NovelToon NovelToon
Bukan Berondong Biasa

Bukan Berondong Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Identitas Tersembunyi / CEO / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Berondong
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan Sadewa

“HAH?! APA?! NIKAH?!”

Pagi yang cerah berubah jadi pagi paling absurd dalam hidup Dewa.

Di depan pintu rumahnya, Pak RT berdiri dengan dua hansip di belakangnya — wajah mereka serius, seperti sedang menangkap buronan.

Pak RT menunjuk ke arah Dewa dengan nada tegas.

“Ya betul, menikah. Omongan saya kurang jelas, Nak Sadewa? Saya nggak mau lingkungan saya yang bersih jadi tercoreng ya! Saya kasih waktu sampai sore. Saya balik lagi ke sini, dan harus sudah ada keputusan.”

Pak Mamat menimpali sambil mengangkat ponsel yang masih merekam.

“Udah nikah aja, Nak Dewa. Dari pada ini video viral, lho.”

Pak Romli menambahkan dengan nada bijak-bijak ngeselin.

“Pilihannya cuma dua, Nak. Sah… atau viral.”

Dewa terpaku, wajahnya pucat.

“T-tapi, Pak—”

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Pak RT sudah berbalik badan, diikuti kedua hansip yang melangkah gagah seolah baru menyelamatkan kehormatan kompleks.

Pintu tertutup.

Hening.

Dewa berdiri kaku beberapa detik sebelum akhirnya mengacak rambutnya keras-keras.

“Astaga! Pilihan macam apa itu...arrghh!!”

Ia menghela napas panjang, duduk di lantai, lalu menatap langit-langit dengan wajah frustasi.

“Baru jam tujuh pagi, tapi masalahnya udah selevel sinetron prime time.”

Dengan wajah pasrah, Dewa memunguti satu per satu pakaian Lucy yang berserakan di lantai.

Kemeja, celana, jas kerja. Entah kenapa rasanya seperti sedang membereskan TKP.

Sambil menghela napas panjang, dia berjalan ke arah kamar.

Begitu pintu dibuka—

“KYAAAAAAA!”

Lucy menjerit kaget sambil memeluk selimut, matanya melotot.

“Ngapain lo masuk?!”

Dewa refleks langsung menutup mata dan melempar baju ke arah Lucy.

“Woi, ini kamar gue ya! Lagian nih—kenapa sih baju bisa berserakan begini?! Gue tuh nggak ngapa-ngapain lo, sumpah!”

Lucy yang masih setengah sadar cuma bisa tersenyum malu.

“Emm... itu....”

...Flashback — beberapa jam sebelumnya....

Dewa baru saja tiba di rumah, masih dengan Lucy di gendongannya.

“Anjrit, capek banget, gila…” gerutunya sambil mengatur napas.

Belum sempat naruh Lucy, gadis itu mendadak meringis.

“Perut gue... kok mual ya… kayak mau muntah…”, sambil menutup mulutnya menahan sesuatu yang mungkin akan keluar.

Dewa panik, mengguncangkan tubuh Lucy ke kanan kiri.

“Eh—eh mau apa lo? Mau muntah?! Tunggu dulu, turun dulu bentar!”

Tapi terlambat. Rasa mual telah menjalar hingga kerongkongan Lucy dan...

Hoek! Hoek!

Dewa terpaku dengan pasrah.Bahu dan bajunya resmi kena serangan muntah mendadak.

“Duh anjing, kesialan apa lagi ini,” desisnya pasrah sambil nurunin Lucy ke sofa.

Beberapa menit kemudian, setelah membersihkan diri, Dewa keluar dari kamar mandi hanya mengenakan celana training, tanpa atasan. Mengendus-endus badannya berharap tidak ada bau tersisa.

Tubuhnya masih basah, rambut acak-acakan — tapi yang dia lihat di ruang tamu, Lucy sudah tertidur pulas di sofa

“Yaudah, biarin ajalah. Yang penting udah diem,” gumamnya pelan sambil menyelimuti Lucy.

Setelah itu Dewa masuk ke kamar, membanting tubuhnya ke kasur.

“Anjir... asli capek banget, ya Tuhan…” lalu tertidur.

Namun di tengah malam, Lucy yang masih setengah mabuk merasa gerah.

“Panas banget, anjir…” gumamnya setengah sadar.

Dengan entengnya, ia membuka sebagian bajunya, menyisakan tank top dan celana pendek, lalu berjalan sempoyongan ke arah kamar Dewa.

Tanpa pikir panjang, ia merebahkan dirinya di samping Dewa — saling membelakangi, sama-sama terlelap.

...Kembali ke pagi hari...

Lucy berdiri di dekat ranjang sambil buru-buru mengenakan pakaiannya, wajahnya merah padam. Dewa, yang duduk di tepi kasur sambil menutup mata dengan tangan, hanya bisa mendesah lelah.

“Sorry ya. Gue kira ini rumah gue,” ucap Lucy pelan, nyaris berbisik.

Dewa menurunkan tangannya perlahan, menatap Lucy dengan ekspresi serius.

“Lo tau gak, gara-gara baju lo yang berserakan itu, kita disuruh nikah, Kak!”

Lucy menoleh cepat, seolah tak percaya

“Hah? Kok jadi nikah sih??!"

Dewa menghela napas panjang, sambil menatap Lucy tajam.

“Ya lo pikir aja, orang liat gue bawa lo subuh-subuh, terus di rumah ada baju perempuan berantakan… gimana gak dikira kumpul kebo, coba? Sekarang Pak RT kasih dua pilihan—nikah, atau video kita viral.”

Lucy langsung panik.

“Gue gak mau! Ngapain gue nikah sama lo?!” tolaknya keras.

Dewa melipat tangan di dada, sambil menaikan kedua bahunya.

“Ya udah, kalo gitu siap-siap aja masuk grup gosip komplek. Gue udah dikasih waktu sampai sore buat mutusin.”

Lucy memutar bola matanya, frustasi.

“Ya lo juga salah! Ngapain bawa gue ke rumah lo segala?! Kan bisa ke apartemen gue!” suaranya meninggi, jelas tak terima.

Dewa menoleh cepat membulatkan matanya, menatap Lucy tak percaya.

“Heh, neng… lo lupa ya?! Pintu apartemen lo ke-blokir gara-gara lo salah masukin kode berkali-kali.”

Lucy terdiam, mencoba mengingat, tapi yang ada kepalanya malah nyut-nyutan.

“Serius gak ada opsi lain?”

Dewa mengangkat bahu.

“Terserah. Gue kasih waktu enam jam dari sekarang buat lo mikir. Jangan coba-coba kabur.”

Ia melangkah ke pintu,

BLAM!

Pintu tertutup dengan bunyi keras.

Lucy terpaku di tempat, memegangi kedua pipinya.

“Nikah? Sama dia? Orang asing, berondong lagi?! Oh My God! Big No!!”

Setelah menutup pintu dengan sedikit keras, Dewa menarik napas panjang. Ia melangkah ke dapur, mengambil segelas air dan meneguknya sampai habis. Tenggorokannya yang kering seolah menegaskan betapa rumitnya pagi itu.

Ia bersandar ke sandaran sofa, memijat pelipisnya yang mulai berdenyut.

Pusing.

Semuanya terasa absurd—bangun tidur, dituduh kumpul kebo, disuruh nikah sama orang yang bahkan belum sepenuhnya ia kenal.

Dewa tampak berfikir serius, berharap ini langkah terbaik yang ia ambil.

“Semoga ini keputusan yang tepat,” gumamnya lirih.

Dewa meraih ponsel, menekan nama yang sudah akrab di layar.

“Sep, lagi di mana?” suaranya terdengar berat, tapi datar.

“Baru mau otw outlet, Bang. Kenapa?”

Dewa menarik napas pelan, menatap langit-langit.

“Outlet tutup dulu aja hari ini. Gue minta tolong, lo pergi ke toko perhiasan, beli cincin kawin. Sekalian, apa pun yang biasanya disiapin buat nikah—baju, seserahan, entah apalah itu. Pokoknya lo urus. Nanti duitnya gue transfer.”

Di seberang sana terdengar jeda penuh keheranan.

“Ini semua..persiapan nikah, Bang… siapa yang mau nikah?”

Dewa menelan ludah, menatap gelas kosong di tangannya.

“Gue.”

Beberapa detik hening. Lalu suara Asep terdengar melengking kaget, “Hah?! Serius, Bang?!”

Sambungan terputus tanpa Dewa menjawab pertanyaan Asep.

Satu nama lain muncul di daftar kontak Dewa. Tangannya sempat ragu beberapa detik sebelum akhirnya menekan tombol hijau di layar.

“Halo, Pak. Bisa tolong ke Bandung sekarang?” suaranya terdengar datar tapi dalam, seperti menahan sesuatu.

Dari seberang, terdengar suara seorang pria tua yang familier, lembut tapi terkejut.

“Halo, Den Dewa? Ada apa, Nak?”

Dewa menarik napas pelan, lalu menjawab tanpa basa-basi,

“Saya mau nikah, Pak. Tolong jadi wali saya, ya.”

Hening sejenak. Suara di seberang terdengar panik dan bingung.

“Waduh, Den… saya mana berani. Lebih baik Den bicara dulu sama Tu—”

“Jangan kasih tahu mereka!” potong Dewa cepat, nada suaranya meninggi sedikit.

Ia menatap lantai, rahangnya mengeras.

“Pak, tolong aja. Datang sekarang juga. Saya tunggu.”

“Eh, tap—”

Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya, sambungan sudah terputus.

Layar ponsel kembali gelap.

Dewa memejamkan mata, mendesah panjang. Lalu melempar ponsel ke meja, dan menatap ke arah kamar tempat Lucy masih diam sejak tadi.

“Nikah super kilat… kegilaan macam apa ini?"

...----------------...

...Jadi gitu? Emang Lucy udah setuju Dew?...

...Lucy belum meng iyakan loh 🙄...

...Besok kita kondangan ga nih guys?...

...Jangan bosen-bosen untuk terus pantengin kisah Lucy dan Dewa yaa...

...Jangan lupa! sertakan vote like dan komentar yaa, karena itu semua sangaat berarti untuk neng author 😂😘...

...Terimakasih! 💕...

1
nuraeinieni
berarti tiap hari dong nih peneror ganti no;hanya ingin meneror dewa,habis di pake langsung di buang,jd nggak bisa di lacak siapa peneror nya.
Iqueena
orang gak ngapa2in juga 😭. Tapi gppa lah, lebih baik bgtu🤣
Iqueena
kirain lu yang lepas 🤣
Jemiiima__: kali ini dewa msh suci /Facepalm/
total 1 replies
Iqueena
coba lanjut tidur udah mimpi indah itu 😭
Iqueena
Gayamu lucyyyy🤣
Iqueena
huhhhhh, syukur dewa datang tepat waktu
Nuri_cha
Dewa blm bilang sapa2 ya kalo dia dah nikah?
Nuri_cha
mulai berasa cemburu ya Luc?
Nuri_cha
ternyata dewa punya mata batin. bisa liat dgn mata tertutup. wkwkwkwk
Nuri_cha
Aaah, knp bilangnya pas Lucy pingsan. dia gak denger atuh Wa. nnt ulang ya kalo dah bangun
Xlyzy
Ahhh mati aja Lo di penjara situ
Xlyzy
ugh mantep
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝
semngat lucy ☺ semoga keadilan menyertaimu ya🫂
@pry😛
cp sih.... bs jlskn np bgt
Drezzlle
Dewa mana mau nomor bininya di kasih temennya /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
cemburu nggak sih mbak Lucy 🤣
Shin Himawari
seleksi berkasss dulu ya siss kandidat calon pacar🤣
Shin Himawari
untung aja ketauan sebelum nikah kalo ni laki selingkuh ishh sok ganteng luuu
Shin Himawari
mama dea ya 🥲 masih ajaa ngeles
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
sekuat-kuatnya yg kelihatan diluar setiap orang punya sisi rapuhnya 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!