NovelToon NovelToon
Tumbal Di Ranjang CEO DINGIN

Tumbal Di Ranjang CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / CEO / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:258
Nilai: 5
Nama Author: Haha Hi

Demi menyelamatkan perusahaan keluarganya, Luo Wan dijebak oleh ayahnya sendiri dan terpaksa melarikan diri di malam penuh skandal. Tanpa sadar, ia masuk ke kamar pria asing—dan keesokan harinya, hidupnya berubah total.

Pria itu adalah Sheng Qing, CEO muda yang dingin dan berkuasa. Setelah malam itu, ia berkata:

> “Kamu sudah naik ke ranjangku duluan. Sekarang kamu milikku.”



Sejak saat itu, Luo Wan terperangkap di antara cinta, dendam, dan permainan kekuasaan.
Namun dunia segera tahu—Luo Wan bukan wanita yang bisa dibeli atau diperbudak oleh siapa pun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haha Hi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

Luo Wan mengangkat telepon dan menempelkannya ke telinga, lalu berkata dengan lembut, “Halo.”

Suara lembut dan manja itu membuat hati Sheng Qing seolah mencair.

Ini pertama kalinya ia mendengar suara Luo Wan selembut ini dalam keadaan sadar. Biasanya ia hanya bisa mendengarnya saat Luo Wan sedang terbawa suasana.

Begitu teringat wajah menggoda gadis itu di dalam pelukannya, seakan ada api yang menyala di dalam dadanya.

Sheng Qing merasa dirinya seperti sedang sakit—hanya satu kata saja sudah membuatnya tak tahan.

Sungguh memalukan!

Namun ia tidak lupa tujuan menelpon: menanyakan apakah istri kecilnya ketakutan atau tidak.

Di matanya, Luo Wan masih seperti bunga kecil yang baru dibawa dari desa, butuh perlindungan dan perawatan darinya.

Dengan suara parau ia bertanya, “Sedang apa?”

Luo Wan hanya mengenakan handuk mandi, rambutnya yang basah terurai di punggungnya yang putih mulus.

Ia tidak terburu -buru mengeringkannya, hanya berbaring di tempat tidur sambil menelepon.

“Aku baru selesai mandi. Terima kasih untuk hari ini.”

Setelah berpikir sejenak, Luo Wan merasa perlu berterima kasih dengan sungguh- sungguh. Bagaimanapun pria itu memang membantunya hari ini.

Meskipun tanpa bantuannya pun ia bisa menyelesaikan sendiri, hanya saja tidak semudah itu.

“Kanu tidak apa- apa?” Sheng Qing masih belum tenang, suaranya mengandung kekhawatiran, “Apa kamu ketakutan?”

“Hehe, aku tidak selemah itu.”

“Kalau begitu bagus. Luo Rou akan ditahan beberapa hari agar dia bisa belajar. Untuk sementara jangan kembali ke rumah ayahmu, aku khawatir mereka akan cari masalah saat aku tidak di tempat. Pelayan toko itu juga sudah dipecat, jadi kamu tidak akan mengalami kejadian tak menyenangkan lagi kalau pergi ke sana.”

Laki -laki itu jarang bicara sebanyak ini dalam sekali waktu, seolah sedang berusaha menunjukkan perhatian.

Luo Wan sangat tersentuh. Ternyata diam- diam pria ini melakukan begitu banyak untuknya.

“Sebenarnya pelayan itu tidak sepenuhnya bersalah.”

Luo Rou memang sudah layak mendapat pelajaran, tapi pelayan itu hanya bersikap kurang sopan, bukan berarti harus kehilangan pekerjaan. Lagipula, bekerja di toko perhiasan mewah seperti itu tidaklah mudah.

Mendengar itu, mata Sheng Qing langsung menyipit, suaranya tegas, “Kuil kecilku tak bisa menampung patung besar sepertinya. Berani tak hormat pada nyonya pemilik toko.”

“Itu toko milikmu?” Luo Wan terkejut.

Ia belum pernah mendengar bahwa Sheng Group juga bergerak di bidang perhiasan.

Inilah makna dari kerja keras seorang pria.

Reaksi Luo Wan membuat harga diri Sheng Qing merasa sangat terpuaskan.

“Itu milik pribadi. Suamimu ini punya bisnis di seluruh dunia. Nanti kamu akan tahu sendiri.”

“Jadi, tenanglah tinggal di sisiku. Aku tak akan membiarkan wanitaku diperlakukan tak adil.”

Dada Luo Wan terasa hangat, seperti ada sesuatu yang memenuhi ruang di dalamnya, air mata hampir menetes.

Sejak kecil ia tak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Setelah ikut dengan gurunya ke perbatasan, gurunya sangat tertutup soal perasaan dan bersikap keras padanya, jadi ia belum pernah merasakan kehangatan yang begitu terang -terangan seperti ini.

“Terima kasih,” ucapnya dengan suara parau.

Sheng Qing langsung menyadari ada yang aneh.

Ia menutup telepon, lalu segera mengirimkan permintaan video call.

Begitu tersambung, yang tampak di layar adalah sepasang mata bundar gadis itu, dengan sisa- sisa air mata yang belum sempat ia hapus.

Hati Sheng Qing langsung berdebar.

Baru saja ia hendak bicara untuk menenangkannya—

“Ah!”

Luo Wan yang sudah mengumpulkan emosi menatap pria di layar, lalu langsung menutup matanya dengan tangan. Ia bertanya, “Kamu kenapa malah sedang mandi?”

Di video, pria itu sedang setengah berbaring di bathtub, otot- otot tubuhnya tampak jelas.

Kekhawatiran Sheng Qing seketika sirna karena teriakan itu. Ia menjawab dengan bingung, “Mandi itu wajar, kan?”

“Dasar mesum, mandi kok sambil video call.”

Luo Wan masih menutup matanya sambil mengacak layar ponsel, ingin segera mematikan video.

Sheng Qing menyadari maksudnya, segera berseru, “Jangan ditutup!”

Baru saja pria ini membantu dirinya tadi sore, sekarang ia tak enak menolaknya mentah- mentah.

Luo Wan akhirnya membalikkan ponsel dan menaruhnya terbalik di atas tempat tidur.

Melihat layar hitam, Sheng Qing mengangkat alis. Tapi tetap bicara dengan sabar, “Balikkan lagi.”

“Tidak mau.”

“Cepat, atau aku akan langsung pulang sekarang juga.”

“Huh, bisanya mengancam.”

Tak ada pilihan lain, Luo Wan cemberut kesal dan membalikkan ponsel, mengarahkan kameranya ke wajah sendiri.

Ekspresi gadis yang begitu hidup di mata seseorang yang berniat tidak baik justru terlihat sangat menggoda.

Melihat bagian tubuhnya yang sudah siap tempur, seseorang pun menurunkan harga dirinya dan mulai membujuk manja.

“Wanwan, bantu aku sebentar.”

“Baik.”

Mengingat pria itu baru saja membantunya, Luo Wan tak berpikir panjang dan langsung menyanggupi.

Namun ini justru sesuai dengan harapan si pria.

“Kamu dekatkan ponselnya sedikit.”

Luo Wan mengikuti perintah. Lalu terdengar suara pria itu berkata, “Aku ingin melihatmu.”

Dia memang bukan gadis polos yang tak tahu apa-apa, sampai tahap ini pun ia sudah bisa mengerti maksudnya.

Wajah Luo Wan langsung memerah, buru- buru menolak, “Tidak mau!”

“Wanwan, bukankah kamu ingin berterima kasih padaku?”

“Aku tidak kekurangan apa pun. Jadi, bagaimana kamu mau aku berterima kasih?”

Beberapa saat kemudian, Luo Wan akhirnya kembali pada kesadarannya.

Begitu teringat hal- hal memalukan yang ia lakukan semalam, seketika ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Apa yang telah ia lakukan… benar -benar tak punya muka untuk bertemu orang lagi.

Ponselnya masih tergeletak di ujung ranjang, dan dari sana kembali terdengar suara air, sepertinya pria itu sedang membersihkan diri.

Sheng Qing yang melihat layar video memperhatikan gundukan selimut yang menutupi Luo Wan, ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis.

Ia ingin berkata sesuatu, tapi khawatir membuat gadis pemalu itu makin kesal, akhirnya memilih diam.

Luo Wan memang belum benar -benar beristirahat selama dua hari ini, ditambah udara di bawah selimut yang pengap, tak butuh waktu lama ia pun tertidur.

Bahkan panggilan video di ujung ranjang pun belum ia tutup.

Tidur itu berlangsung hingga pukul sembilan tiga puluh pagi keesokan harinya.

Ini adalah waktu terbangun paling pagi sejak ia menikah.

Dalam keadaan setengah sadar, ia berguling.

Kenangan tadi malam kembali menyerbu pikirannya.

“Ah…”

Luo Wan mengeluh pelan penuh kekecewaan, dalam hati sudah memaki pria itu berkali -kali.

Ia menyalahkan keberaniannya semalam pada pria biang kerok itu.

Saat bangun, Luo Wan melihat ponselnya masih berada di posisi tadi malam, dan panggilan video masih tersambung, hanya saja layarnya gelap, sesekali ada cahaya yang menembus.

Ternyata tersambung semalaman.

---

Di saat bersamaan, di Amerika, Sheng Qing sedang duduk di kursi utama ruang rapat.

Di bawahnya duduk para petinggi perusahaan, ada yang dari Tiongkok, ada juga dari luar negeri.

Mereka tengah membahas rencana pemindahan kantor pusat perusahaan kembali ke Tiongkok.

Sudah dua hari diskusi berlangsung, kedua belah pihak masih bersikukuh pada pendapat masing- masing.

Alis Sheng Qing berkerut dalam, tatapan dinginnya menyapu seluruh peserta rapat.

“Soal pemindahan kantor pusat, aku hanya memberi tahu kalian, bukan untuk kalian bantah. Aku ingin kalian beri solusi, bukan penolakan.”

Suaranya rendah dan tajam, jari- jarinya mengetuk meja dengan ritme tak teratur, namun cukup menghantam batin semua yang hadir.

Aura penguasa mutlaknya membuat semua orang bungkam.

Meski usianya masih muda, namun ketegasannya luar biasa. Keputusannya tajam, metodenya tanpa kompromi, ia bahkan punya potensi sebagai tiran.

Beberapa tahun lalu, ia juga yang memindahkan kantor pusat dari Tiongkok ke luar negeri. Sekarang baru beberapa tahun, ia ingin memindahkannya kembali.

Meski langkah ini terkesan membuang sumber daya dan tak menguntungkan, namun pria ini selalu bisa membawa perusahaan maju.

Buktinya, selama beberapa tahun di luar negeri, ia berhasil menguasai seluruh pasar luar.

Gaji para petinggi juga ikut naik pesat.

Jadi meskipun mereka mengeluh, itu hanya dalam hati—tak ada yang berani mengucapkannya.

Tiba- tiba, di tengah keheningan ruang rapat, terdengar suara perempuan dari salah satu ponsel.

Semua orang saling berpandangan.

Siapa yang begitu berani? Saat rapat bisa- bisanya lupa mematikan ponsel.

Semua langsung merasa iba pada si pelanggar, karena Presiden Sheng paling benci terganggu saat rapat.

Namun kejadian selanjutnya di ruang rapat membuat semua orang melongo.

Ternyata pria dingin penuh aura membunuh yang duduk di kursi utama itu, mengeluarkan ponselnya sendiri. Dan anehnya, ekspresinya langsung melunak.

Luo Wan awalnya ingin menutup sambungan. Tangannya baru saja akan menekan tombol, layar yang tadinya gelap mendadak terang.

Wajah tampan pria itu muncul di layar.

Saat ini Sheng Qing mengenakan setelan jas gelap, bersandar di kursi eksekutif. Ia terlihat rapi dan penuh wibawa, seperti dewa pria yang dingin dan menahan diri.

Sheng Qing tak mempedulikan tatapan heran semua orang, lalu bertanya, “Kamu sudah bangun sepagi ini?”

Luo Wan menatap wajah pria itu, dan kenangan semalam kembali membanjiri pikirannya, membuatnya marah tanpa alasan.

Amarahnya pun dilampiaskan pada sang pelaku utama.

Dengan alis terkerut dan bibir mengerucut, ia mengeluh, “Aku tidak mau lagi bekerja sama denganmu.”

“Siapa sangka, orang seperti kamu yang kelihatan dingin dan bermoral, ternyata dalam diam bisa sebegitu... menyimpangnya.”

“Hal -hal seperti itu, bahkan bisa terpikir olehmu.”

……

“Uhuk.”

Tak menyangka bahwa istrinya akan sedemikian marah soal kejadian semalam, dan langsung mengungkit semuanya begitu melihatnya, Sheng Qing batuk kecil menahan malu.

Ia segera membalikkan kamera ponselnya.

Tampilan di ponsel Luo Wan pun berubah, dari wajah tampan menjadi seluruh isi ruang rapat yang penuh orang.

Kata -kata Luo Wan yang hendak keluar langsung tertelan.

Panggung malu nasional.

Tak ada suara dari ponsel selama beberapa saat.

“Kamu kenapa tak kasih tahu aku tadi...” Suara Luo Wan kecil dan nyaris seperti bisikan, tubuhnya memerah seperti udang rebus.

Namun ia menyadari bahwa mayoritas peserta rapat adalah orang asing. Maka ia bertanya dengan harapan kecil, “Mereka seharusnya tidak mengerti bahasa Mandarin, kan?”

Ia terus menenangkan diri. Kantor pusat Sheng Group kan di luar negeri, pasti mereka memakai bahasa Inggris.

Mungkin mereka tidak mengerti apa yang ia ucapkan tadi.

Namun sang pria segera menghancurkan harapannya. “Syarat pertama masuk Sheng Group: harus bisa berbahasa Mandarin.”

“Ahhh... aku malu setengah mati.”

Mendengar itu, tanpa ragu Luo Wan segera menutup panggilan.

Semakin banyak bicara, semakin besar kesalahan.

Ia benar -benar tak punya muka untuk bertemu orang.

Luo Wan berguling -guling di tempat tidur, tubuhnya hampir berputar seperti donat.

Baru saja... apa saja yang telah ia ucapkan?

Tok tok tok.

Tiba- tiba terdengar suara ketukan di luar pintu, memotong kekacauan dalam pikirannya.

Lalu suara Bibi Li menyusul,

“Nyonya muda, Tuan Muda meminta Anda turun sarapan.”

Mendengarnya, Luo Wan mengangkat kepala kusutnya dari tempat tidur.

“Baik.”

Ia membereskan diri secara sederhana, lalu keluar kamar.

Di ruang makan, makanan sudah tersaji rapi.

Beberapa lauk kecil dan makanan pokok yang menggugah selera.

Luo Wan mengambil satu bakpao dan menggigitnya, lalu bertanya pada Bibi Li,

“Tadi... Tuan Muda yang meneleponku agar makan?”

“Benar, beliau juga bilang akan mengawasi agar Nyonya Muda makan lebih banyak.”

Mendengar jawaban itu, Luo Wan menyesap buburnya dengan senyum lebar.

Ternyata beginilah rasanya pernikahan.

---

Di waktu yang sama di ruang rapat luar negeri.

Setelah memberikan instruksi, Sheng Qing meletakkan ponselnya dan menyapu para peserta dengan tatapan dingin.

Dengan suara rendah dan tegas, ia berkata,

“Ke depan, arah perkembangan perusahaan akan difokuskan pada pasar dalam negeri. Tapi pasar luar negeri juga tak akan diabaikan. Jika ada yang tidak ingin kembali ke Tiongkok, boleh tetap di sini, dengan kompensasi yang sesuai.”

Usai bicara, ia pun melangkah keluar dari ruang rapat.

Xu Zheng mengikuti di belakang.

Begitu pria itu pergi, ruang rapat yang tadinya hening seketika meledak.

Orang- orang saling berseru, menyuarakan keterkejutan masing -masing.

“Apa -apaan ini? Presiden menyembunyikan wanita?”

“Jangan- jangan dia bersikeras memindahkan kantor pusat ke Tiongkok karena perempuan itu?”

“Lihat sikap dia tadi saat menelepon, apa masih mirip Presiden Sheng yang dingin dan tak kenal belas kasihan?”

“Aku benar- benar penasaran, perempuan seperti apa yang bisa seberuntung itu, sampai bisa menaklukkan hati pria seperti dia?”

1
Haha Haha
semoga cepat di ACC editor ya,,,😁😁
Gaara
Di sini sedang ada rombongan pembaca rame banget yang udah nggak sabar menanti kelanjutannya, thor cepat dong!
〤twinkle゛
Menyentuh hati.
_senpai_kim
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!