Life After Marriage ( Jenar & Arya )

Jenar menatap Arya yang tengah tertidur pulas di samping nya. Tangan Jenar mengulur ingin menyentuh wajah Arya, namun kembali ia urungkan. Saat melihat pergerakan dari Arya, Jenar segera menutup matanya seolah ia masih tertidur.

Jenar sangat merindukan Arya, ia memang sakit hati atas pertengkaran dengan Arya waktu itu. Namun Jenar juga menyadari bahwa itu tak sepenuhnya kesalahan Arya.

Saat ini Jenar masih terjebak dalam penyesalan yang sangat dalam. Andai ia tidak mendiamkan Arya, andai dia bisa lebih dewasa dan tidak mudah cemburu. Pasti ini semua tak akan terjadi, harusnya ia bisa membicarakan nya baik baik dengan Arya, bukan kah rumah tangga itu tentang dua hati dan dua pikiran yang bersatu? Lalu bila suami istri hanya memikirkan hatinya sendiri sendiri tanpa memikirkan hati pasangan nya untuk apa? Dan juga bukan kah harusnya mereka saling percaya bukan malah saling menuduh.

Hati Jenar begitu sesak kala memikirkan hal itu, akibat kebodohan nya, ia kehilangan calon buah hatinya. Harusnya Jenar bisa mempertahan kan anaknya. Andai Jenar tau lebih Awal bahwa dirinya tengah hamil pasti ia akan menjaganya lebih baik lagi.

"Hiks hiks hiks." Jenar kembali terisak, membuat Arya langsung membuka matanya panik dan langsung duduk.

"Sayang." Panggil Arya pelan, ia mengira bahwa Jenar tengah bermimpi buruk sehingga ia terisak di tengah tidur nya.

"Sayang, hey bangun yank. Hey buka matanya." Ucap Arya sambil mengusap air mata Jenar.

Bukan membuka mata, Jenar malah semakin terisak. Jenar sangat ingin di peluk oleh Arya namun ia enggan untuk berbicara, lidahnya terasa kelu dan suaranya seperti tercengat di tenggorokan.

"Hiks hiks hiks." Isak Jenar sambil menggenggam tangan Arya begitu erat.

"Sayang, kamu kenapa hey bangun yank. Itu hanya mimpi bangunlah." Ucap Arya lembut lalu ia kembali membaringkan tubuhnya dan langsung memeluk Jenar.

Tidak ada penolakan dari Jenar, membuat Arya lega dan semakin mengeratkan pelukan nya. Jenar pun yang ingin memeluk Arya, tidak menyia nyiakan kesempatan itu. Ia membalas pelukan Arya bahkan lebih erat sambil terisak tentu nya.

"Ssstt, ada mas disini. Jangan menangis lagi." Ucap Arya pelan sambil mengusap usap kepala Jenar.

Setelah beberapa saat, tangis Jenar terhenti, Jenar kembali tertidur di pelukan Arya.

"Mas akan berusaha menjadi suami yang lebih baik lagi buat kamu. Mas janji akan memperbaiki semua nya. Maafkan Mas sayang." Ucap Arya pelan. Jenar masih bisa mendengar ucapan Arya, dalam hatinya ia merasa sedikit senang namun ia juga masih merasa sedikit sesak kala mengingat kembali pertengkaran nya tempo hari.

...🥀🥀🥀...

"Mom mom mom cim." Ucap Javie sambil menyerahkan sebuah es krim pada Jenar. Saat ini Arya membawa Jenar untuk duduk di taman belakang bersama kedua anak nya.

"Javie Daddy gak di kasih hem?" Tanya Arya pura pura merajuk.

"No no no." Ucap Javie sambil menggerakkan tangan nya ke kanan dan ke kiri.

"Cim mom yah." Ucap Javie lagi.

Jenar menerima es krim itu dan tersenyum pada Javie.

"Ah ya sudah kalau begitu, daddy sama Vier aja." Ucap Arya lalu ia menggendong Vier.

Vier memang lebih anteng daripada Javie. Sedari tadi ia hanya fokus dengan es krim saja tanpa berkomentar apapun.

"Vier, Daddy bagi." Kata Arya. Vier pun segera menyuapkan es krim nya kepada Arya.

"Hemm manis." Kata Arya sambil melirik Jenar dan Javie.

Javie yang mudah merasa cemburu karena melihat Vier menyuapi Arya pun, ia segera menyuapi Jenar juga dengan es krim.

"Mom aaaa cim." Javie menyuapkan es krim pada Jenar dan Jenar pun menerima suapan Javie itu dengan tersenyum.

Arya yang melihat Jenar tersenyum dan mulai merespon Javie pun semakin gencar menggoda kedua anak nya agar Jenar semakin terhibur.

Tak jauh dari sana, Bian dan Tamara melihat kegiatan keluarga kecil Arya. Tamara lega karena akhirnya Jenar sudah mulai merespon dan mudah tersenyum. Hanya tinggal berbicara yang belum, namun Tamara yakin tak lama lagi pasti Jenar akan membuka mulut nya.