 
                            Keputusannya untuk mengubah nasib di kota lain, justru membuat Kamal harus menghadapi kisah hidup yang tidak biasa.
Pesona anak muda 22 tahun itu, membuatnya terjebak dalam asmara tak biasa. Kamal tidak menyangka kalau dia akan terlibat hubungan dengan wanita yang telah bersuami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan Tak Penting
"Hujannya deres banget," ucap seorang wanita kala dia berada di teras rumah untuk memeriksa keadaan.
Setelah itu, wanita tersebut lantas masuk dan menutup pintu, kemudian dia duduk di salah satu sofa yang ad di ruang tamu. "Kamu tadi waktu berangkat ke sini udah gerimis apa, Mal?" tanya wanita itu pada tamunya sambil duduk kembali di tempat yang sama.
"Belum, Mbak," jawab sang tamu yang akrab dipangil Kamal. "Cuma tadi udah mendung banget," sambungnya. "Mbak, itu saudara mbak Fika, emang sudah ahli bikin martabak ya?"
Wanita yang dipanggil Fika lantas tersenyum. "Dulu sih dia udah ahli, waktu masih kerja sama Mas Deni, dia udah jago."
"Kerja sama Mas Deni?" Kamal nampak terkejut. "Maksudnya, saudara Mbak Fika kerja di lapaknya Mas Deni apa gimana?"
"Bukan," bantah Fika. "dulu tuh saudaraku merantau bareng Mas Deni di luar pulau. Mas Deni kan kenal Mbak Gita gara-gara saudaraku juga. Dulu mereka sama-sama berhenti kerja, terus Mas Deni pengin buka usaha di daerah sini, oleh saudaraku dia ditunjukan lapak yang kini di tempati itu. Dari situlah Mas Deni kenal sama Mbak Gita, eh nggak lama pacaran terus nikah."
"Oh, begitu," Kamal mengangguk paham. "Aku baru tahu, mbak," ucapnya. "Terus suadara mbak kenapa baru buka usaha sekarang?"
"Dulu tuh dia masih suka kerja, apalagi dia dapat tawaran kerja yang gajinya lebih gede dan nggak perlu nyeberang pulau. Hasilnya ya dia bisa bangun rumah dan beli tanah. Sekarang dia sudah capek kerja dan pengin tetap di rumah bersama anak istri, jadi dia memutuskan untuk buka usaha di depan rumah."
"Oh," Kamal kembali manggut-manggut.
"Duh, aku kok lupa, sampai nggak bikinin kamu minum sih," ujar Fika begitu tersadar saat melihat di atas meja tidak tersedia apa-apa. "Aku bikin minum dulu ya?"
"Aduh, nggak usah repot-repot, Mbak."
"Repot apaaan, cuma minum doang kok," Fika pun bergegas bangkit dari duduknya dan melangkah menuju dapur.
Begitu si pemilik rumah menghilang dari pandangan mata, Kamal seketika kembali memperhatikan rumah yang lumayan bagus. Dia juga memperhatikan hujan dari balik jendela.
Lalu dia mengecek ponselnya dan ada pesan dari wanita yang semalam telah membuatnya merasakan nikmatnya lubang wanita.
"Padahal aku niatnya malam ini pengin main di rumah Mbak Salma lagi," gumamnya. "malah disuruh membantu orang yang sudah ahli bikin martabak, " Kamal sedikit kesal.
Karena baru pertama kali merasakan nikmatnya lubang wanita, sudah pasti Kamal ingin mengulangi kembali. Apa lagi keadan sangat mendukung, membuat anak muda itu hanya bisa mengumpat karena rencananya entah bakal terwujud atau tidak.
Tak lama kemudian, Fika kembali datang sambil membawa nampan berisi dua gelas kopi dan sepiring kue lapis serta bronis. Lagi-lagi kamal mengucap kalimat basa basi karena telah membuat repot si pemilik rumah.
"Mbak Fika sih disini tinggal sendiri apa gimana?" tanya Kamal mulai mengungkapkan rasa penasarannya.
Fika lantas mengangguk. "Iya, aku tinggal sendiri, kenapa?" ucapnya.
"Penasaran aja, Mbak," balas Kamal. "Apa Mbak nggak takut? Kanan kiri rumah Mbak Fika sawah, depannya kebun, kaya nggak ad tetangganya gitu?" Pertanyaan Kamal membuat Fika tersenyum.
"Justru itu yang bikin nyaman, Mal," ujar Fika. "Tidak terlalu dekat dengan rumah tetangga, kita jadi bisa terhindar dari segala omongan mereka yang kadang sering bikin sakit hati."
"Owalah," Kamal pun tersenyum lebar. "Tapi, apa nggak bahaya, Mbak, kalau ada tindak kejahatan gimana?"
"Sejauh ini sih aman, Mal," jawab Fika. "lagian kan, rumahku nggak terlalu jauh dari rumah tetangga. Apa kamu tadi tidak melihat, ada rumah lain ketika kamu mau masuk ke jalan yang menuju rumah ini?"
"Lihat sih," jawab kamal. "Cuma ya aku heran aja. Mbak Fika sudah punya anak apa?"
Fika lantas tersenyum dan dia menggeleng. "belum, Mal, aku belum dikasih momongan," jawab Fika. "Lagian, gimana aku bisa punya momongan, kalau aku sendiri jarang ketemu sama suami."
"Loh, kok bisa gitu?" Kamal jelas merasa aneh.
"Ya kan emang jarang, Mal, suamiku pulangnya aja hampir enam bulan sekali, itu kalau cuti. kalau pulang mendadak paling di rumah nggak sampai satu minggu. Sekalinya di rumah sibuk ini itu, ya udah, waktunya habis buat hal-hal yang nggak penting."
"Oh..." balas Kamal. "Terus kenapa Mbak Fika nggak ikut suami aja ke sana?"
"Tadinya aku juga ikut di sana, tapi biaya hidup di sana tinggi banget. Di sana cuma ngandelin gaji suami saja. Sedangkan di sini, aku punya usaha sendiri yang udah jalan sebelum aku nikah. Aku di sana cuma bertahan enam bulan doang, terus kita memilih hubungan jarak jauh."
Kamal nampak mangut-manggut. "Tapi kan hubungannya jadi bermasalah, Mbak," ujar Kamal. "Mungkin kalau hidup bareng, suami Mbak nggak bakalan selingkuh."
Fika lantas tersenyum masam. "Yang namanya selingkuh itu, bisa terjadi dalam keadaan apa saja,al," ucapnya. "Yang hidup bersama dalam satu rumah juga masih banyak yang bisa selingkuh."
"Iya juga. ya," Kamal sontak cengengesan. "Terus masalah Mbak sama suami gimana?"
"Ya nggak gimana-gimana," jawab Fika. "Aku masih pura-pura aja anggak tahu perselingkuhan itu. Mau melabrak pelakor pun percuma, aku belum menangkap basah mereka. intinya aku masih bersandiwara lah," ucap wanita itu nampak begitu pasrah.
Kamal kembali tersenyum lalu dia meraih gelas berisi kopi putih yang disedikan untuknya. "Ini, kok hujannya nggak reda-reda ya?" gumam anak muda itu setelah menyesap sedikit kopi lalu menatap jendela.
"Kenapa? Kamu udah nggak betah di sini?" tanya wanita yang saat ini sedang menikmati bronis.
"Bukan begitu," balas Kamal. "Takutnya saudara mbak Fika kelamaan menunggu."
"Santai aja," jawab Fika. "Saudaraku kan nggak langsung jualan. lagian ya itung-itung kamu tuh nemenin istri orang yang kesepian, nggak keberatan, kan?"
Kamal lantas tersenyum. "Aku sih nggak keberatan, Mbak. Cuma aku takut ada orang yang salah paham" balas Kamal. "Kalau ada orang yang melihat laki-laki lain di rumah ini gimana? Yang ada nanti malah jadi fitnah."
"Nggak akan, tenang aja," jawab fika nampak begitu yakin. "Lagian kamu lihat sendiri tadi, jarak rumah aku sama rumah tetangga gimana? Terus, warga di sini juga orangnya kaya nggak mau tahu urusan orang. Aku udah membuktikannya, Mal, makanya aku betah tinggal di sini."
Kamal nampak mengangguk samar dan dia kembali menyesap kopi.
"Apa kamu sebenarnya takut terjadi sesuatu sama kita?" ucap Fika tiba-tiba, membuat Kamal agak terperanjat.
"Terjadi sesuatu sama kita? Maksudnya, Mbak?"
"Masa gitu aja nggak maksud sih, Mal," Fika pun jadi gemas sendiri. "Apa kamu takut, aku ngajak kamu main dikamar?"
"Hah!"
lanjut thor 🙏
Sepertinya tidak ada orang yang memiliki keinginan terjebak cinta yang mendalam terhadap istri orang lain. Selain menyiksa juga akan banyak tantangan yang harus dihadapi.
Menjadi orang ketiga dalam sebuah pernikahan seseorang yang terlibat dalam perselingkuhan.
Hubungan perselingkungan memang akan lebih 'memabukkan' karena mereka dibangun dalam pertemuan singkat dan sembunyi-sembunyi.
Tentu hubungan tersebut sebaiknya diakhiri agar tidak terjadi masalah dikemudian hari.
Ucapkan selamat tinggal dan katakan dirimu tidak mau melihat mereka lagi, tidak ada pengecualian.
Dirimu harus menutup pintu emosional yang terbuka dan memutus semua kontak dengannya......💘🔥✌️👌
Tetap semangat...Thor
"Berfokuslah pada tujuan, bukan pada hambatan."....💪
Salma ini adem ngomongnya,bikin tenang.pikirannya juga bijak banget...
nama mereka juga hampir sama 😆