NovelToon NovelToon
Bukan Salah Takdir

Bukan Salah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Psikopat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Mengubah Takdir
Popularitas:418
Nilai: 5
Nama Author: MagerNulisCerita

Dua keluarga yang terlibat permusuhan karena kesalahpahaman mengungkap misteri dan rahasia besar didalamnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagerNulisCerita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Surat Pemanggilan

Kediaman Alfian

Pagi itu, suasana rumah masih lengang ketika Aldi menerima sebuah surat panggilan dari kepolisian. Masalah yang mencatut namanya kini benar-benar mengetuk pintu rumah.

Tok… tok… tok…

“Permisi.”

Ratri yang sedang membereskan ruang keluarga mendengus kesal.

“Siapa sih, pagi-pagi begini nggak punya etika bertamu, apa papah ya?" gumamnya.

“Iya… bentar—” Ucapannya terputus ketika ia membuka pintu dan mendapati dua petugas kepolisian berdiri sopan di teras.

"Selamat pagi nyonya" Petugas Polisi

"Selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu" Ratri

"Begini nyonya, kami dari pihak kepolisian. Maksud dan tujuan kami datang kesini tak lain adalah untuk menyampaikan surat panggilan kepada saudara Aldi dalam kasus bunuh diri mahasiswi kampus hijau yang mencatut saudara Aldi. Apakah saudara aldi ada ditempat?"

"oh kebetulan saya orang tua Aldi pak, dan Kebetulan Anaknya sedang di atas" Ratri

"Nanti akan saya sampaikan pak" Ratri

"Baik terima kasih nyonya, Saya mohon agar saudara Aldi dapat memberikan keterangannya dan dapat bekerja sama dengan baik." ujar salah satu petugas kepolisian

Ratri mengangguk cepat, walau wajahnya tampak kaget.

“Oh, iya Pak. Kami akan menghadiri panggilan itu. Tapi izinkan kami menghubungi pengacara kami dulu ya, Pak.”

“Baik, Nyonya. Kami tunggu di kantor. Kalau begitu kami pamit dulu. Mari, Nyonya.”

“Terima kasih, Pak.”

Ketika petugas sudah pergi, Aldi muncul dari tangga dengan rambut acak-acakan dan wajah masih mengantuk.

“Siapa, Mah?” tanyanya sambil mengucek mata.

“Kamu ya, Al!” Ratri langsung menyodorkan amplop coklat itu. “Udah tau kita lagi banyak masalah, masih bisa-bisanya kamu tidur nyenyak sampai jam segini. Nih, surat cinta dari kepolisian. Mamah tuh sudah pusing mikirin gimana lagi ngeluarin kamu dari masalah yang kamu buat.”

Aldi memucat. “Terus gimana dong, Mah? Aldi nggak mau dipenjara…” rengeknya sambil memegang lengan ibunya.

“Mamah juga bingung, Al. Papahmu aja semalam nggak pulang,” keluh Ratri sambil menekan pelipis.

Ia kemudian menarik napas panjang. “Kita tunggu papahmu pulang dulu. Nanti kita pikirkan bareng-bareng. Yang jelas, mamah mau hubungi Pak Anton dulu—pengacara kenalan mamah—buat nentuin langkah apa yang harus kita ambil.”

Aldi hanya mengangguk pasrah, wajahnya makin pasi.

Kediaman Fahri

Sementara itu, di rumah Fahri suasana justru penuh kehangatan. Setelah selesai merapikan kamar, Fahri menuju meja makan tempat Baba dan Umi sudah duduk menunggunya.

“Selamat pagi, Baba, Umi,” sapa Fahri ceria.

“Selamat pagi, Nak. Yuk, makan,” balas Umi sambil tersenyum.

“Udah beres kamar, Nak?” tanya Baba.

“Udah, Ba. Aman,” jawab Fahri sambil mengambil nasi dari bakul dan menyendok lauk pauk.

“Nanti berangkat jam berapa?” Umi bertanya lagi.

“Mungkin sekitar jam sembilan, Mi. Fahri nunggu Mas Bejo, travel langganan, jemput.”

“Oh iya, Ba…” Fahri menatap kedua orangtuanya. “Kayaknya nanti Fahri bakal jarang pulang. Soalnya Fahri ambil kelas bisnis juga di hari weekend. Tapi Fahri usahain pulang kalau lagi luang.”

Baba mengangguk mantap. “Baba sama Umi mah cuma bisa dukung apa yang jadi cita-citamu. Ya kan, Mi?”

“Iya, Nak. Yang penting apa yang kamu jalanin itu baik. Tapi nanti kalau Umi sama Baba kangen, Baba bisa nyusul kan?” Umi tersenyum kecil.

Fahri tertawa kecil. “Ya jelas bisa dong, Mi. Nanti Fahri cariin dulu kontrakan yang agak besar biar Baba dan Umi bisa nginep nyaman kalau main ke sana.”

Tanpa disadari, saking asyiknya mengobrol, suara klakson kecil terdengar dari depan rumah.

Beep!

“Loh, kok udah datang, Mas? Jam segini?” Fahri menyembul ke depan.

Mas Bejo tersenyum sambil menggaruk kepala. “Iya, Mas. Lagi sepi banget, jadi cuma bawa tiga penumpang. Jadi Mas Fahri saya jemput duluan.”

“Waduh, Mas. Fahri baru selesai makan. Barang-barang masih di atas. Mas Bejo sudah sarapan belum? Kalau belum, sini gabung dulu, sambil nunggu Fahri ambil barang.”

“Udah kok Mas, tadi sarapan roti.”

Baba mendengar itu dan langsung nyeletuk, “Nggak bagus nolak rezeki, Jo.”

Fahri menimpali, “Iya, ayo Mas. Mumpung lauknya masih lengkap.”

Umi pun ikut memanggil, “Sini, Jo. Umi udah ambilin ini, biar kenyang dulu.”

Mas Bejo tertawa malu-malu. “Duh, enak banget kalau tuan rumah gini. Bisa-bisa saya sering mampir nih.”

“Kamu ini, Jo. Ada-ada aja,” Baba terkekeh.

Mas Bejo akhirnya ikut sarapan sebentar sambil ngobrol ringan. Setelah Fahri selesai mengemasi barangnya, keduanya pun berpamitan dan berangkat.

Kediaman Alfian – Kembali

Di sisi lain, Alfian akhirnya pulang setelah semalaman tak kembali. Ia memakirkan mobil dengan wajah letih — rupanya semalaman ia tertidur di rest area karena terlalu banyak pikiran.

Begitu masuk rumah…

“Dari mana aja, Pah?! Masih ingat pulang juga ternyata!” Ratri langsung menodongnya dengan omelan.

Tidak menggubris, Alfian langsung berjalan menuju kamar dan mengunci pintu dari dalam. Tubuhnya terlalu letih untuk berdebat.

“Pah! Dengerin mamah dulu! Paaah!” Ratri mengetuk pintu berkali-kali, namun tak ada respon.

Aldi datang menghampiri karena mendengar keributan. “Kenapa, Mah? Papah udah pulang?”

“Udah! Tapi tuh lihat, papahmu malah ngunci kamar!” gerutu Ratri.

Aldi ikut mengetuk. “Yah, buka dong Yah. Ini Aldi.”

Tetap tak ada sahutan. Ternyata Alfian sudah terlelap, tak peduli dengan kekisruhan di luar pintu.

Ratri hanya bisa menepuk dahinya. “Aduh… keluarga ini makin hari makin bikin pusing.”

Kediaman Wijaya

Sementara itu, suasana di rumah keluarga Wijaya penuh aktivitas pagi yang berbeda. Karena perkuliahan masih diliburkan, Tiara memutuskan ingin ikut kakak sulungnya bekerja di kantor.

“Yah, Kek… Tia boleh ikut bantu-bantu di kantor nggak? Tia bosen banget di rumah terus. Tia mau praktik langsung,” pintanya sambil mendekat ke ayah dan kakeknya.

Nathan mengangkat alis. “Yakin, Dek? Mending kamu ikut Mamá pengajian.”

“Apa sih, Kak? Selain donatur, dilarang ngatur,” Tiara manyun.

“Ayah, Kek…” rengeknya lagi, kini lebih manis.

Hendra tertawa kecil. “Kamu yakin, Dek? Nanti kamu capek, terus ngeluh.”

“Aman, Yah. Lagian Tia kan jago kalau urusan bisnis… beda sama yang itu.” Ia menunjuk Nathan.

“Loh kok kakak disinggung?” Nathan protes.

Keluarga hanya bisa geleng-geleng. Mereka memang selalu ribut, tapi anehnya kalau berjauhan, justru saling rindu.

Pak Wijaya dan Anindita saling berpandangan sebelum mengangguk setuju.

Michael kemudian berkata, “Di kantor kakak aja, Dek. Kebetulan Micha lagi butuh orang buat bantu-bantu Pah. Kalau adek mau, nanti bisa berangkat bareng kakak.”

Tiara langsung memeluk lengannya dramatis. “Ya Allah kakakku. Lope-lope sekebon deh. Kak Micha tuh kakak terdabesstt. Nggak kayak yang itu…” ujarnya sambil melirik Nathan.

“Tapi nanti mampir dulu ya Kak, beli es krim sama jajanan di minimarket. Tia nggak bisa kerja kalau nggak ada itu.”

Nathan mendengus. “Itu kerja atau ngemil, Bu Hajah?”

“Ya suka-suka saya. Donatur saya aja nggak protes,” balas Tiara sambil bergelendot di bahu Micha.

Anindita menegur lembut, “Dek Tia, jangan begitu. Nggak sopan. Biarkan kak Micha sarapan dulu.”

Tiara langsung tersenyum manis. “Iya, maaf Bunda. Ya sudah, donaturku silakan sarapan yang banyak dulu. Tia mandi dan siap-siap dulu ya semuanya.”

“Iya, Sayang,” jawab Hendra.

Hendra tahu betul, kalau Tiara sudah punya keinginan, tidak ada yang bisa menghalangi. Dan sebagai anak yang cerdas, ia yakin Tiara mampu mewarisi bisnis keluarga suatu hari nanti.

1
bebekkecap
😍
bebekkecap
next kak, gasabar pas semuanya kebongkar🤣
AuthorMager: Sabar kak, masih lama...hhehhe
total 1 replies
AuthorMager
Bismillah, semoga banyak pembaca yang berminat. Aamiin
AuthorMager
Selamat menikmati alur cerita yang penuh plotwist
bebekkecap
seru banget kak, lanjut kak
AuthorMager: siap kak, bantu like and share ya kak🤭
total 1 replies
bebekkecap
makin seru aja ini kak ceritanya, sayang kok bisa cerita sebagus ini penikmatnya kurang👍💪
AuthorMager: Aduh makasih kak, bantu share ya kak🙏
total 1 replies
bebekkecap
Bahasa rapi dan terstruktur secara jelas
AuthorMager: duh, jadi terharu. makasih kak
total 1 replies
bebekkecap
Bahasa rapi dan terstruktur secara jelas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!