Gyan Abhiseva Wiguna tengah hidup di fase tenang pasca break up dengan seorang wanita. Hidup yang berwarna berubah monokrom dan monoton.
Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dia dititipi seorang gadis cantik yang tak lain adalah partner bertengkarnya semasa kecil hingga remaja, Rachella Bumintara Ranendra. Gadis tantrum si ratu drama. Dia tak bisa menolak karena perintah dari singa pusat.
Akankah kehidupan tenangnya akan terganggu? Ataukah kehadiran Achel mampu merubah hidup yang monokrom kembali menjadi lebih berwarna? Atau masih tetap sama karena sang mantanlah pemilik warna hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Sama-sama Penasaran
Ingin menanyakan perihal yang dia dengar semalam. Tapi, Achel tak memiliki keberanian.
"Ngapain lu masih berdiri di sini? Kurang duitnya?" Achel menggeleng.
"Terus?" Mata Gyan sudah menelisik dengan begitu tajam.
"Apa Kak Gy akan ada meeting lagi di luar? Y-yang mengharuskan enggak pulang." Bertanya dengan penuh kehati-hatian.
Gyan menggeleng pelan dengan mata yang tertuju pada Achel yang kini mulai melengkungkan senyum setelah menganggukkan kepala.
Kedua alis Gyan menukik tajam. Mulai menelisik wajah Achel karena dia mencurigai sesuatu.
"Bye bye!"
Achel segera pergi dari hadapan Gyan karena lelaki itu termasuk ke dalam golongan spesies paling peka.
.
Laptop menyala, tapi orangnya tengah asyik memainkan ponsel. Saking serunya dia tak menyadari ada seseorang yang sudah berdiri di depan pintu dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada.
"Mau belajar apa main hape?"
Perlahan kepala Achel menegak. Lelaki berwajah datar mulai melangkahkan kaki mendekat ke arahnya.
"Lu inget kan peraturan tentang hape itu?" Achel mengangguk dengan mata yang tertuju pada Gyan.
"Terus, kenapa lu--"
"Achel lagi chat Kak Gagas. Achel kangen orang rumah." Kalimat lirih itu membuat Gyan menghembuskan napas berat.
"Cuma Kak Gagas yang bisa Achel hubungi."
Gyan tak menjawab apapun. Dia memilih pergi menuju kamar. Meninggalkan Achel di ruangan depan.
Dasi sudah dilonggarkan, dan tubuhnya sudah didudukkan di sofa. Dia memejamkan mata sejenak. Meraih ponselnya di mana grup para singa jangan sudah begitu ramai. Mereka bertanya kenapa dirinya tak datang.
"Ah, sudahlah!" gumamnya.
Setengah jam kemudian, Achel mendengar suara langkah kaki mendekat. Gyan duduk di sofa yang kosong sambil meminum kopi kalengan. Bibir Achel terangkat ketika melihat ketampanan yang hakiki dari seorang Gyan Abhiseva Wiguna.
"Belajar! Jangan liatin gua!"
Achel segera memalingkan wajah. Dia ketahuan oleh singa bujang garang. Namun, senyum kecil terukir di bibir Gyan ketika melihat Achel salah tingkah.
Mereka memang berada di ruangan yang sama, tapi hanya keheningan yang tercipta. Sesekali Achel melirik ke arah Gyan yang begitu fokus pada ponselnya. Sepertinya lelaki itu tengah mengecek pekerjaan. Wajah tampannya membuat Achel selalu ingin terus menatapnya.
Pandangannya segera dialihkan ketika Gyan sudah memasukkan ponsel ke saku. Mata Achel melebar ketika laptop yang ada di depannya sudah Gyan tutup.
"Waktunya tidur."
"T-tapi--"
Gyan membawa laptop miliknya hingga Achel mengejarnya. Langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar. Gyan sudah menatap gadis itu dengan sangat dalam.
"Hanya nomor kontak keluarga dan teman kampus yang boleh ada di ponsel lu." Peringatan kembali Gyan keluarkan.
"Juga, kalau ada nomor yang enggak dikenal hubungin lu jangan dijawab dan langsung blokir." Achel mengangguk patuh.
"Kalau lu melanggar, hape gua ambil lagi." Ancaman Gyan itu tak pernah main-main. Achel hanya bisa patuh.
.
Gyan membaca pesan yang dikirimkan sang adik. Di mana dia harus selalu mengawasi Achel karena mantan Achel tengah terbang ke Singapura untuk menemani kakaknya berobat. Gyan memaksa Anggasta untuk memberitahunya wajah pacar Achel. Namun, Anggasta tak mau melakukannya.
"Kenapa enggak ada yang mau ngasih tahu gua?" Kembali pertanyaan terlontar. "Mana sulit banget dicari tahunya."
Gyan nampak kesal sekali. Dia membanting ponselnya dan memilih merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk.
"Yang jelas mantannya itu ganteng dan baik. Minusnya enggak bisa jagain Achel aja." Kalimat itu terngiang di kepala. Decihan kesal pun keluar.
"Seganteng apa sih?".
Di lain kamar pun seorang gadis masih memikirkan pesan yang dibalaskan oleh Gagas. Di mana dia bertanya tentang Gyan perihal kehidupan lelaki gunung es tersebut.
"Setahu gua sih ceweknya cantik dan pintar. Makanya bisa ngerebut hati kakak gua."
"Secantik apa sih?"
Penjelasan Anggasta perihal wanita yang dekat dengan Gyan hanya sepotong saja. Tak ada lanjutan lagi.
Selama Achel tinggal bersama Gyan, hidupnya memang teratur. Juga Gyan tak pernah terlihat membawa perempuan ke apartment. Jika, ditanya keberadaannya pasti dijawab di kantor. Rasa penasaran pun semakin membuncah. Namun, tak ada keberanian untuk menanyakan.
Tugas yang begitu banyak membuat Achel menghela napas. Beberapa alat tulisnya sudah habis. Ingin dia membeli baru, tapi dia tak tahu jalan.
"Pulang masih sorekah?" Pesan dia kirimkan kepada Gyan.
"Kenapa?"
Senyum terukir di wajah Achel karena pesannya langsung dibalas. Segera dia mengetikkan balasan dengan senyum yang tak pernah pudar.
"Tulis aja apa yang lu butuhin. Entar tinggal gua beliin."
Sebuah jawaban yang membuat Achel mengeluarkan napas kasar. Gadis itu mulai mengetikkan apa saja yang dia butuhkan. Lalu, mengirimnya.
"Padahal Achel pengen keluar sama Kak Gy."
Tanpa gadis itu sadari suaranya terekam dan terkirim kepada Gyan. Wajah serius lelaki yang ada di kantor berubah seketika. Senyum manis pun terukir di wajah tampannya setelah mendengar voice note yang tak sengaja Achel kirim.
Pintu kamar sudah terbuka, gadis yang tengah fokus Alda laptop pun menoleh. Ternyata Gyan sudah berada di ambang pintu. "Bersiaplah. Kita cari alat tulis yang lu butuhkan."
Achel tercengang mendengarnya. Dia menatap ke arah Gyan dengan sorot mata tak percaya.
"Gua kasih waktu lima belas menit."
Achel masih membeku. Tak lama senyum pun terbit dan gadis cantik itu segera bersiap. Bersamaan pintu kamar Achel dan Gyan terbuka. Mereka saling tatap dan mengagumi penampilan satu sama lain tanpa berkedip.
Deheman Gyan membuat Achel tersadar dan mulai melangkahkan kaki ke depan. Di dalam mobil hanya keheningan yang tercipta. Tak ada pembicaraan apapun.
Mereka jalan berdampingan menuju toko buku. Ketika hendak masuk, tubuh Achel tersenggol oleh seseorang yang berlari hingga terjatuh ke pelukan Gyan. Dan tanpa sengaja bibir Gyan mengenai kening Achel. Sontak Achel menatap ke arah Gyan di mana lelaki itupun menatapnya.
Gyan segera tersadar dan mengajak Achel masuk. Mencoba melupakan apa yang sudah terjadi. Semuanya sudah Achel dapatkan dan dia menghampiri Gyan yang tengah membaca buku.
"Kak!" Suara Achel segera mengalihkan pandangan Gyan.
Achel meminta untuk mampir ke kedai kopi. Gyan memberikan kartu hitam kepada gadis itu karena dia harus ke toilet. Dua es kopi sudah dia pesan. Juga sudah ada di tangan. Seketika Tubuhnya menegang melihat orang yang ada di belakangnya.
"Aku beneran gak salah. Itu kamu, Be."
Lelaki segera berhambur memeluk tubuh Achel yang membeku. Namun, Kedua tangan Achel tak bergerak sama sekali. Masih memegang es kopi miliknya juga Gyan.
"Aku sangat merindukan kamu," ucapnya dengan begitu lirih.
Seorang lelaki yang baru saja tiba dari toilet sudah mengepalkan tangan dengan begitu keras. Terlihat raut tak suka yang wajahnya tunjukkan.
Langkahnya mulai mendekat dan bagian baju belakang lelaki yang memeluk tubuh gadis yang sedang dia jaga ditariknya hingga pelukannya pada tubuh Achel terurai.
Gyan mengambil salah satu es kopi di tangan Achel dan menarik tangan gadis itu menjauh dari sana.
"Achel!"
Gyan menatap ke arah Achel yang sama sekali tak menoleh ketika lelaki itu memanggilnya. Namun, raut wajah si bocah tantrum itu sudah sangat berbeda.
"Apa dia yang menyebabkan lu--" Achel segera mengangguk tanpa menunggu ucapan Gyan selesai.
Gyan tersenyum tipis dan segera meminum es kopi yang sudah ada di tangan. Tetiba ada bagian dari tubuhnya yang panas sehingga es kopi yang dia pesan habis dalam waktu yang singkat.
Lelaki itu menarik tangan Achel dan membawanya ke toko baju. Gyan sudah menyerahkan baju kepada Achel.
"Pakai baju ini. Dan buang baju yang lu pake itu."
...*** BERSAMBUNG ***...
semangat gyan💪☺️
lanjut trus ya Thor
semangat
terlaluuuu...