setelah sadar bahwa aku baru saja menjadi korban jambret. Aku berlari mengejarnya. Walau bagaimana pun juga orang-orang seperti itu harus diberi pelajaran agar tidak sembarangan bertindak, masih bagus jika korbannya adalah orang kaya, bagaimana jika orang susah?

Pria itu berlari cukup jauh, akupun yang mengejarnya sampai hampir kehabisan nafas dibuatnya. Sampai di sebuah gang buntu, aku akhirnya berhasil membuatnya terpojok di sudut tembok.

"Huh, mau kabur kemana lagi? Buruan balikin HP ku! Kamu ini masih muda. Tidak baik merampas barang milik orang lain seperti itu." Ucapku memperingati, jika diperhatikan pria itu belum terlalu tua, dan juga belum dewasa. Jika ku perkirakan usianya masih belasan tahun.

"Kau pikir kau siapa mau menasehatiku?" Sinis anak itu.

"Ya ampun, baiklah aku tidak akan menasehatimu. Cepat kembalikan ponselku!" Ucapku lagi. Yang terpenting saat ini adalah hpku. Bukan omelan-omelanku yang tidak akan berguna untuk anak itu.

"Tidak semudah itu." Ujarnya.

"Apanya yang tidak mudah. Kau hanya tinggal memberikannya padaku. " Kataku mulai geram dengan sikap anak berandalan itu.

"Serahkan dulu semua barang berharga milikmu!" Ucapnya sambil menodongkan pisau padaku. Sial! Kenapa sebelumnya aku tidak terpikirkan bahwa dia adalah penjambret? Selain memiliki kemampuan berlari dan kabur, tentu saja ia akan membawa senjata, kan? Sekarang aku harus bagaimana? Apa aku harus mati konyol gara-gara kecerobohan ku disini?

"Tenang! Tenang dulu! Baiklah kau boleh ambil hpku. Aku pergi sekarang." Jawabku sambil mundur perlahan. Tapi, baru beberapa langkah saja, punggungku menabrak sesuatu yang cukup kuat. Jika dirasakan, itu adalah tubuh seseorang. Aku maju selangkah dan berbalik. Pria dengan wajah yang lebih Seram daripada Sean tengah menatapku dengan seringaian nakalnya. Sialan, aku benar-benar berada di dalam masalah besar. Sekarang apa yang bisa kulakukan? Teriak minta tolong? Hey ini bukan film superhero yang bisa mendatangkan penyelamat hebat dalam sekejap hanya dengan berteriak. Yang ada aku akan habis duluan sebelum seseorang yang malang datang menyelamatkanku. .

"Kalian mau apa?" Tanyaku terbata sambil melangkah mundur sehingga membuatku lebih dekat dengan anak berandalan tadi, dan otomatis posisiku semakin terjepit dan sulit untuk pergi dari mata bahaya ini.

"Ayah, perempuan ini berani menasehatiku dan ingin mengambil barang yang sudah jadi milikku." Adu anak berandalan di belakangku itu. Jadi mereka adalah ayah dan anak? Pantas saja kelakuan mereka sama saja.

Sama-sama buruk dan berandalan.

"Begitu ya! Masih ingin mengambil milik anakku?" Tanya bapak tua menyeramkan itu.

"Ti-tidak. Kumohon biarkan aku pergi!" Ucapku semakin gugup dan tidak tahu harus berbuat apa agar terhindar dari hal buruk yang mungkin akan segera terjadi.

"Tidak semudah itu, cantik! Kau harus melayaniku dulu! Anakku sudah enam belas tahun sendirian. Sekarang ia membutuhkan seorang adik untuk diajak bermain. Bagaimana jika kita membuatnya terlebih dulu." Oh Tuhan, kenapa semua ini jadi semenakutkan ini? Jika boleh memilih, aku lebih memilih memberikan tubuhku pada Sean yang sudah jelas statusnya dibandingkan dengan orang ini. Tapi, apa yang bisa aku perbuat sekarang? Tidak ada siapapun di sini selain kami bertiga dan sepertinya aku tidak punya jalan keluar sama sekali.

"Aaaaa." Pekikku begitu si tua bangka itu menangkap tubuhku dan menciumi leherku dengan sangat brutal. .

"Lepaskan!" Ujarku sambil menendang bagian selangkangannya hingga ia melepaskanku dan mengaduh. Ini adalah kesempatan bagus untuk kabur. Aku berlari sekuat tenaga tapi, anak si bajingan itu menghadangku dengan seringaian liciknya, hingga kemudian aku kembali tertangkap dan tidak bisa mengelak lagi.

Kurasakan punggungku sakit saat pria bajingan itu mendorongku hingga terjerembab ke tanah. Tidak hanya itu, ia juga menindih ku dan merobek apapun yang ada di tubuhku. Kurasakan cengkeraman kuat di kedua pergelangan lenganku, ternyata itu adalah ulah anak tadi.

"Bagus! Setelah aku selesai, akan tiba giliranmu!" Ujar si bajingan gila tidak tahu diri itu.

"Kalian bajingan. Lepaskan aku!" Ucapku penuh kekesalan. Aku sungguh ingin menguliti mereka hidup - hidup jika sampai ia berani melakukannya padaku. Tapi apa yang kudapat? Pria itu justru kembali mencium setiap jengkal kulitku hingga mungkin akan meninggalkan bekas kemerahan. Aku terus meronta hingga kembali berhasil menendang benda keramat miliknya.

"Brengsek!" Umpat nya disertai tamparan keras di pipiku yang membuatku perlahan tidak bisa merasakan apa-apa selain rasa sakit di sekujur tubuhku yang sebentar lagi, ya sebentar lagi akan ternodai oleh pria bajingan ini. Sean maafkan aku! Mungkin ini adalah karna ku.

........

Aku membuka mataku dengan sangat berat. Hal yang pertama kali kulihat adalah tubuhku yang terekspos tanpa sehelai benang pun ditambah dengan bercak darah di bawah kewanitaan ku, itu adalah darah keperawanan ku yang telah diambil oleh bajingan gila tadi. Dan aku berusaha bangkit untuk mencari apapun yang mungkin bisa kugunakan untuk menutupi tubuhku. Tapi, yang kudapat justru tubuh Sean yang bersimpah darah tidak jauh dari tempatku saat ini. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada Sean? Kenapa dia ada di sini?

Ya Tuhan, apa yang sebenarnya sudah terjadi? Sean terbujur di sana dengan pisau yang masih tertanam sebagian di perutnya. Sedangkan darah yang masih segar tidak berhenti mengalir dari tubuhnya. Dengan menahan rasa nyeri dan sakit di sekujur tubuhku, aku berusaha bangkit untuk menghampiri Sean. Saat tubuhku berhasil mencapai tubuh Sean, aku berusaha mencari gerakan - gerakan kecil yang mungkin masih bisa Sean lakukan. Tapi, tidak ada. Detak jantung dan juga nafasnya sudah tidak ada lagi, tubuhnya dingin sedingin es. Sean sudah tidak bernyawa lagi? Semua ini gara-gara aku? Kecerobohan ku.

"Sean!"

Aku terbangun terengah-engah untuk entah keberapa kalinya aku merasa seperti ini. Terbangun dengan keadaan yang berbeda. Jika sebelumnya aku melihat Sean terbaring tanpa nyawa di hadapanmu, kini aku tidak menemukan apa-apa lagi selain diriku sendiri yang sudah ada di atas ranjang kamarku di apartemen Sean. Apa ini berarti apa yang kulihat tadi hanya sebuah mimpi? Jika itu nyata, aku tidak mungkin berada disini lagi kan?

Aku mencoba melihat diriku sendiri, berharap hal yang memalukan itu juga sebuah mimpi. Kemeja kerjaku dan rok pensil yang kupakai tadi sudah berubah menjadi baju tidurku. Siapa yang menggantinya? Apa itu Sean? Ah itu tidak terlalu penting. Yang terpenting sekarang adalah melihat keadaan tubuhku sekarang.

Aku mencoba melihat tubuhku sendiri dengan menyingkap baju atasan ku. Matilah aku karena ternyata kejadian itu bukanlah sekedar mimpi. Hampir setiap inci tubuhku di penuhi dengan tanda kemerahan. Aku sudah kotor, aku hina sekarang. Ya Tuhan apa yang harus kulakukan sekarang.

Suara langkah kaki Sean terdengar dari luar, aku segera menatap ke arah pintu. Berharap bahwa yang akan datang benar Sean. Dengan arti bahwa pria itu baik-baik saja sampai saat ini.

Benar, itu adalah Sean. Ia langsung menutup pintu setelah ia masuk ke dalam kamar ini. Syukurlah, dari yang kulihat, dia tampak baik-baik saja.

"Sean." Lirihku. Tanpa menjawab, ia menoleh menatapku seakan tatapan itu mengisyaratkan bahwa ia sedang bertanya "ada apa?".

" Apa yang terjadi?" Tanyaku. Dia berjalan mendekat dan duduk di sisi lain tempat tidur sambil menatap jendela kamar kami.

"Tidak tahu." Jawabnya. Mana mungkin ia bisa mengatakan hal itu jika ia sendiri yang membawaku pulang? "Aku menemukanmu pingsan di jalanan." Lanjutnya. Tidak mungkin. Ini jelas tidak mungkin. Aku ingat benar jika mereka melakukan hal keji itu di sebuah gang. Mana mungkin aku berjalan sendiri dengan tidak sadar bisa sampai ke jalanan. Kecuali jika mereka yang membawaku ke sana.

"Tidak mungkin, Sean. Aku ingat terakhir kali aku berada dimana." Ucapku mengelak.

"Lupakan saja! Sebaiknya jangan membahas hal ini lagi." Ucapnya.

"Sean"

"Lupakan saja, Fan! Lupakan!" Ucapnya lagi penuh penekanan. Ia pun beranjak pergi dan meninggalkanku lagi dengan kesepian yang kembali melanda ku.

Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang? Jika dilihat dari ekspresinya, Sean mungkin sedang kecewa padaku. Apa kedua orang biadab itu benar-benar sudah menyetubuhiku? Bagaimana aku menjelaskannya pada Sean jika benar ia menemukanku di jalanan? Tuhan, berikan aku kesempatan kedua untuk memperbaiki diri. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa jika ternyata apa yang dikatakan Sean adalah kebohongan, aku bersedia memberikan diriku pada Sean. Tapi jika apa yang dikatakan Sean adalah jujur, aku mohon buat Sean untuk melepaskanku dengan cepat.

.......

Bersambung....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!