Yujin hanya ingin keluarga utuh dengan suami yang tidak selingkuh dengan iparnya sendiri.
Jisung hanya ingin mempertahankan putrinya dan melepas istri yang tega berkhianat dengan kakak kandungnya sendiri.
Yumin hanya ingin melindungi mama dan adiknya dari luka yang ditorehkan oleh sang papa dan tante.
Yewon hanya ingin menjalani kehidupan kecil tanpa harus dibayangi pengkhianatan mamanya dengan sang paman.
______
Ketika keluarga besar Kim dihancurkan oleh nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Tersisa
Tidak ada yang bisa mengalahkan sunyinya rumah yang pernah dipenuhi tawa anak-anak. Pagi itu, Hana memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Apartemen milik keluarga kecilnya, dulu. Sebelum ia menghancurkan semuanya hanya karena nafsu semata. Hana duduk sendiri di dapur. Dapur itu kini terasa asing. Seperti panggung teater setelah pertunjukan selesai.
Ia memandangi kursi kecil Yewon di meja makan, lengkap dengan stiker unicorn dan bintang yang dulu mereka tempel bersama. Kini tak ada tangan mungil yang mengaduk sereal sambil bersenandung. Tak ada suara ceria yang menagih sarapan atau memeluk dari belakang.
Yang ada Hanya suara sendoknya sendiri yang berdenting saat jatuh di lantai.
Dan suara batin yang makin keras bertanya, "Apa ini semua sepadan?"
Hana tidak pernah memikirkan konsekuensi atas perbuatan zinanya bersama dengan kakak ipar. Karena selama ini ia yakin bahwa perbuatan mereka bisa ditutupi dengan sempurna. Tapi kenyataan menampar keras dirinya, sepandai-pandainya ia dan Jihoon menutupi perselingkuhan, pasti akan terbongkar.
Dan saat semuanya terbongkar, tidak ada kata maaf yang bisa diterima. Ia tanpa sadar telah membakar puing-puing terakhir dari rumah yang pernah mereka bangun.
Jisung pergi.
Yewon menjauh.
Dan Jihoon ... ia memang mendapatkan Jihoon. Tapi rasanya justru semakin menyesakkan.
...----------------...
Hari itu, Hana berdiri lama di depan cermin kamar yang dulu ia tempati bersama suami sahnya. Rambutnya berantakan dan matanya sembab. Ia nyaris tak mengenali wajahnya sendiri. Wajah seorang ibu yang kehilangan segalanya.
Ia mengenakan jaket putih, meraih dompet, dan memberanikan diri pergi menuju rumah Yujin. Ia tahu Yewon menginap di sana bersama Jisung. Ia tahu kedatangannya bisa dianggap lancang, tapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin melihat putrinya.
Hatinya menjerit untuk sekadar mendengar suara lembut Yewon memanggilnya Mama.
Ketika sampai di depan rumah Yujin, Hana tidak berani langsung membunyikan bel. Ia berdiri di seberang jalan dan menanti dengan gugup. Lalu, gerbang rumah terbuka. Hana terkejut dan ia tidak cukup cepat untuk bersembunyi.
Sunghan dan Yewon keluar sambil membawa buku gambar. Di belakang mereka, Sumin menyusul sambil mengenakan jaket hitam dan menatap sekitar. Khas seorang Sumin. Protektif dan waspada.
Yewon tidak sengaja menoleh dan langsung terpaku.
Mata kecilnya membesar saat melihat Hana berdiri di seberang jalan. Hana tersenyum ragu, tapi penuh harap.
“Wonnie...”
Suara itu lirih, nyaris tenggelam oleh angin.
Yewon tetap diam. Sunghan menatap Yewon dengan bingung, lalu mengikuti arah pandang sepupunya. Hana melangkah pelan mendekati putrinya.
“Mama kangen Wonnie,” ujar Hana dengan suara lirih.
Wajah Yewon tetap datar. Tapi matanya mulai mengalirkan air mata.
“Mama bohong,” suara Wonnie lirih, “mama tidak sayang Wonnie.”
Hana menggeleng dengan putus asa, “mama sayang sekali sama Wonnie. Mama cuma...”
“Mama bikin papa nangis!” seru Yewon lebih keras, suaranya pecah, “kalau mama menyakiti papa, berarti mama menyakiti Wonnie. Kalau mama tidak sayang papa, berarti mama juga tidak sayang sama Wonnie.”
Sumin langsung menggenggam tangan Yewon dan Sunghan. Ia menatap nyalang pada selingkuhan papanya. Sementara Hana tak bisa berkata-kata lagi. Bibirnya bergetar, tapi tak ada kata keluar. Hanya air mata yang jatuh, satu per satu.
“Hentikan drama murahanmu,” ucap Sumin dengan sengit.
“Sumin, aku mohon jangan buat Wonnie membenciku,” pinta Hana dengan nada memohon.
Sumin berdecih, “kamu sendiri yang membuatnya membencimu. Kenapa menyalahkanku?”
Sumin menyembunyikan dua bocah di belakang tubuhnya, lalu ia melangkah ke depan membuat Hana mundur.
“Aku harap kamu tidak pernah muncul lagi di depan Wonnie ataupun di depan keluarga kami,” ucap Sumin dengan tegas dan penuh kebencian, “kamu sudah merusak keluarga besar Kim.”
...----------------...
Hana pulang ke apartemen, ia langsung menuju kamar Yewon yang kini kosong. Boneka-boneka hilang. Buku-buku cerita sudah tidak ada. Seprai berwarna pastel sudah dilipat rapi dan dimasukkan ke lemari.
Yang tersisa Hanya kotak kenangan.
Hana membukanya. Di dalamnya ada gambar-gambar buatan Yewon. Hana mengambil satu gambar keluarga kecil. Gambar dirinya, Jisung, dan Yewon berdiri di taman dengan raut senang. Di sisi gambar, terdapat tulisan tangan My happy family.
Hana menutup mulutnya, lalu menangis terisak. Ia memeluk bantal kecil Yewon dan membenamkan wajah di sana. Ia menyesal. Tapi penyesalan tidak bisa mengubah masa lalu.
Ting tong
Hana mendengar suara bel berbunyi, ia langsung bangkit untuk membuka pintu apartemen. Ketika dibuka, Jihoon berdiri di sana dengan raut wajah khawatir.
“Kamu dari mana saja, Hana? Kenapa tiba-tiba pergi dari rumah tanpa memberi kabar?” tanya Jihoon dengan suara lelah.
Hana langsung menghambur ke pelukan Jihoon, “Wonnie tidak mau melihat aku lagi.”
Jihoon memeluk Hana sambil mengusap lembut punggung wanita itu, “kita harus kuat, Hana. Mereka semua membenci kita, tapi setidaknya kita masih punya satu sama lain.”
Hana mendongak menatap Jihoon dengan wajah basah dengan air mata.
“Kita?” ulang Hana lirih.
Jihoon mengangguk, “kita masih saling mencintai. Dan aku akan selalu berada di sampingmu.”
Hana kembali menyandarkan kepalanya ke dada bidang Jihoon, “tapi aku ingin anakku, Jihoon.”
Jihoon mencium pucuk kepala Hana, “aku paham, Hana. Kita akan pikirkan cara untuk mendapatkan Yewon. Aku akan berusaha untuk mengambil anakmu dan anak-anakku. Anak-anak kita.”
Hana mengangguk pelan. Ia sudah lelah untuk memikirkan semuanya. Malam itu, Jihoon membawa Hana kembali ke rumah kecil yang ia beli untuk tempat tinggal dirinya dan Hana.
...🥀🥀🥀🥀🥀...