Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.
Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.
Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.
Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !
Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 MENYELESAIKAN TUGAS SISTEM BUAT GISELA
Gisela terpaku diam, menyadari dia tidak punya uang sepeserpun saat ini padahal dia harus membeli makan sehari-harinya.
"Miauw...", suara kucing mengeong.
Gisela langsung tersadar dari lamunannya.
"Aku harus mencari uang sekarang, tapi, dimana ?" tanyanya bingung.
Amur masih terbaring malas-malasan di atas sofa.
"Amur, aku harus pergi, kau jaga rumah sampai aku kembali", kata Gisela sambil menaruh kucing Persia itu ke atas keranjang yang telah dia siapkan.
Amur hanya melirik pelan ke arah Gisela kemudian menjawab.
"Kemana ?" tanyanya datar.
"Entahlah, aku tidak tahu karena aku tidak punya tujuan kemana aku harus pergi, Amur", sahut Gisela.
"Jika kau tidak punya tujuan, kenapa kau harus memaksa pergi, Gisela", kata Amur, harimau kecil yang terbaring di atas sofa.
"Sebab aku harus mendapatkan uang buat kita makan setiap harinya", kata Gisela.
"Artinya kau harus bekerja, Gisela", kata Amur dengan tenang.
"Yah, itu benar, tanpa pekerjaan, bagaimana aku bisa mendapatkan uang untuk makan", kata Gisela.
"Kau akan bekerja apa ?" tanya Amur.
"Aku juga tidak tahu", sahut Gisela.
Gisela meraih jaket dari dalam lemari pakaian lalu mengenakannya dengan cepat.
"Aku harus pergi sekarang", ucapnya tergesa-gesa.
Gisela berjalan ke arah pintu rumah bercat kuning ini bermaksud pergi mencari uang.
"Tunggu, Gisela !" ucap Amur.
Terdengar Amur bersuara kembali pada Gisela sehingga gadis bertubuh gemuk itu langsung menghentikan langkah kakinya dan berbalik cepat.
"Ya, Amur..., ada apa ?" tanya Gisela seraya menoleh ke arah harimau kecil Serbia itu.
"Aku dapat membantumu dalam mengatasi masalah ini", sahut Amur dari atas sofa.
"Apa yang bisa kau bantu untukku ?" tanya Gisela.
"Sebentar...", sahut Amur lalu turun dari atas soya, dia berbaring.
Harimau Siberia itu melenggang kangkung ke arah Gisela dengan disertai perubahan bentuk tubuh menjadi berukuran besar.
Melihat perubahan Amur, sontak saja Gisela tersentak kaget serta ketakutan, begitu pula dengan kucing Persia yang tadinya tenang berbaring di dalam keranjang beralaskan selimut itu meloncat pergi lalu bersembunyi entah dimana.
"Amur... ?!" ucap Gisela panik ketika Amur mendekat ke arahnya sedangkan tubuh harimau Serbia itu berubah terus membesar seperti ukuran harimau pada umumnya.
Amur tidak menjawab ucapan Gisela padanya.
Namun...
Kilatan sinar mata Amur terlihat tajam saat hewan itu menatap ke arah Gisela yang berdiri menggigil ketakutan di dekat pintu rumah bercat kuning ini.
Gisela yang penasaran serta kebingungan dengan perubahan sosok Amur langsung bereaksi cepat.
"Bagaimana kau bisa berubah, Amur ???" tanya Gisela gemetaran sembari beringsut menjauh dari jangkauan Amur.
Amur hanya menggeram pelan sembari berjalan menghampiri Gisela yang ketakutan kemudian harimau itu menyahut.
"Jangan takut, Gisela...", kata Amur.
Gisela menghentikan gerakan kakinya seraya menoleh kembali kepada Amur.
"Apa ?" tanya Gisela sambil melotot lebar ketika Amur melompat ke arahnya dan mendengus pelan di dekat wajahnya.
Keringat langsung bercucuran dari arah kening Gisela namun dia tidak dapat berkata apa-apa ataupun bergerak sedikitpun dari tempatnya berdiri sekarang.
"Jangan takut, Gisela !" kata Amur.
"Ba-bagaimana aku tidak takut padamu, kau berubah membesar dan itu mengejutkanku ???" kata Gisela yang masih membelalakkan kedua matanya.
"Meski aku berubah besar, tapi, aku tetaplah Amur biasanya, harimau kecil Serbia kesayanganmu, Gisela", sahut Amur seraya menggeram pelan.
Gisela berusaha bertahan meski dia sangat ketakutan.
"Kau sungguh besar sekali dan aku belum terbiasa dengan perubahan baru ini, Amur", kata Gisela sambil memalingkan muka, mencoba menghindar dari jilatan lidah Amur ke arah wajahnya.
"Auuummm...", suara Amur mengaum pelan.
"Jangan menjilati aku, Amur !" kata Gisela berusaha mendorong harimau Serbia itu darinya.
"Baiklah, aku akan lanjutkan ucapanku", kata Amur lalu berjalan mundur seraya berbaring di atas lantai rumah.
"Ya, apa yang ingin kau ucapkan ?" tanya Gisela.
"Aummm..., aku akan membantumu mendapatkan uang banyak, Gisela", sahut Amur.
"Ba-bagaimana caranya ???'' tanya Gisela.
"Kau tinggal menyelesaikan tugas sistem bertukar nasib yang aku berikan kepadamu", sahut Amur.
"Ummm, baiklah...", kata Gisela seraya mengerlingkan kedua bola matanya.
Gisela berjalan ke arah sofa dan duduk disana.
"Aku akan mendengarkannya, lanjutkan", kata Gisela sembari menekuk kedua lututnya ke atas sofa.
"Tugas sistem ini akan membantumu memperoleh kekayaan, dan tidak sulit menyelesaikannya", kata Amur.
"Ummm, baiklah...", ucap Gisela seraya memperhatikan dengan serius.
Amur menggaruk kepalanya sebentar kemudian memandang kembali kepada Gisela.
"Tapi kau harus mengerjakan sesuatu dalam sistem ini, Gisela", lanjut Amur.
"Apa yang harus kukerjakan ?" tanya Gisela.
"Baiklah, aku akan menunjukkan tugas sistem itu kepadamu", kata Amur.
Amur menggerakkan ujung cakarnya ke depan, tak lama kemudian muncul sebuah benda berwarna pink yang bersinar kemilauan.
"Apa ini ?" tanya Gisela terkejut ketika benda berwarna pink itu tiba-tiba saja muncul di atas kedua telapak tangannya.
"Bukalah benda itu !" perintah Amur.
"Ummm, baiklah...", sahut Gisela seraya membuka benda berwarna pink di tangannya.
Gisela semakin tertegun ketika dia melihat benda pink itu ternyata berupa tempat bedak.
"Ini bedak", ucapnya.
"Ya, benar, kau bisa memakai bedak itu untuk menyelesaikan tugas sistem yang akan kau kerjakan, Gisela", kata Amur.
"Memakain bedak ini, kemana ?" tanya Gisela semakin tak mengerti.
"Pakailah bedak itu ke arah wajahmu dan perhatikan benar-benar cermin di bedak itu !" perintah Amur.
"Umm, baiklah...", sahut Gisela.
Gisela menaburkan bedak ke arah wajahnya, dan seketika itu juga wajahnya langsung berubah total.
"Kenapa dengan wajahku ???" tanyanya panik seraya melemparkan tempat bedak di tangannya ke atas sofa.
Gisela tampak panik ketika melihat perubahan wajahnya yang tiba-tiba penuh riasan make-up sehingga dia tampil berbeda dari biasanya.
Ditepuknya berulangkali wajahnya yang berubah cantik itu seraya bercermin.
"Aku seperti wajah pramugari...", ucap Gisela semakin tak percaya dengan apa yang dia alami sekarang ini.
Belum sempat Gisela melanjutkan kata-katanya kembali.
Tiba-tiba dirinya telah berpindah tempat ke tempat lainnya. Dan dia berada di dalam kabin pesawat saat ini.
Tring...
Tring...
Tring...
Gisela bertambah panik serta kebingungan setelah dia berpindah tempat.
"Dimana ini ???" tanyanya.
Gisela memperhatikan dirinya yang berubah menjadi seorang pramugari, dengan seragam khasnya, dia berdiri di dekat jalan ke ruangan pilot.
"Pramugari, tolong, aku membutuhkan tisu basah, apakah kau punya !" teriak seorang penumpang dari kursi duduknya seraya melambaikan tangannya ke atas.
Perhatian Gisela langsung teralihkan ke arah seorang penumpang yang meminta tolong padanya.
"Apa, tisu ? Tisu basah ?" ucapnya tertegun.
"Hai, teman, dengar tidak yang dia ucapkan, penumpang sedang membutuhkan tisu basah", kata seorang pramugari lainnya sambil menyenggol lengan Gisela.
Gisela langsung menoleh ke arah pramugari itu meski dia masih syok berat dengan peristiwa yang dia alami ini, tapi, dia harus segera menyelesaikan tugasnya sebagai seorang pramugari.
"Tolong, cepatlah !" kata penumpang yang meminta tisu basah itu kepada Gisela.
Gisela segera mendekat ke arah kursi penumpang sembari membawakan sekotak tissu yang diambilnya dari kompartemen dibawah kursi.
"Silahkan memakai tisu basah ini !" ucapnya ramah.
"Oh, terimakasih, aku sangat kewalahan karena putriku menumpahkan minuman", kata penumpang itu.
"Sama-sama, anda dan putrimu bisa langsung ke kamar mandi setelah ini", ucap Gisela.
"Ya, aku tahu, terimakasih telah mengingatkanku", kata penumpang seraya tersenyum.
"Apa perlu saya mengantarkan anda ke kamar mandi, nyonya ?" tanya Gisela.
"Oh, tidak perlu, aku bisa pergi kesana sendiri, tapi, bisakah kau melepaskan sabuk pengamanku karena aku kesulitan sekarang ini", sahut penumpang itu.
"Baik, saya akan membantumu melepaskan sabuk pengaman ini", kata Gisela lalu mengerjakan permintaan penumpang kepadanya dengan cekatan.
"Terimakasih..., terimakasih...", kata penumpang itu lalu beranjak pergi ke arah kamar mandi yang ada di dalam kabin pesawat.
Gisela membersihkan sisa tumpahan minuman dari atas kursi penumpang lalu membuang gelas sisa minuman ke dalam plastik.
Seseorang menyapa Gisela sewaktu dia akan pergi.
"Tolong, pramugari, aku ingin camilan ringan, apakah kau punya", kata penumpang yang duduk di dekat kursi yang wanita dan putrinya duduk tadi.