NovelToon NovelToon
SISTEM BLACK HOLE

SISTEM BLACK HOLE

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:404
Nilai: 5
Nama Author: Wahyuadnan Saputra 31

Di tuduh melakukan kejahatan yang tidak dia lakukan. Adnan bintan pratama terjatuh ke lubang hitam dan mendarat sendirian di dunia asing, yang di penuhi hewan mutan berbahaya.
Ia harus memecahkan teka-teki ruang dan waktu
untuk menemukan pesan tersembunyi di dalam lubang hitam itu sendiri, Satu-satunya harapan bertahan hidup, membersikan namanya,
dan mengungkapkan misteri dunia baru ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuadnan Saputra 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB14

Otak Adnan tidak berhenti berpikir. Dia harus bertindak, dan dia harus cepat.

​Dia segera meraih hadiah yang baru saja muncul di tanah. Peti harta emas itu terasa padat dan dingin di tangannya sesaat sebelum menghilang dari pandangannya. Adnan terkejut. Dia menatap tangannya, tetapi yang tersisa hanyalah tiga botol ramuan kecil yang berkilau.

​"Hilang?" gumamnya, matanya memindai tempat peti itu tadi berada. Dia menyadari, peti itu mungkin adalah antarmuka, dan isinya—tiga botol obat penyembuhan—telah berpindah ke tangan atau, kemungkinan besar, ke Ruangan Penyimpanan Mini yang baru diaktifkan.

​Saat kebingungannya mereda, pikirannya langsung teringat pada sosok wanita prajurit yang ia tinggalkan. Keningnya mengkerut, rasa bersalah bercampur dengan perhitungan strategis. Apa aku selamatkan saja wanita itu? Meskipun dia berbahaya dan membawa risiko, dia adalah satu-satunya manusia yang dia temui yang masih hidup dan memiliki informasi tentang dunia ini.

​Tiba-tiba, pandangan Aethesian Gaze-nya (meski redup tanpa bantuan Vili) mendeteksi gerakan halus di dekat pohon rebah.

​Wanita itu! Evanthe Vipera sudah sadar setengah dan melambai-lambaikan tangannya lemah, gerakan itu penuh keputusasaan seolah meminta bantuan.

​Adnan pun bergegas mendekati wanita itu. Risiko Rank D di timur laut seolah terlupakan oleh kebutuhan mendesak di depannya. Dia berlutut di samping Evanthe, lalu tanpa ragu mengeluarkan salah satu botol obat penyembuhan kecil dari genggamannya.

​"Minumlah ini!" kata Adnan, suaranya pelan dan mendesak. Dia tahu ramuan dari sistem pasti jauh lebih efektif daripada obat biasa di dunia ini. Dia membuka botol itu dan mendekatkannya ke bibir Evanthe. Tidak ada waktu untuk penjelasan.

Adnan mendekatkan botol ramuan itu ke bibir Evanthe. Cairan hijau zamrud itu mengalir masuk. Seketika, tubuh Evanthe sedikit kejang selama beberapa saat, dan kemudian diam. Perlahan-lahan, ia membuka matanya. Wajahnya yang pucat kini mulai pulih, walaupun baru sedikit.

​Dia pun melihat Adnan. Dia langsung meletakkan tangan kanannya di dada kirinya, sambil sedikit membungkuk—seperti memberi salam formal.

​"Terima kasih, Tuan," kata Evanthe, suaranya lemah namun tulus.

​Namun, matanya segera menatap Adnan dengan tatapan asing dan penuh kehati-hatian. Tanpa Adnan sadari, tangan kirinya bergerak perlahan, diam-diam mengambil belati yang terselip di samping kirinya, di balik lipatan baju besinya.

Adnan, polos, tidak menyadari gerakan itu. "Sama-sama, sesama manusia kita harus saling menolong," jawab Adnan dengan senyum tipis. "Ada pepatah mengatakan, bila kita menolong orang, kita akan mendapatkan imbalan baik pula. Entah itu apa, hanya Tuhan yang tahu."

​Mendengar kejujuran dan kepolosan dalam kata-kata Adnan, Evanthe pun sadar. Orang di depannya ini bukan musuh, melainkan orang yang sangat polos. Dia melonggarkan genggamannya pada belati.

​"Adnan, apakah kamu bisa berdiri?" tanya Adnan.

​Evanthe mencoba bangkit. Seketika, dia tersentak. Luka di punggungnya, tepat di belakang pinggangnya, hilang.

Dia pun memegangnya, meraba tempat yang seharusnya koyak dan berdarah, dan terheran-heran. Dia mendongak, menatap Adnan.

Adnan langsung bereaksi, membelakangkan tangannya dan menyimpan botol ramuan sisanya.

"Adnan, kenapa kamu melihat begitu?" Evanthe bertanya dengan halus. "Ramuan apa yang telah kau berikan kepadaku?"

Adnan terdiam sesaat, kepalanya terasa pening mencari alasan yang masuk akal. Dia pun menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.

​"Sebenarnya... itu ramuan turun-temurun dari keluargaku," kata Adnan, mencoba terdengar meyakinkan. "Dan kebetulan, cuman tinggal ada dua saja. Yang kamu minum itu yang terakhir."

1
Adrian Koto
baru paragraf awal dh bikin suasana merinding. gaya ngasih hook kita mirip thor 🤓👍

eh btw sedikit koreksi, ada typo di awal thor 😌
Wahyuadnan Saputra 31: mohon maaf autor masih pemula, terima kasih atas sarannya
total 2 replies
Cina Kw
bantu support
Cina Kw
bagusss 😍
Wahyuadnan Saputra 31: Terima kasih sudah mau support
total 1 replies
Hiroki524
Gemesin banget karakternya!
Wahyuadnan Saputra 31: Terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!