Savitri Pratomo, bungsu dari Reza Pratomo, generasi ketiga klan Pratomo, adalah seorang guru bimbingan konseling sebuah SMK di kota Solo. Guru nyentrik yang hobi naik motor besar terutama Kawasaki Ninja nya, guru yang dikenal bar-bar oleh para murid-muridnya, bertemu dengan...
Kim Jaehyun, seorang CEO perusahaan tekstil yang berada di Sukoharjo dan Sragen, pria yang paling tidak suka wanita kasar, tomboy dan tukang berantem.
Keduanya bertemu dalam situasi yang konyol tapi berkesan. Bagaimana absurdnya hubungan dua anak manusia yang berbeda karakter dan bagaimana reaksi keluarga besar Savitri?
Kisah generasi ketiga klan Pratomo
Isi hanyalah halunya author
Jangan plagiat karena jiwa gesrek kita berbeda.
Follow my IG @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Omelan Savitri
Ruang Tunggu RS PKU Muhammadiyah
"Jaehyun sudah makan siang? Kalau belum nanti makan di depan saja, ada bakso dan tempat makan."
"Gampang lah. Sementara makan roti dulu tidak masalah" Jaehyun mengambil roti yang tadi dibelikan oleh Abian untuk teman ngemil bersama Savitri.
"Kira-kira apa yang akan terjadi di dalam kamar Nina ya?" Abian menoleh ke arah Jaehyun.
"Bisa jadi Nina mendapatkan tauziah?" kerling Jaehyun.
"Tauzi... Astagaaa! Kamu itu...?" Abian menatap Jaehyun.
"Mamaku orang Indonesia dan papaku mualaf jadi aku ikut agama mereka. Oh jangan bilang sama Savitri-ya kalau aku paham bahasa Indonesia."
Abian tertawa terbahak-bahak. "Berarti saat Savitri ngomel-ngomel dengan bahasa campur aduk..."
"Aku nyaris tergelak. Mamaku orang Jawa dan aku mengerti bahasa Jawa meskipun tidak bisa mengucapkan karena lidahku kan Korea sekali sebenarnya. Tapi aku berlagak cool dan berusaha menahan tawa setengah mampus" gelak Jaehyun.
"Wah! Savitri mendapatkan lawan koplak juga!" kekeh Abian.
***
Ruang rawat Nina
"Haattssyyiiinnnggg!" Savitri bersin dengan keras. Kampret tuh berdua! Ghibah kagak kelar-kelar! Savitri mengusap hidungnya yang mancung.
"Bu Savitri flu?" tanya Nina.
"Nggak Nina. Kayaknya ada yang ngrasani ( omongin ) ibu deh! Lihat saja, tahu orangnya, ibu jewer!" geram Savitri. "So, kamu kenapa jadi cupet pikirannya? Sopo sing nggarai ( siapa yang bikin perkara )?"
"Bu...Ibu janji tidak menghajar...kan?"
"Tergantung! Layak dihajar opo ora."
"Bu..."
"Ya Wis ibu janji Pramuka." Savitri tersenyum meskipun di belakang dia menyilangkan jari tengah ke telunjuknya.
Menyilangkan jari sendiri digunakan untuk: memohon keberuntungan; membenarkan diri pada saat melanggar peraturan (salah satunya berbohong)
"Istri pak Herman... mendatangi saya..." bisik Nina. "Mengatakan saya lon*te, cewek gatel, kemlinti dan pelakor... di depan banyak orang yang sedang antri beli jajanan pasar" air mata Nina mengalir lagi. "Padahal saya yang dijebak oleh pak Herman..."
"Kalau kamu dijebak, harusnya cuma sekali saja Nina kamu berbuat. Tapi ibu melihat kamu masuk hotel dekat terminal dengan pak Herman. Itu namanya tuman ( ketagihan / kebiasaan tergantung konteks ). Apa itu nggak bikin ambigu? Kalau kamu dijebak, kamu harusnya lapor paling tidak ke ibu kalau kamu tidak mau orang tua mu tahu!"
Nina hanya terdiam.
"Apa dia bikin kamu ketagihan?" Savitri menatap Nina penuh selidik. "Nina, ibu belum pernah melakukan hubungan sek*sual dengan siapa pun karena ibu ingin memberikan pada pria yang sudah menjadi suami sah, kekasih halal. Tapi jika kamu merasa suka melakukan, harus bisa kamu suppress ( tekan ). Karena apa, karena kamu akan mengalami yang namanya kecanduan. Ini yang bahaya karena kamu akan mencari lanangan untuk memenuhi hasrat kamu dan ibu tidak mau kamu kejeglong di lubang yang sama. Apa kamu sudah memeriksa keadaan kamu? Maksud ibu, tidak ada PMS ( Penyakit Menular Sek*sual ) yang kamu idap?"
"Nina.. kurang tahu Bu..."
"Nanti ibu akan minta ke dokter untuk periksa darah kamu. Nin, maaf ibu keras sama kamu karena ibu tidak mau kamu semakin kebablasan lagi. Kowe ora mesakne Karo bapak ibumu ( Kamu tidak kasihan sama kedua orangtuamu )? Mereka sudah menerima kondisi kamu berbadan dua, sekarang kehilangan cucunya dan nyaris kehilangan kamu. Mbok dipikir Nina. Tidak ada orang tua yang berharap menguburkan anaknya sebelum mereka." Savitri memegang tangan Nina. "Nin, kalau kamu mau mendapatkan pasangan yang baik, perbaiki perilaku kamu. Jujur ibu tidak menyangka kamu bisa seperti ini. Apa yang membuat kamu masuk dalam ragunan eh ... rayuan pulau kelapa?"
"Pak Herman mengancam saya akan melaporkan ke pak Agus saat melihat saya hendak melakukan pekerjaan saya..."
"Memang Kowe kerja apa nduk?"
"Saya bekerja sebagai kasir di sebuah tempat karaoke Bu. Saya ingin membantu kedua orangtuaku tapi pekerjaan itu yang saya dapat. Tapi sungguh Bu, saya hanya kasir bukan sebagai purel atau mbak-mbak yang suka Nemani tamu. Ibu bisa tanya sama pemiliknya."
"Nama tempat karaoke nya?" Savitri mengambil ponselnya dan mulai mencatat disana.
"KTV Gold daerah sekitaran pasar Legi."
"Kapan pak Herman ngelihat kamu?" tanya Savitri.
"Enam bulan lalu."
"Kamu diajak begituan?"
"Dua Minggu setelah itu."
"Kenapa kamu tidak lapor ke ibu? Apa kamu tahu, ibu bisa mengeluarkan dia bukan kamu!" suara Savitri meninggi. "Atau... kamu suka sama pak Herman? Sebab kalau begitu, ya wassalam Nina. Kamu juga salah disini. Karena jika kamu mengalami pelecehan, langkah yang diambil adalah melaporkan si pelaku. Bukan diam saja dan tuman berbuat itu terus..."
Nina menunduk.
"Ya Allah Ninaaaa ! Wis mandheg ya nduk. ( berhenti ya ). Kamu memang sudah kehilangan sesuatu yang berharga dan itu tidak akan kembali meskipun kamu vaginoplasty untuk mengembalikan hymen kamu. It's not the same. Tapi ibu minta agar kamu tutup semua kejadian buruk di belakang, benar-benar tutup buku. Jadilah Nina yang baru, Nina yang stand up, Nina yang bisa membuktikan bahwa tidak mudah ditindas, Nina yang berhasil. Masa depan kamu masih panjang, dan jika kamu membutuhkan bantuan ibu, insyaallah akan ibu bantu semampu mungkin."
Nina meremas tangan Savitri yang menggenggamnya dari tadi.
"Terimakasih ibu."
"Sudah kamu istirahat. Maaf kalau ibu Atos ( keras ) karena kamu tahu kan karakter ibu yang ceplas ceplos.
"Iya Bu. Maaf jika Nina merepotkan ibu."
"Jangan minta maaf sama ibu. Nyuwun ngapuro sama Allah SWT dan kedua orang tua kamu, sholat taubat dan banyak mengaji serta dzikir. Insyaallah hatimu akan adem. Ingat pesan ibu. Ponsel ibu bisa kamu hubungi jika kamu butuh teman bicara tapi jangan lebih dari jam sepuluh malam karena ibu juga butuh istirahat."
***
Savitri keluar dari kamar rawat Nina dan tampak kedua orangtuanya menghampiri guru cantik itu.
"Bagaimana Bu?" tanya Bu Santo.
"Alhamdulillah sudah mau bicara dan memang ada yang memicu putri bapak dan ibu berbuat seperti itu."
"Siapa Bu? Apakah pria yang menghamilinya?" tanya Pak Santo.
"Apa bapak dan ibu tahu siapa?" Savitri menatap keduanya.
"Nina tidak mau mengatakan."
"Baik. Jadi begini, saya minta pada bapak ibu berdua, jaga Nina karena saya takut dia mengalami depresi dan jika bapak ibu meminta bantuan saya, insyaallah saya bisa bantu. Tapi jika kalian membutuhkan bantuan tenaga profesional, psikolog misalnya, saya bisa merekomendasikan teman saya yang bekerja disini. Namanya Imelda, psikolog RS PKU Muhammadiyah. Ibu bisa menyimpan nomor teman saya itu, nanti saya opening ke Imelda."
Bu Santo lalu menyimpan nomor kontak psikolog teman Savitri. Setelah berbincang sebentar, gadis itu pun berpamitan dan menuju dua cogan yang masih asyik berghibah.
"Benar-benar deh kalian itu! Layaknya cewek tukang ghibah!" tegur Savitri sambil duduk diantara keduanya.
"Gimana? Siapa pelakunya?" tanya Abian.
"Istrinya Herman."
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa gaeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote gift and comment
Tararengkyu ❤️🙂❤️