Dibalik wanita yang lugu, ada laki-laki yang tegas dan selalu melindunginya, namun apakah Arkan akan terus bersembunyi dibalik kata persahabatan?
Ikuti kisah mereka di dalam novel yang bertajuk, Kania Si Gadis Lugu.
Happy Reading 😊.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Goresan_Pena421, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arkan aku takut
Manisa di tangani oleh dokter Susan dan anak PMR, namun tiba-tiba Kania wajahnya pucat pasih dan bersembunyi di belakang punggung Arkan.
"Kania hey kenapa?"ucap Arkan.
"Aku takut Arkan,"ucap Kania.
"Kenapa ayo ke kelas terus cerita ya,"ucap Arkan.
Arakan mengandeng tangan Kania dan menjauh dari UKS, Arkan membawa Kania menuju kelas, karena sebenarnya waktu istirahat akan segera berakhir lima menit lagi.
Lorong kelas sudah mulai sepi karena bel masuk akan segera berbunyi.
Kini Arkan dan Kania sudah duduk di bangku mereka, dan Arkan melihat Kania benar-benar ketakutan, ini sudah sering terjadi tetapi sepertinya ini yang sedikit parah karena sampai pucat pasih roba wajah Kania.
"Kenapa ayo cerita,"ucap Arkan.
"Aku takut darah, tapi tadi aku liat tubuh Manisa luka-luka dan ada darahnya pas di bersihin dokter Susan, Arkan aku takut,"ucap Kania.
'Astaga kenapa aku bisa lupa kalau Kania takut lihat darah, 'monolog Arkan didalam hatinya.
"Maaf ya Kania, besok kalau ada tugas mendadak jangan ikut ya Kania,"ucap Arkan.
"Hari ini kita jamkos karena Bu Dewi ga masuk, katanya bisul di pantatnya belum sembuh jadi gak bisa masuk,"ucap Babas setengah tertawa.
"Kocak lu, diem si mulut, dinding bertelinga woy,"ucap Saneh.
"Shitt diem Saneh, tar basket jangan mangkir lu,"ucap Babas.
"Aman,"ucap Saneh.
"Arkan aku haus,"ucap Kania.
"Ini minum, aku bawa dua botol, ini masih ada satu," ucap Arkan sambil membukakan tumbler 1 liternya.
"Kamu ga berat bawain aku minum, jajan banyak setiap hari?"ucap Kania.
"Engga, kan ransel aku besar banyak tempatnya bisa deh bawa makanan dan minuman buat kamu, kan buku ku aku taro di loker, kalau ada pr baru aku bawa pulang,"ucap Arkan.
"Kania, ini aku beliin roti bakar kesukaan kamu,"ucap Pertiwi yang baru kembali dari kantin.
"Terima kasih Pertiwi, Permata udah balik ke kelasnya ya, kenapa si harus pisah kelas,"ucap Kania.
"Iya lo, tapi untung kamu ga pisah kelas sama Arkan, kalau kamu sampai pisah kelas, pasti kamu ga mau sekolah lagi,"ucap Kirana.
"Aku ajak Arkan pindah sekolah dan bayar lebih biar dua tahun satu kelas sama Arkan terus,"ucap Kania.
"Segitunya takut ga sekelas?"ucap Arkan.
"Takut, karena yang sabar ngadepin aku cuma kamu Arkan, aku takut gak punya seseorang yang bisa memahami aku sebaik kamu,"ucap Kania.
"Ekhem terus kita?"ucap Kirana.
"Kalau ga ada Arkan yang jelasin keadaan aku, pasti kalian pun jauhin aku,"ucap Kania.
"Udah jangan dibahas, ini jajannya masih Kania kamu mau gak?"ucap Arkan.
"Engga buat nanti sore kan mau liat kamu main basket,"ucap Kania.
"Nanti sore biar di anter pak Dahlan,kalau kamu mau jajan lagi,"ucap Arkan.
"Ga ini geh masih banyak Arkan, Pertiwi, Kirana kalian latihan silat ya?"ucap Kania.
"Iya, kamu juga ikut lagi aja Kania,"ucap Pertiwi.
"Ibu ku ga bolehin, takut kecapean,"ucap Kania.
"Udah gaj takut lagi kan?"ucap Arkan.
"Engga ko, tadi syok aja liat darah jadi takut, Arkan aku ngantuk, kan ga ada pelajaran sampai pulang, aku mah tidur,"ucap Kania.
"Iya boleh, tidur aja nanti aku bangunin,"ucap Arkan mengambil jaketnya, dan bantal kecil yang selalu ia bawa untuk jaga-jaga kondisi yang seperti ini.
"Selamat tidur siang Kania,"ucap Permata.
Kania memang memiliki daya tahan tubuh yang lemah dan mudah sakit, wajar jika ia mudah lelah dan mengantuk.
Apa sebenarnya yang membuat Arkan bisa sesabar ini menghadapi Kania?