 
                            Keputusannya untuk mengubah nasib di kota lain, justru membuat Kamal harus menghadapi kisah hidup yang tidak biasa.
Pesona anak muda 22 tahun itu, membuatnya terjebak dalam asmara tak biasa. Kamal tidak menyangka kalau dia akan terlibat hubungan dengan wanita yang telah bersuami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hujan Deras Lagi
Hallo."
"Iya."
"Iya, Mas"
"Ya."
Klik! Panggilan telfon pun berakhir
Anak muda yang baru saja terbangun dari tidurnya itu lantas memeriksa waktu di ponselnya dan ternyata sudah menunjukan pukul dua siang.
Karena tubuh yang masih agak lemas, anak muda itu memilih berbaring sambil memainkan ponselnya.
Namun, beberapa menit kemudian, telinganya terusik oleh suara ketukan pintu kamarnya. Anak muda itu lantas menyahuti. Begitu mendapat balasan, anak muda yang biasa dipangggil Kamal sontak terperanjat, lalu dia bangkit dan segera membuka pintu kamar.
"Mbak Tiwi, ada apa?" tanya Kamal begitu sosok yang baru saja mengetuk pintu kamarnya kelihatan wajahnya.
Tiwi lantas tersenyum. "Kamu baru bangun?" tanya wanita itu dan Kamal langsung mengiyakan. "Aku pikir kamu nggak pulang, karena dari tadi nggak kelihatan."
Kamal tertegun untuk beberapa saat. "Kamu nungguin aku, Mbak?" tanya anak muda itu dan kali ini dengan entengnya Tiwi mengangguk sambil tersenyum manis. "Astaga! Maaf, aku baru bangun. Emang ada apa? Kamu ada perlu sama aku?"
"Cuma mau ngajak kamu makan bareng," jawab Tiwi membuat Kamal menatapnya lekat. "Kebetulan tadi aku masak cukup banyak"
"Loh, masak dalam acara apa, Mbak?" tanya Kamal antara heran sekaligus senang. Heran karena wanita itu masak banyak dan senang karena Kamal bisa mengirit pengeluarkan, sebab tidak perlu beli makanan diluar.
"Aku kan tadi lihat rumah Mbak Gita masih sepi, kayanya dia belum pulang, kan? Jadi aku mikir kalau nggak ada Mbak Gita, kamu makannya gimana. Kebetulan aku punya bahan untuk dimasak ya udah aku sekalian masak buat kamu," jawab tiwi dengan entengnya.
:"Aduh, Mbak makasih," Kamal jelas semakin senang mendapat perhatian, meski itu dari istri orang. "Jadi nggak enak aku," ucapnya sambil cengengesan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya udah, kamu ke rumahku atau aku bawa makanannya di sini?" tawar Tiwi.
"Makan di rumah kamu aja deh, Mbak," balas kamal. "Eh, tapi apa suami kamu belum pulang?"
"Ini hari apa, Mal," balas tiwi. "Suamiku kan kalau pulang harti sabtu."
"Oh gitu," balas Kamal. "Berarti suami kamu, kalau di rumah, cuma satu malam dong, Mbak."
Dengan raut wajah yang masih menunjukan senyum dibibirnya, Tiwi mengangguk. "Ya udah ayok ke rumah aku. Apa kamu belum lapar?"
"Ya pasti udah lapar lah, Mbak, udah jam berapa sekarang," jawab Kamal. "Aku ambil ponsel sama rokok dulu, Mbak."
Tiwi mengiyakan, lalu wanita itu memilih berjalan terlebih dahulu.
Baik siang maupun malam, di komplek perumahan itu memang sangat sepi. Meskipun ada tetangga, mereka sibuk dengan urusannya masing-masing dan tetangganya juga tidak banyak.
Maka itu. Kamal merasa tenang ketika main ke rumah seorang wanita, meski wanita itu sudah bersuami.
"Orang ganteng tuh beda ya? Bangun tidur aja masih kelihatan gantengnya," celetuk Tiwi begitu mereka sampai di rumah wanita itu dan melangkah menuju meja makan.
"Apaan sih, mbak," balas Kamal tersipu malu. "Wah, sepertinya enak nih," puji pria itu kala matanya melihat beberapa hidangan yang sudah tersaji di atas meja makan.
"Ya udah langsung makan aja, kebetulan aku juga udah lapar,": ujar Tiwi begitu duduk di salah kursi yang ada di sana.
"Loh, kamu belum makan, Mbak?" Kamal jelas kaget mendengarnya.
"Aku sengaja nungguin kamu," balas Tiwi. "Kalau makan bareng-bareng, rasanya tuh lebih enak."
Kamal pun mengangguk dan tersenyum, lalu dia mulai mengambil piring dan mengisinya dngan hidangan yang ada. Keduanya lantas menikmati hidangan sambil berbincang ringan dan mereka terlihat semakin akrab.
"Hari ini kamu acaranya apa, Mal?" tanya Tiwi beberapa saat kemudian.
"Tadinya sih ngak ada acara apa-apa, Mbak," jawab Kamal. "Cuma tadi pas lagi tidur, maS Deni telfon, aku disuruh ke rumah temannya yang akan jualan martabak hari ini. Aku disuruh membantunya, soalnya Mas Deni belum bisa pulang."
"Oh..." Tiwi nampak manggut-mangut. "Kirain nggak ada acara,"
"Emang kenapa, mbak? Kamu ada perlu sama aku?" tanya Kamal.
"Ya nggak juga sih," jawab Tiwi. "Kalau kamu nggak ada acara, kan, kita bisa ngobrol lagi kaya semalam. nanti aku masakin kamu lagi buat makan malam gitu."
"Waduh, aku jangan dimasakin terus dong, Mbak, nanti aku ketagihan bagaimana? Mbak Tiwi mau tanggung jawab?"
Tiwi malah tersenyum lebar. "Ya ngak apa-apa kalau kamu ketagihan. Berarti aku nggak sia-sia sudah bisa masak."
Kamal pun ikut tersenyum. "Coba kita dekat dari dulu, Mbak, pasti aku akan sangat irit pengeluarkan karena dimasakin terus oleh kamu," ucapnya bercanda.
"Jadi kamu mau dimasakin aku terus?" Tiwi malah menganggapnya serius. "Oke, mulai sekarang, aku akan masak buat kamu."
"Waduh, jangan mbak," Kamal jelas kaget mendengarnya. "Nanti suami kamu salah paham."
"Ya nggak apa-apa, lagian salah dia sendiri, ninggalin aku sendirian di sini," balas Tiwi dengan entengnya. "Coba, kalau dia ngajak aku tinggal bareng, beda cerita kan?"
Kamal tersenyum tipis dan seketika itu juga dia merasa tidak enak hati. "Tapi aku ngak mau loh, Mbak, hubungan kamu dan suami jadi ada masalah gara-gara aku."
"Kalau nggak ada yang bilang ke suamiku, ya, bakalan aman," lagi-lagi Tiwi berkata dengan entengnya. "Lagian, kita kan hanya berteman. Apa kamu mau menjalin hubungan lebih dengan aku?"
Kamal lantas tersenyum. "Kalau Mbak Tiwi masih sendiri, aku sih nggak bakalan nolak, Mbak. Kamu itu udah cantik, mandiri, bisa masak, paket komplit lah." Sektika senyum Tiwi semakin melebar.
Mereka terus berbincang hingga hidangan dalam piring mereka habis. Setelah makan mereka pun kembali berbincang dan tanpa terasa, waktu menujukan pukul empat sore. Mau tidak mau Kamal harus mengakhiri obrolan mereka karena anak muda itu harus berangkat ke suatu tempat atas perintah Mas Deni.
Setelah mandi dan nampak rapi, Kamal pun berangkat, melajukan motornya menuju alamat yang sudah dia dapatkan dari Mas Deni.
Apa lagi tempat yang dituju kamal adalah tempat tinggal wanita yang kemarin pergi dengan kamal sampai memergoki selingkuhan dari suami wanita itu.
Jadi, jika Kamal kehilangan arah, dia tinggal telefon wanita itu saja, kerena mereka memang sudah sempat bertukar nomer ponsel.
"Eh, Kamal, kamu haru sampai?" tanya Fika, wanita yang kemarin pergi dengan Kamal.
"Iya, Mbak," jawab kamal.
"Sini, masuk," ucap Fika. "Nanti kita ke rumah saudaraku bareng aku ya, aku mau ganti baju dulu."
Kamal mengiyakan dan dia masuk ke dalam rumah tersebut. Namun tak lama setelah Kamal duduk, hujan kembali turun dan kali ini hujannya cukup besar.
"Kamal, kata Mas Aryo, kita ke sananya nanti saja nunggu hujannya reda, gimana? nggak apa-apa kan?" ucap Fika ketika dia keluar kamar menemui Kamal.
"Nggak apa-apa. mbak," jawab Kamal. namun dalam hari dia berkata. "Duh, lagi-lagi aku terjebak hujan dengan istri orang."
lanjut thor 🙏
Sepertinya tidak ada orang yang memiliki keinginan terjebak cinta yang mendalam terhadap istri orang lain. Selain menyiksa juga akan banyak tantangan yang harus dihadapi.
Menjadi orang ketiga dalam sebuah pernikahan seseorang yang terlibat dalam perselingkuhan.
Hubungan perselingkungan memang akan lebih 'memabukkan' karena mereka dibangun dalam pertemuan singkat dan sembunyi-sembunyi.
Tentu hubungan tersebut sebaiknya diakhiri agar tidak terjadi masalah dikemudian hari.
Ucapkan selamat tinggal dan katakan dirimu tidak mau melihat mereka lagi, tidak ada pengecualian.
Dirimu harus menutup pintu emosional yang terbuka dan memutus semua kontak dengannya......💘🔥✌️👌
Tetap semangat...Thor
"Berfokuslah pada tujuan, bukan pada hambatan."....💪
Salma ini adem ngomongnya,bikin tenang.pikirannya juga bijak banget...
nama mereka juga hampir sama 😆