NovelToon NovelToon
Dendam Putri Pengganti

Dendam Putri Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu / Balas dendam pengganti / Romansa / Mengubah Takdir
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: eka zeya257

Asa terkejut saat membuka matanya semua orang justru memanggilnya dengan nama Zia Anggelina, sosok tokoh jahat dalam sebuah novel best seller yang menjadi trending topik paling di benci seluruh pembaca novel.

Zia kehilangan kasih sayang orang tua serta kekasihnya, semua terjadi setelah adiknya lahir. Zia bukanlah anak kandung, melainkan anak angkat keluarga Leander.

Asa yang menempati raga Zia tidak ingin hal menyedihkan itu terjadi padanya. Dia bertekad untuk melawan alur cerita aslinya, agar bisa mendapat akhir yang bahagia.

Akankah Asa mampu memerankan karakter Zia dan menghindari kematian tragisnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12

Sejenak hening menyelimuti meja makan, Amanda dan suaminya menatap putri bungsu mereka dengan tatapan tak percaya.

Sejauh ini, Gaby belum pernah mengatakan apa-apa tentang hubungan Zia dan Leon.

Tapi sekarang gadis itu melontarkan pertanyaan yang belum pernah terpikir oleh Amanda dan juga Damian.

"Kenapa kamu menanyakan hal itu, Sayang?" Tanya Amanda.

Gaby memainkan sendok makannya malas, "Nggak kenapa-napa cuma aku merasa aku lebih baik dari Kak Zia."

"Gaby, permintaan kamu terlalu nggak masuk akal." Damian meletakan sendok makannya ke atas piring. "Pertunangan ini wasiat dari mendiang kakek kamu, nggak mungkin juga Papi mengubahnya."

"Tapi Kak Zia udah nolak, Pi."

Suara Gaby terdengar memelas, awalnya ia pikir Zia akan di jodohkan dengan pemuda jelek atau culun. Tapi begitu melihat sosok Leonis, semua dugaannya salah.

Leon memiliki postur tubuh yang tinggi dan wajah yang tampan dengan hidung mancung dan bibir tipis, mata birunya seperti kristal yang sangat sulit untuk di lupakan.

Amanda dan Damian saling berpandangan, jelas terkejut dengan ucapan Gaby. Raut wajah sang ibu menegang, sementara Damian menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri dari amarah yang perlahan merayap.

"Gaby, kamu nggak boleh bicara begitu. Kakak kamu mungkin punya banyak kekurangan, tapi dia tetap saudara kamu," ucap Amanda tegas.

"Tetap saudara? Tapi Mami juga tahu, kan? Kak Zia itu keras kepala, kasar, dan nggak tahu sopan santun," balas Gaby, matanya menatap ibunya tanpa ragu. "Kalau orang kayak gitu yang jadi tunangan keluarga Leonis, nanti malah bikin malu keluarga kita sendiri."

Damian mengetukkan jarinya ke meja, mencoba menahan kesal. "Kamu pikir semua ini sesederhana ganti orang? Keluarga Leonis bukan keluarga biasa, Gaby. Mereka pegang kendali besar di dunia bisnis, bahkan satu kesalahan kecil bisa bikin hubungan kita hancur."

"Tapi kenapa harus Kak Zia?" Suara Gaby meninggi, matanya sedikit berkaca-kaca. "Dia bahkan nggak mau dijodohin, Pi! Dia bilang sendiri di depan aku, katanya nggak tertarik sama Leon, nggak mau hidup terikat!"

Amanda terdiam. Sekilas, sesuatu di wajah Damian berubah campuran antara terkejut dan kesal.

"Dia bilang begitu?" tanya Damian pelan namun dingin.

Gaby mengangguk cepat. "Iya, Pi. Dia bilang tunangan itu cuma permainan konyol orang dewasa yang pengin ngatur hidupnya."

Suasana ruang makan seketika beku. Damian memalingkan pandangannya ke arah tangga, arah Zia pergi tadi dengan rahang mengeras.

"Kalau begitu, anak itu memang sudah keterlaluan."

Amanda menelan ludah, mencoba mendinginkan suasana. "Mas, jangan gegabah dulu. Bisa jadi Zia cuma ngomong karena marah. Dia… memang sering menolak sesuatu dengan cara yang salah."

Damian berdiri, kursinya bergeser menimbulkan suara seret tajam. "Kalau dia memang tidak menghargai keputusan keluarga, maka aku akan bicara langsung padanya malam ini. Aku sudah cukup sabar selama ini."

Gaby tersenyum kecil, meski pura-pura menunduk agar tak terlihat. Dalam hatinya, ada rasa puas yang tidak bisa ia katakan.

***

Di toilet sekolah, Zia sedang membasuh wajah dan tangannya yang masih kotor akibat kerja bakti tadi di sekolahnya. Ia menatap ke cermin.

Buset, tadi gue kesurupan setan apa kok bisa jadi rajin gitu? Zia tidak bisa membayangkan tangannya mencabut rumput tanaman, tangannya saja sampai kemerahan.

Dari dulu ia tak pernah menyentuh tanah, bukan karena alergi tapi ia terlalu malas terlebih orang tuanya menyekolahkan dirinya di sekolah elit yang tidak pernah melakukan kerja bakti.

Zia merapikan seragamnya yang sedikit kusut lalu membenarkan rambutnya. Setelah selesai dengan semua itu, ia keluar dari toilet. Namun, baru beberapa langkah, tubuhnya tiba-tiba menabrak sesuatu yang keras.

"Aduh! Siapa sih yang naro tembok di sini?" Zia mengusap jidatnya yang berdenyut. "Gak cukup tangan gue aja yang sakit, sekarang nambah kepala. Sial!" gerutunya kesal.

Namun, seolah baru menyadari, kening Zia mengernyit. Sejak kapan tembok pakai sepatu? Posisinya yang sedang menunduk bisa melihat jelas sepasang kaki yang dibalut sepatu. Spontan Zia langsung melangkah mundur kemudian mendongak.

"Arza!" pekik Zia terkejut. "Maaf, maaf, gue gak sengaja," ucap Zia setelah pulih dari terkejutnya.

"Ck. Alasan," decak Arza malas.

"Maksud lo?" Zia mengernyit heran.

"Lo sengaja kan? Bukannya itu yang selalu lo lakuin. Caper, huh?" Arza menunduk menatap Zia dingin.

Sudah ia beri peringatan untuk sadar diri, tapi gadis ini masih berusaha untuk mencari perhatiannya.

Zia mengembuskan napas berat. Bibirnya mengerucut mendengar tuduhan pemuda itu. Sepertinya sudah saatnya Zia memperjelas semuanya. Ia juga lelah selalu dituduh cari perhatian setiap bertemu secara tidak sengaja dengan pemuda itu.

"Za, i think we need to talk," kata Zia menatap tepat di mata hitam pemuda itu.

Ketika melihat Arza berada sedekat ini, sejujurnya Zia masih sering kagum dengan visualnya. Ia sangat tampan, wajahnya terkesan tegas dan galak, tapi itu malah membuat pesona tersendiri.

Arza juga dingin dan jarang berbicara hingga terkesan misterius dan membuat orang penasaran. Pokoknya Arza itu tipe lelaki yang gampang disukai, tapi segan untuk didekati. Beda dengan Leon?

Zia mengelengkan kepalanya, 'Kenapa gue malah kepikiran sama dia?'

Arza membuang muka seakan jijik menatapnya terlalu lama. "Gue gak ada waktu."

Baru saja Arza akan melangkah pergi, tapi secepat kilat Zia menahan lengan cowok itu.

"Sekali aja, setelah itu gue janji gak akan ganggu lo selamanya." Zia berusaha meyakinkan.

Arza menatapnya tidak percaya. Tanpa suara ia melirik tajam tangan Zia yang memegang lengannya. Melihat arah pandang pemuda itu, spontan Zia melepas lengan Arza sambil tersenyum canggung.

"Sorry."

Arza mendengkus jengah, tetapi ia tidak pergi. Seolah, ia memberi kesempatan untuknya berbicara.

Zia menarik napas pelan untuk memulai pembicaraan. "Gue tau, selama ini segala tingkah gue pasti sangat mengganggu lo," ucap Zia. "Mungkin lo risih, jengkel, dan marah, gue paham." Zia tahu walau diam, Arza tetap mendengar.

Zia akan menjelaskan bagaimana perasaannya yang selama ini dipendam dalam diam. Ia ingin memberi tahu Arza betapa sulitnya menahan cinta yang begitu menggebu, dan melalui dirinya sekarang, ia bertekad untuk mengatakannya.

Zia menarik napas sejenak lalu berkata pelan, "But, all that I do because I love you," katanya tersenyum pahit, berharap Arza mengerti bahwa karena cinta itulah ia sulit mengendalikan diri.

Arza tertawa dingin, lalu tawanya lenyap secepat angin. "Masalahnya, perasaan lo itu cuman jadi beban buat gue!"

Napas Zia tercekat. Jantungnya ikut mencelos sakit, seolah setiap kata Arza memang diarahkan tepat padanya.

"Kalau aja perasaan ini bisa gue kontrol, gue juga gak mau jatuh cinta sama lo." Zia meremas tangannya tanpa sadar.

Pada akhirnya, mereka hanya dua orang yang seolah hidupnya sudah diatur oleh takdir yang kejam. Entah kenapa, itu terasa sangat menyedihkan. Dan Zia tak ingin terjebak dalam belenggu cinta yang di miliki karakternya saat ini.

"Gue gak mau jatuh cinta cuma buat nangis. Gue gak mau jatuh cinta cuma buat nyakitin diri sendiri, gue gak mau kaya gitu, Za. Andai semuanya bisa diatur sesuka hati, gue juga mau jatuh cinta sama orang yang juga cinta sama gue."

Arza diam mengamati raut wajah Zia dalam hening. Ini pertama kalinya mereka bisa bicara dalam suasana yang terasa... normal. Zia tampak lebih tenang, tidak seperti biasanya yang selalu meluapkan perasaannya dengan amarah atau rengekan.

"Setiap hari gue selalu dipenuhi harapan. Kalau gue terus berjuang keras, lo pasti bakal luluh, lo pasti akan balas perasaan gue." Zia tersenyum getir. "Kata-kata penyemangat itu yang gue tanam tiap hari, bahkan setelah lo berkali-kali nolak dan ngusir gue."

"I'm stupid, right?" Zia terkekeh hambar. "Zia yang bodoh, iya kan? Gue punya segalanya, tapi semua itu hancur cuma karena cinta yang gak pernah lo balas. Gue pikir apa yang salah dari mencintai? Kenapa harus sesakit ini?"

Arza menyunggingkan senyum sinis. "Karena lo emang nggak pantes di cintai."

Degh.

Zia menggeleng miris. "Lo salah, setiap orang pantas di cintai termasuk gue. Cuma gue aja yang salah penempatannya, dan menyukai lo yang membenci keberadaan gue."

Bibir Arza menipis, rahangnya mengetat. Ia maju selangkah lebih dekat. "Kenapa baru sekarang lo bilang kayak gini! Sebenarnya apa yang lagi lo rencanain, Zia?"

"Nggak ada, gue cuma pengin jujur aja."

Arza membalas tatapan Zia dengan netra hitamnya yang tajam. "Kalau lo pikir dengan omongan lo kali ini, gue bakal iba dan balik suka sama lo, salah besar. Mimpi lo terlalu tinggi."

Zia menggigit bibirnya mendengar ucapan itu. "Za, lo pasti pernah dengar kalau manusia juga punya batas lelahnya sendiri, kan? Entah itu hati, fisik, atau pikiran." Napasnya terdengar berat. "Kenapa baru sekarang gue ngomong kayak gini? Karena sekarang gue lagi ngerasa capek aja sama semua hal yang nyangkut soal lo, Za. Gue capek sama perasaan gue sendiri."

Arza terdiam menatap Zia lekat-lekat.

"Hubungan lo sama adik gue adalah hal yang paling nyakitin buat gue. Lo berhasil buat gue sadar kalau sampai kapan pun harapan ini cuma akan jadi harapan yang sia-sia," ucap Zia dengan senyum miris.

Arza memalingkan wajah lalu tersenyum dingin. "Bagus, seharusnya lo sadar itu dari dulu. Sampai kapan pun, gue dan lo adalah sebuah kemustahilan."

Zia mengangguk pelan mendengar respons itu. "Seperti yang selama ini lo mau, mulai saat ini gue berhenti berharap, berhenti berjuang buat lo. Gue gak akan ganggu lo lagi, Za," ucapnya tegas tanpa ragu.

"Arza, forgive all my mistakes, sorry for my attitude and behavior that make you uncomfortable. I’m really sorry, Za."

Zia bersungguh-sungguh mengatakannya. Ia hanya ingin meminta maaf dan menutup kisah cintanya yang tak pernah berakhir bahagia setidaknya untuk kali ini, Zia ingin menuntaskan segalanya dengan hati yang tenang.

1
kriwil
jalang maruk🤣 semau laki mau di embat
Rossy Annabelle
no coment 🤧huhu
Heni Mulyani
lanjut author 💪
Murni Dewita
double up thor
Zee✨: bsk² yak hehe
total 1 replies
Murni Dewita
👣👣
Wahyuningsih
kpn thor zia bahagia 🤔🤔kan kasihan q jdi males mau baca soalnya zia d tindas mulu haaaaaaaaaah
Zee✨: sabar belum jg pertengahan kak😄
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Heni Mulyani
lanjut
Sribundanya Gifran
lanjut💪💪💪💪
Sribundanya Gifran
lanjut
Dewiendahsetiowati
part yang bikin nyesek
Wahyuningsih
thor buat mereka yg menyakiti zia menyesal d buat segan matipun tk mau n buat gaby terpuruk n menderita oran g kok manipulatif gedek q sebel banget d tnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪💪
Heni Mulyani
lanjut
Wahyuningsih
thor perasaan novel author yg lain blm pd tamat trus anda jga jrng up kk udah ada novel bru yg lma gimna d tamti dlu lah thor jgn d gantung syg klau gk d lanjutin 🤔🤔🤔🤔
Zee✨: itu udh tamat kak, sengaja di bikin gantung buat season 2 nanti hehe
total 3 replies
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut up yg bnyak thor💪💪💪💪
Zee✨: Siappp, tungguin yakk
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Zee✨: okeee
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut 💪
Heni Mulyani
lanjut
Heni Mulyani
lanjut 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!