Seira Adam Hanida adalah Ayi Mahogra atau Ratunya Kharisma Jagat yang harus memimpin pasukan kharisma jagat di zaman modern untuk melawan Bagaskara yang menggunakan makhluk ghaib untuk mengendalikan manusia agar menyembah iblis yang dia sembah.
Untuk melawan balik, Bagaskara hendak menculik anak kedua Ayi dan menggunakannya agar bisa mewujudkan kutukan kuno, kutukan itu adalah, setiap Ayi Mahogra atau ratunya kharisma jagat, kerajaannya akan runtuh digulingkan oleh anak perempuannya sendiri. Karena itu Ayi Mahogra meminta suaminya Malik Rainan dan juga pasukan kharisma jagat membawa kabur anaknya agar selamat dari penculikan dan dia bisa menjaga umat manusia dan kerajaannya dari serangan Bagaskara.
Selama proses pelarian ini, Malik dan pasukan kharisma jagat menemui banyak kesulitan karena serangan dari Bagaskara dan pasukannya, lalu apakah mereka berhasil melindungi anak perempuan Ayi Mahogra atau dia akan menjadi anak yang terkutuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muka Kanvas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 13 : Mada 10
Malik terus berlari ke arah kaki gunung dengan pepohonan yang rapat, tidak diketemukan apapun, Malik terus berlari, ke kanan dan menyusuri kaki gunung, meski rasanya tidak mungkin mereka pergi ke arah gunung, mereka sudah pasti pergi ke arah luar dari wilayah ini, tapi bahaya, akan sangat bahaya kalau mereka kabur begitu saja.
Malik merasa maklum kawanan melakukan itu, mereka memang orang-orang yang loyal pada Ayi, ditambah Alka, dia adalah pasukan Ayi yang bahkan mampu mengorbankan dirinya setelah banyak hal yang terjadi, termasuk membalas budi karena memaafkan dirinya akibat kematian Pram, Malik benar-benar merasa bersalah karena mengkonfrontasi semua ini, Malik seharusnya bilang apa yang membuatnya ragu menyerang Mada, apa yang membuatnya bertahan, Malik hanya merasa ada yang janggal, makanya dia bertahan, dia terus berlari dan hendak keluar dari wilayah kaki gunung itu, dia berjalan selama 1 jam, seharusnya di titik ini dia menemukan warung pinggir hutan, satu-satunya warung yang paling dekat adalah berjalan selama 1 jam, warung langganan biasa mereka jajan jika hendak ke kota, tapi Malik tak menemukan warung, karena kalut dan terburu-buru, Malik bahkan tak sadar kalau hutan terasa tak berujung, dia akhirnya menghentikan langkah dan berbalik.
“Baiklah, kalian mau melakukan apa?” Malik berteriak, setelah 1 jam berjalan ke arah luar wilayah kaki gunung itu, dia baru sadar satu hal, dia tidak pernah keluar dari pekarangan rumahnya ini pasti kerjaan Jarni yang energinya dibantu oleh seluruh kawanan hingga Malik terkelabui, karena hanya kekuatan kolektif dari 6 kawanan itulah baru bisa membuat Malik tak sadar kalau dia dikerjai kawanan.
Aditia tiba-tiba ada di hadapan Malik.
“Kak, kau tahu kan, kalau aku itu sangat menghormatimu, bagiku, kau seperti kakak, pengganti ayahku, setiap kesulitan, aku pasti menyusahkan kau dan Ayi, tidak pernah terpikir sedikit pun untukku melakukan hal kurang aja seperti ini, tapi kau mencoba untuk mendorong hubunganmu dan Ayi menjadi rusak dan berantakan, maka dari itu, aku mohon, sadarlah.” Aditia masuk ke dalam pagar ghaib buatan Jarni.
Ya, pagar yang Jarni perlajari di desa Rawing Ater, pagar yang mampu menciptakan halusinasi pada manusia yang hendak dikerjai. Tapi bedanya, kali ini semua kawanan menyalurkan energinya, hingga menciptakan pagar yang luas, membuat Malik terkelabui dengan sempurna, tadinya, hingga satu jam kemudian dia baru sadar, Malik memang bukan lawan yang mudah, bahkan untuk kawanan.
“Aku perlu untuk memastikan sesuatu, aku tidak menginginkannya sebagai wanita, aku tidak tertarik padanya, hubunganku dengan Seira, bukan hubungan sepele seperti itu, kau harus tahu kalau aku punya alasan untuk melakukan itu.”
“Alasannya apa?” Aditia berkata dengan penasaran.
“Aku belum yakin, makanya aku tidak bisa beritahu, tapi jika aku sudah yakin, aku akan katakan padamu, aku mohon. Lepaskan aku, biarkan aku mendekati Mada lebih lama lagi.”
“Kak! Kau berkata seperti orang yang sedang kasmaran, melakukan apapun untuk bersama Mada, kau gila!” Aditia yang kesal akhirnya menghilang begitu saja, dia keluar dari pagar ghaib Jarni dan berkumpul bersama kawanan yang ada di ruang tamu, bersila menyerahkan energinya untuk Jarni kecuali Aditia karena harus masuk ke dalam pagar ghaib itu.
“Aku pikir dia hanya beralasan, aku pikir mungkin saja rindu membuatnya hilang akal, bedebah!” Aditia kesal dan akhirnya memberikan energinya kembali.
“Kita akan membuatnya kelelahan, tapi takkan membiarkannya keluar dari pekarangan rumah, dia akan kelelahan berlari mengengelilingi rumah, sembari menunggu malam tiba, baru kita kerjai yang perempuan” Alka sudah bertekad dan para pasangan itu sungguh membenci kelakuan pelakor yang tak beradab itu. bersolek dan seolah merasa paling berhak atas pasangan orang, dengan percaya dirinya wanita itu datang ke rumah mengetuk pintu dan meminta bertemu dengan suami orang, brengsek macam apa yang ada di otaknya, orang tuanya pasti tidak pernah mendidiknya dengan baik, pemikirna seperti itulah yang ada di dalam otak Alisha, dia sungguh tak sabar menunggu malam, dia sendiri yang akan mengerjai wanita itu, dia akan tahu, tinggal di kaki gunung, bukanlah hal yang mudah pada dasarnya.
Sementara menunggu malam tiba, jauh dari kaki gunung itu, di rumah sakit, sudah malam hari, Dita waktunya berjaga malam di UGD, malam hari UGD memang lebih dingin dan sepi, hanya ada beberapa pasien.
Dita duduk di suatu meja yang disediakan untuk dokter jaga, dia membaca catatan para pasien yang harus dia tangani, hingga tak sengaja dia melihat ada seorang perempuan berjalan melewatinya.
“Bu, bu, sebentar, ada yang bisa dibantu?” Dita mengejar perempuan itu, tapi perempuan itu terus berjalan hingga melewati pintu UGD menuju kamar inap, pintu yang biasa digunakan untuk pasien yang akan meneruskan perawatan ke kamar rawat inap, pintu khusus.
“Bu, tidak bisa lewat situ, itu dikunci, bu!” Dita mengejarnya, tapi pintu terbuka sendiri, pintu dengan dua daun pintu yang terbuka di bagian tengah, terbuka bersamaan, aneh. Tapi Dita terus mengejar perempuan itu, khawatir dia orang jahat, dalam hati Dita, dia berharap itu hanyalah orang yang tersesat.
“Bu!” Dia terus mengejarnya, mereka sudah melewati pintu khusus itu, ibu itu lalu berhenti setelah hampir 10 meter berjalan dari pintu dan berbalik menghadap Dita sambil tersenyum.
“Bu, duh, kenapa lewat sini sih, ibu mau ketemu siapa? Jangan lewat sini.” Dita terus berlarian mengejarnya karena jarak mereka cukup jauh. Saat semakin dekat, bau amis terasa, Dita memperlambat langkahnya, meski dia sering mendengar cerita seram di rumah sakit ini, lagi pula rumah sakit mana yang tidak ada cerita seramnya, tapi jujur, Dita jauh lebih penasaran, dia harus memastikan ini tuh orang atau … entitas.
Dita berjalan perlahan, dia menatap ibu itu yang masih tersenyum, senyumnya aneh, hanya bagian bibirnya saja dilebarkan, sedang bagian matanya melotot melihat ke arah Dita tanpa berkedip, Dita masih mencoba rama dengan tersenyum balik.
Saat sudah semakin dekat, bau amis berganti menjadi berbau busuk, Dita berhenti sesaat, dia jadi ingat, kakaknya Adit pernah bilang, kalau Dita mau memastikan yang dia lihat setan atau orang, Dita hanya tinggal lihat kakinya, melayang atau berjalan, karena Adit tahu Dita penakut, maka Adit memberi lumayan banyak wejangan dan Dita merasa menyesal kemarin itu tak mendengar dengan benar dan cenderung mengabaikan karena menganggap kakaknya hanya bercanda saja.
Maka dengan ingatan tipis tentang wejangan kakaknya, Dita melihat ke arah kaki dari ibu di depannya, Dita terkejut, ibu itu melayang, dengan kaki yang persis membusuk seperti kaki dari mayat yang tenggelam, bengkak dan berwarna kebiruan. Bahkan dari kaki itu bercucuran air, Dita memastikan sekali lagi, bukan air tapi darah.
Dita mundur perlahan, kalau begitu seharusnya ini setan, tapi Dita ingat lagi, kakaknya pernah bilang, kalau lihat setan di depan dan kita mau menguasai kondisi supaya dia tak merasuki kita, maka berjalanlah perlahan, tapi mundur, karena kalau kita membelakangi sosok itu, kemungkinan dia akan langsung menghadang kita pada sisi yang berbeda, membuat kita kehilangan fokus dan akhirnya merasuki, makanya tak heran, orang yang kerasukan akan hanya ingat kalau dia ingin lari, tapi tak bisa karena keburu pingsan, padahal tubuhnya langsung dihadang oleh setan dan tentu saja dirasuki jadi mudah karena sedang ketakutan dan hilang fokus.
Maka Dita berjalan perlahan dengan mundur, meski dia merasa bahwa ibu itu yang tersenyum dengan lebar, juga ikut berjalan di hadapannya, dia melayang perlahan.
Dita tetap menatap sosok itu, dia harus tetap fokus, Dita tak mendengar suara apapun, seharusnya ini adalah lorong menuju ruang rawat inap, paling tidak, ada satu dua orang yang lewat, entah Dokter, perawat atau sekedar cleaning services yang harusnya mulau mengumpulkan sampah di setiap kamar, tapi kenapa sekarang hening dan dingin.
Dita sungguh takut, dia berusaha ingin pergi, atau lari, tapi tak bisa, dia berjalan mundur terus, tapi sosok ibu itu malah melayang dengan lebih cepat lagi, semakin dekat, wajahnya berubah menjadi bengkak dan kebiruan, persis seperti mayat tenggelam yang Dita pernah lihat beberapa waktu lalu.
Sosok itu melayang dan hampir sampai, Dita tak bisa lagi berjalan dengan langkah mundur, “Persetan dengan teori yang kak Adit bilang, aku harus lari!” Dita lalu berbalik dan hendak lari, tapi benar saja, setan itu tiba-tiba ada di hadapannya, membuat Dita membeku, saat membeku, dia merasa bahwa setan itu berada tepat di hadapannya, kepalanya sungguh sangat dekat, bau busuk, amis dan dingin tubuhnya terasa mulai lekat pada tubuhnya.
Dita menutup mata, karena di titik ini dia tak bisa bergerak sama sekali, hanya matanya saja yang masih bisa dia gerakkan, Dita menangis dan berusaha meminta bantuan, tapi dingin itu terus menyelusup ke dalam badannya, Dita mulai merasa sesak napas, seperti orang yang tenggelam, Dita tidak lagi melilhat wajah setan itu, karena wajahnya, sudah masuk ke dalam wajah Dita, dingin sekali, Dita berteriak tapi tertahan, berharap ada yang mendengar, Dita pasrah, tak tahu apa yang akan terjadi padanya.
“Dit! Dit! Dita!” Ada suara pria yang menepuk bahunya, seketika dingin itu hilang, bau busuk dan amis itu juga lenyap, tubuh Dita yang tadinya membeku tak bisa bergerak, jadi bisa digerakkan, seperti hendak jatuh tapi akhirnya Dita bisa berdiri lagi akibat tepukan di bahunya oleh seseorang.
“Dokter Bari, Astagfirullah, Dokter tolong Dita, Dok!” Dita memeluk Dokter Bari, Dokter tampan yang terkenal ramah itu.
“Tenanglah Dit, tenang saja, tidak ada apa-apa, kau baik-baik saja.” Dokter Bari memeluknya balik dan memapahnya ke ruangannya, Dokter Bari hendak menenangkan Dita.
[Aku tidak berhasil lagi, brengsek, lelaki itu!] Dokter Hanan menelpon seseorang tak jauh dari lorong di mana Dita tadi mengikuti setan wanita itu.
[Seharusnya kau lebih cepat! Jangan sampai gagal lagi ya!] Suara orang yang menelpon Dokter Hanan terdengar marah, Dokter itu lalu meninggalkan lokasi dan bersiap untuk kejadian selanjutnya.
_____________________________________
Catatan Penulis :
Kalian percaya kebetulan atau takdir? Terlepas takdir yang kita kenal diajarkan agama ya, takdir besar dan takdir kecil, tapi aku orang yang sangat percaya tentang ada takdir yang diciptakan pada kebetulan-kebetulan yang kita alami.
Seperti yang kemarin aku bilang kalau, masalah besar itu datang bertubi, membuat aku merasa buntu, tapi pada waktu yang sama, tiba-tiba bantuan juga datang, bisa dari hal-hal yang tiba-tiba kita lihat di layar telepon.
Aku tidak mencari bantuan pada awalnya, tapi bantuan itu datang tiba-tiba dan ternyata dia adalah orang yang ahli, aku bersyukur karena aku mau membuka diri hingga akhirnya aku bisa menemukan cara untuk menyelesaikan masalah yang awalnya buntu.
Aku dibantu berpikir secara psikologis, bagaimana melihat suatu masalah adalah fase yang harusnya dilewati sebagai ujian, kalau kita bisa melewati, ya akhirnya hidup akan kembali normal.
Aku jarang sekali terbuka masalahku pada orang-orang secara rinci, karena menurutku tidak baik memberitahu keburukan, tapi jika aku sudah berbagi hal buruk berarti aku butuh bantuan dan pada siapa kita meminta pertolongan, tentu di fase ini aku solat dan menangis di atas sejadah, tapi kalau sedang kalut, aku butuh pandangan yang bisa berinteraksi secara langsung, maka bertemu dengan orang itu yang ternyata ahli dan memberi cara pandang berbeda, membuatku merasa bahwa, oh ini tuh takdir, aku memang harus melewati hal berat dulu untuk dapat menemukan jalan yang aku pikir nggak akan pernah bisa aku lewati.
Tentu masalah tidak ujug-ujug selesai, aku pikir butuh waktu beberapa lama untuk akhirnya aku bisa melupakan, tapi paling tidak aku selamat kali ini, selamat dari kerusakan karena aku dibantu oleh orang yang secara kebetulan bertemu denganku sebagai takdir. Pertemuan yang membuatku merasa bahwa, aku sudah bertumbuh lebih baik dari waktu ke waktu, tidak lagi tenggelam dalam dendam.
Jangan lupa like, coment dan follow akun Noveltoonku ya.
Jangan lupa untuk follow aku juga di :
IG : @mukakanvas
Tiktok : mukakanvas_horor
Youtube : @mukakanvas
penasaran kelanjutannya besok hehe
selalu jadi moodbooster buat aku, emak2
yg tiap hari berjibaku di rumah
hehee
semngat 💪💪