Istri Simpanan Pemuas Tuan Eden

Plak!

"Kurang ajar kau Gio! Berani sekali kau menipuku!" teriak Keisha. Dia benar-benar histeris saat tahu bahwa Gio ternyata adalah seorang penipu, bahkan status Gio hanyalah supir pribadi Tuan Albert, bukan putranya!

Astaga!

Keisha tidak menyangka kalau dia dan keluarganya akan ditipu mentah-mentah seperti ini. Pupus sudah mimpinya menjadi orang kaya.

Gio ditangkap karena kasus penipuan dan pencurian dokumen-dokumen penting milik majikannya yaitu Tuan Albert.

Tuan Albert memang orang kaya dan terpandang, dia benar pengusaha batu bara, tapi dia bukan ayah Gio.

Jelas kenyataan ini membuat Keisha dan kedua orang tuanya seperti dihempas dengan kejam kedasar jurang.

Mau ditaruh dimana muka mereka dihadapan para tetangga dan para kerabat?! Rena dan suaminya sudah terlanjur membanggakan Keisha yang akan menikah dengan anak orang kaya.

Tapi kenyataannya?!

"Dasar bajingan! Brengsek! Beraninya kau menipu keluarga kami! Sekarang kembalikan sertifikat rumahku! Kembalikan!" maki Rena sembari menjambak rambut Gio yang hanya terdiam duduk dikursi kayu dengan tangan diborgol.

Saat ini semuanya sedang berada dikantor polisi. Meninggalkan acara pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagia.

Mendengar perkataan sang ibu, sontak Keisha menoleh dengan dahi berkerut.

"Sertifikat rumah?"

"Ya! Sertifikat rumah kita Keisha! Penipu ini, penipu ini mengiming-imingi Ibu dan Ayahmu untuk menaruh saham diperusahaan Ayahnya yang ternyata bukan ayahnya!"

"Dia bilang, Ayahmu perlu menyiapkan uang yang sangat banyak supaya mendapatkan hasil yang banyak pula! Dan bajingan ini, bajingan ini menyarankan untuk menggadaikan rumah kita, dan Ibu... Ibu memberikan sertifikat rumah kita Keisha!" Rena tampak histeris.

Deg.

"APA?!"

"Sekarang kembalikan sertifikat rumah kami! Kembalikan bajingan!" Rena kembali menjambak dan memukul kepala Gio. Namun dua polisi disamping lelaki itu mencoba melerainya.

Sementara Tuan Albert yang juga ada disana bersama istrinya, hanya mampu menghela napasnya. Mereka cukup kasihan dengan keluarga Rena, tetapi mereka juga korban, dan mereka lebih memilih menyerahkan semuanya pada pihak yang berwajib.

"Ma-maafkan aku Bibi, sertifikat rumah kalian sudah digadaikan." lirih Gio dengan kepala tertunduk.

"APA?!"

Keisha, Rena dan Ronald serempak terkejut. Yang lebih mengejutkan lagi tahu-tahu Rena pingsan ditempat.

"Ibu!"

"Rena!"

🌿🌿🌿

"Selamat siang Tuan Muda Eden." sapa kepala pelayan dirumah utama Eden.

Eden yang tengah berjalan memasuki rumah mengangguk tipis kepada kepala pelayan tersebut. Ekspresinya tampak dingin dan datar.

"Dimana Ayahku?" tanya Eden masih sambil melangkah.

"Dikamar Nona Alexa, Tuan."

Eden pun segera membawa dirinya kekamar Alexa yang berada dilantai atas.

"Eden!"

Alexa yang tengah berbaring lemas diatas tempat tidur mengembangkan senyumnya ketika melihat kedatangan sang suami yang beberapa hari ini tidak pulang kerumah dan tidak mengabarinya.

Tuan Wilson dan Nyonya Laura yang sedang menemani Alexa pun sontak langsung menoleh kearah pintu kamar, mengikuti arah pandang Alexa.

Tuan Wilson tampak mengepalkan kedua tangannya. Rasanya ingin sekali dia menghajar wajah putranya yang sulit diatur itu. Sementara Nyonya Laura hanya menatap Eden dengan tatapan tak suka.

"Akhirnya pulang juga. Apa harus menunggu istrimu sakit dulu baru kau pulang?!" hardik Tuan Wilson.

Eden tak menanggapi. Dia berjalan masuk, berdiri ditengah ruangan, enggan menggapai Alexa.

"Aku sudah disini. Jadi apa yang bisa aku lakukan?"

"EDEN!"

"Ayah! Aku mohon jangan memarahi Eden. Dia baru saja pulang." lirih Alexa dengan wajah sendunya.

"Ayah rasa, Ayah harus bicara dengan suamimu Alexa. Istirahatlah, biar Ibumu yang menemani." Tuan Wilson menatap Alexa lembut sebelum akhirnya dia menatap Eden dengan tajam. "Kau! Ikut aku!" titah Tuan Wilson pada putranya.

Tuan Wilson pun berlalu lebih dulu meninggalkan kamar melewati Eden. Sementara Eden masih berdiri menatap Alexa dengan tatapan muak.

🌿🌿🌿

"Sampai kapan kau akan mengabaikan Alexa?! Dia itu istrimu! Apa yang akan Ayah katakan pada keluarganya, jika kau terus bersikap begini pada Alexa, Eden?!" sentak Tuan Wilson.

Saat ini keduanya sedang berada dilantai bawah, tepatnya diruang kerja Eden.

Eden yang duduk disofa dengan kedua siku bertumpu pada lutut, tampak enggan menatap sang ayah.

"Alexa istri pilihan Ayah, bukan pilihanku. Jadi kenapa tidak Ayah saja yang memperhatikannya?"

"EDEN! KAU BENAR-BENAR ANAK KURANG AJAR!" Tuan Wilson yang sudah diliputi oleh amarah langsung mengambil sebuah buku tebal yang tergeletak diatas meja lalu melemparnya sekuat tenaga kearah Eden.

Eden berusaha menghindar namun naas ujung buku itu malah mengenai pelipisnya hingga membentuk goresan yang langsung mengeluarkan darah.

Eden menyentuh pelipisnya lantas dia tersenyum getir. Dia pun beranjak dari duduknya dan menatap sang ayah dengan penuh kebencian.

"Apakah Ayah sudah puas?"

"Kau! Berhentilah bermain jalang Eden, fokuslah pada Alexa dan segera berikan penerus untuk keluarga Dwight!"

Eden tersenyum sinis.

"Tentu Ayah. Aku akan memberikan penerus pada keluarga Dwight. Tapi bukan dari Alexa, melainkan dari istriku yang lain."

Deg.

"Apa maksudmu Eden?!" geram Tuan Wilson tak mengerti.

Sejenak keduanya terdiam dan saling menatap sengit, hingga akhirnya satu kesimpulan berkelebat dipikiran Tuan Wilson. Netranya pun seketika langsung kembali menyala murka.

"Kau menikahi seorang jalang?" desis Tuan Wilson.

Eden menyeringai.

"Dia bukan jalang seperti Laura, Ayah. Dia masih suci saat aku memilihnya dan kami sudah menikah."

"Apa?! Kau!" Tuan Wilson menuding Eden, lalu tak lama dia memegang dadanya yang terasa sesak. Dia tidak menyangka jika putranya yang tersisa satu-satunya itu akan bertindak jauh melangkahinya.

"Anak sialan! Seharusnya kau yang mati waktu itu Eden, bukan Edgar! Setidaknya meski dia cacat dia tidak akan MEMBANGKANG SEPERTIMU!" bentak Tuan Wilson.

Seringai diwajah Eden seketika meredup ketika nama saudara kembarnya yang sudah tiada disebut. Dia mengepalkan kedua tangannya sementara netranya memandang sang ayah dengan penuh kebencian.

"Jika boleh memilih, aku pun ingin kau atau jalangmu saja yang mati, bukan Ibuku atau saudaraku! Kurasa itu jauh lebih baik." desis Eden penuh penekanan.

Seketika netra Tuan Wilson melebar tak menyangka bahwa putranya akan berani membalas perkataannya dengan kasar.

Tak ingin berlama-lama didalam satu ruangan yang mulai terasa panas dan sesak, Eden segera berbalik badan dan meninggalkan sang ayah dengan membanting pintu dibelakangnya.

🌿🌿🌿

Tuan Wilson dan Nyonya Laura sudah meninggalkan rumah utama sejak sore tadi. Alexa pun sudah mendapatkan makan malamnya. Namun tidak dengan Eden.

Semenjak ayah dan ibu tirinya pulang, Eden lebih memilih masuk kedalam kamarnya yang berada tepat disamping kamar Alexa. Mereka tidur dikamar terpisah.

Entah apa yang dilakukan Eden didalam sana. Membuat Alexa yang memang sudah menanti kepulangan suaminya itu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan.

Wanita itu sudah mandi dan tampak segar. Dia mengenakan lingerie merah maroon yang dibalut dengan outer panjang transparan dan sangat kontras dengan kulit putihnya.

Malam ini Alexa harus berhasil merayu Eden dan membuat suaminya itu tidur dengannya.

Alexa tersenyum penuh kemenangan. Ternyata tidak sia-sia dia berpura-pura sakit dan meminta bantuan pada mertuanya yang kolot itu agar Eden pulang.

Kini dia akan menggunakan kesempatan yang dia miliki itu dengan sebaik-baiknya.

Dengan hati-hati Alexa melangkah masuk kekamar Eden yang tidak dikunci. Dia pun segera bersembunyi dibalik tembok saat melihat pintu kamar mandi hendak dibuka dari dalam.

Ternyata Eden baru selesai mandi? Bukankah ini waktu yang tepat?

Darah Alexa berdesir halus saat melihat Eden keluar dan berjalan kokoh memunggunginya menuju walk-in closed. Pria itu hanya mengenakan selembar handuk putih yang melilit dipinggangnya. Sangat sexy dimata Alexa.

Tak ingin membuang waktu Alexa segera berjalan mendekati Eden yang tengah memilih pakaian. Lalu dengan berani Alexa pun memeluk tubuh kekar Eden dari belakang.

Sontak Eden tersentak kaget. Dia ingin berbalik namun Alexa memeluknya erat.

"Aku merindukanmu Eden."

*

To be continued

Halo jangan lupa tinggalkan jejak yaa hehhe. Like, komen, hadiah, vote dan ulasannya. Terimakasihh ❣️🥰😘