NovelToon NovelToon
Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Dikelilingi wanita cantik / Misteri / Berbaikan / Fantasi Wanita / Playboy
Popularitas:241
Nilai: 5
Nama Author: Zaenal 1992

Bram, playboy kelas kakap dari Bekasi, hidupnya hanya tentang pesta dan menaklukkan wanita. Sampai suatu malam, mimpi aneh mengubah segalanya. Ia terbangun dalam tubuh seorang wanita! Sialnya, ia harus belajar semua hal tentang menjadi wanita, sambil mencari cara untuk kembali ke wujud semula. Kekacauan, kebingungan, dan pelajaran berharga menanti Bram dalam petualangan paling gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenal 1992, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi mata-mata Raka dan Reno

Tak disadari, pembicaraan panas antara Sinta dan Maya didengar oleh Raka dan Reno. Mereka sedang dalam perjalanan turun dari lantai atas dan berdiri di balik tirai ruang tengah yang agak tertutup.

Raka dan Reno saling pandang. Kecemburuan yang membara langsung terlihat di mata keduanya.

"Didengar dari nada bicaranya, 'Sinta' itu dipecat dari pekerjaan lama, dan langsung dapet pekerjaan baru plus ajakan dinner dari Bos-nya?" bisik Raka, nadanya sinis. "Baru aja kenal, sudah diajak makan malam. Cepat sekali geraknya!"

"Rian," gumam Reno, mengingat nama itu. "Dia pasti tipe pria hidung belang yang sering ada di Jakarta. Player kelas kakap yang memanfaatkan posisi."

Raka mendengus. "Dan dia berani-beraninya mengajak Sinta makan malam. Sinta itu terlalu polos dan baik untuk pria seperti dia. Kita nggak bisa biarin ini, Kak."

"Tentu saja tidak. Sinta itu butuh perlindungan. Apalagi dia baru sendirian di kota ini," kata Reno, menyentuh lengan Raka. "Kita harus pastikan dia aman. Malam ini, kita ikuti mereka."

Raka mengangguk setuju, seringai muncul di wajahnya. "Kita harus awasi dari jauh. Pastikan dia tidak kenapa-kenapa."

Malam itu, Sinta (Bram) tampil anggun dengan dress selutut berwarna biru dongker yang dipinjamkan Maya. Ia terlihat gugup, bukan karena kencan, melainkan karena takut membuat kesalahan di depan bos barunya.

Saat mobil Rian menjemput Sinta, Raka dan Reno sudah menunggu di dalam mobil Raka yang diparkir agak jauh.

"Ingat, kita jaga jarak. Jangan sampai ketahuan Sinta," bisik Reno, yang duduk di kursi pengemudi. Raka duduk di sampingnya, bertindak sebagai pengawas.

Saat Sinta membuka pintu, terlihat seorang anak kecil di kursi belakang.

"Eh, ada anak kecil?" gumam Raka.

"Itu seperti anak kecil yang di tolong Sinta di jalan kemarin" jawab Reno.

Mobil Rian bergerak, diikuti oleh mobil Raka dengan jarak yang hati-hati. Mereka tiba di sebuah restoran mewah yang romantis di pusat kota.

Sinta, Rian, dan Fahri masuk, sementara Raka dan kakaknya mencari tempat parkir. Mereka lalu bergegas masuk ke restoran. Mereka berhasil mendapatkan meja di sudut tersembunyi, di balik tanaman hias yang besar, dengan sudut pandang yang jelas ke meja Rian dan Sinta.

Di meja makan, Rian terlihat sangat menawan. Ia berbicara dengan antusias, sesekali memberikan perhatian kepada Fahri. Sinta (Bram) terlihat canggung, tapi ia berusaha mempertahankan senyum 'Sinta' yang anggun.

"Ini benar-benar kebetulan, Sinta," kata Rian, sambil tersenyum tulus. "Sejak bertemu kemarin, saya langsung merasa... kita harus bertemu lagi. Kamu tidak hanya menyelamatkan Fahri, tapi juga menyelamatkan hari-hari saya yang belakangan terasa datar."

"Terima kasih, Pak Rian," balas Sinta, suaranya sedikit bergetar. "Saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan. Tolong jangan berlebihan."

Fahri, keponakan Rian, yang ternyata juga ikut makan malam.

"Tante Sinta!" seru Fahri riang sambil langsung memeluk Sinta. "Tante, Fahri seneng banget ketemu Tante lagi!"

Sinta (Bram) tersentak, terkejut dengan pelukan spontan itu. Ia balas memeluk Fahri dengan canggung. "Hai, Fahri. Tante juga senang ketemu kamu lagi."

Rian tersenyum lembut. "Saya ajak Fahri karena dia juga ingin mengucapkan terima kasih secara langsung. Dan... saya ingin kamu melihat seberapa dekatnya kami, Sinta. Keluarga itu penting bagi saya."

Sinta (Bram) terdiam, merasa lega sekaligus bingung. Jadi, ini bukan hanya makan malam berdua. Kehadiran Fahri membuat suasana menjadi lebih 'aman' dan 'kekeluargaan' daripada yang ia bayangkan.

Di balik tanaman hias, dua pasang mata mengawasi dengan intens.

"Lihat! Dia memberikan perhatian lebih ke Sinta" bisik Raka kesal.

Reno menyipitkan mata dan melihat anak kecil yang bersama Rian. "Siapa anak kecil itu?

"Anak kecil itu pasti keponakan Rian!

itu modus Rian agar terlihat seperti pria yang family man?" jawab Raka.

Raka dan Reno masih belum yakin. Mereka terus mengawasi setiap interaksi. Mereka melihat Rian memberikan hadiah kecil kepada Fahri, dan Fahri berbagi dessert dengan Sinta. Rian terlihat memperhatikan Sinta dengan tatapan yang sangat dalam, penuh ketertarikan.

"Dia jelas jatuh cinta pada Sinta," bisik Reno. "Dia menggunakan keponakannya sebagai perisai, tapi tatapannya tidak bisa berbohong."

"Dan lihat," Raka menunjuk. "Sinta terlihat... nyaman dengan anak itu! Dia tertawa!

Saat makan malam usai, Rian mengantar Sinta sampai ke depan rumah Maya. Lampu teras rumah itu tampak hangat dan mengundang.

"Makasih ya, Rian, buat malam ini. Saya jadi lebih semangat buat kerja besok," kata Sinta, tulus. Ia merasa sedikit canggung karena Rian mengantarnya sampai rumah, tapi ia juga merasa senang.

"Sama-sama, Sinta. Saya yang harusnya berterima kasih. Kamu udah bikin malam ini jadi lebih menyenangkan," balas Rian, menatap Sinta lekat. Tatapannya lembut, namun ada sesuatu yang sulit diartikan di sana. "Rumah kamu nyaman banget. Pasti betah ya tinggal di sini."

"Iya, saya numpang sama teman. Dia baik banget," jawab Sinta, sedikit salah tingkah. Ia tidak ingin Rian tahu bahwa ia sebenarnya adalah seorang pria yang dikutuk menjadi wanita.

"Saya senang dengarnya. Jaga diri baik-baik ya, Sinta. Sampai ketemu hari Senin," kata Rian, tersenyum sebelum menjalankan mobilnya.

"Sampai jumpa, Rian," jawab Sinta, melambaikan tangan sampai mobil Rian menghilang dari pandangan. Ia menghela napas lega. Malam ini berjalan lebih baik dari yang ia bayangkan, meskipun ia tetap harus waspada.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!