Kata orang, hal yang paling berkesan dan takkan pernah bisa dilupakan adalah malam pertama. Tapi untuk seorang gadis bernama Jaekawa Ayu, malam pertama yang seharusnya bisa ia kenang seumur hidup justru menjadi hal yang paling ingin ia hapus dari ingatan.
Bagaimana tidak, ia melakukannya dengan lelaki yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
Lama melupakan kejadian itu, takdir justru mempertemukan Jae dengan lelaki itu di satu tempat bernama Widya Mukti. Apakah Jae akan menagih janji itu atau justru berpura-pura tak mengenalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11# Bukan girl band
Para Srikandi 30 ini mulai bersiap-siap, meski awalnya terlihat heboh bersolek. Namun kini...
Diantara jas almamater hijau botol bendera UNJANA, penampilan i-kece mereka ini akan cukup membuat balai desa Cikalong mengalihkan dunianya pada keenam mahasiswi KKN ini.
Salah jika mereka menganggap Jae tidak bisa feminim. Sebab...
Jae menggerai rambut sepunggungnya rapi, terkadang helaian surai di bagian kirinya dibawa ke belakang telinga secara rapi dan teratur menunjukan kilauan kecil anting yang menghiasi telinga. Kemeja putih menjadi dalamaann jas kebangaan, bersama rok rempel hitam selutut meski bawahnya ia melengkapi itu dengan sepatu warrior putih.
Bianca, bukan lagi...macam permen kapas berjalan...bandana pita membingkai rambut bergelombangnya, jika Jae memakai rok hitam, maka gadis ini memakai warna pink pastel bersama sepatu yang sama senada dengan warna rok.
Maharani, si gadis keturunan Purwangga ini lebih suka mengepang Elsa rambut blondenya itu, dengan rok mini sedikit di atas lutut masuk bangku pengemudi, begitupun Andara, Sesil dan Salsa. Mereka kompak sekali dengan rok rempel, mencerminkan sisi feminim untuk acara formal kali ini.
Bukan ingin terlihat keren atau tebar pesona, namun...kharisma itu penting dibentuk agar masyarakat mau mendengar dan percaya pada kaum terpelajar. Setidaknya first impression warga untuk mereka baik.
Sisi lembut Sesil menunjukan wajah ramah, hangat dan nyaman, terang saja....ia seorang calon psikolog yang memang harus memberikan kesan hangat, nyaman dan menenangkan.
"Kunci pintu!" pinta Salsa pada Andara.
"Jae, ini spanduk belum dipasang?"
"Ntar aja abis dari bale desa...tadi pagi ngga sempet!" jawabnya.
Tidak membawa motornya, Jae memilih ikut naik ke dalam mobil meskipun ujungnya mesti sedikit berdesakan di dalam sana.
"Mau gue pangku ngga, Bi?" tanya Salsa tertawa. Bianca menggerutu.
Warga sekitar sudah tau akan berita hadirnya mahasiswi yang akan KKN kembali disini, terlebih...kabar beritanya mengatakan jika para mahasiswi KKN ini cantik-cantik menjadi daya tarik tersendiri.
Bahkan Anjeli, yang beberapa hari lagi akan melangsungkan pernikahan menyempatkan dirinya untuk datang, ditambah adanya Jovi dan Alby disana yang turut menjadi bagian dari acara. Bukan panitia, namun sebagai tamu saja.
"Gue baru ngerasain dulu nonton gue dari sini tuh begini rasanya ternyata..." kekeh Alby disetujui Jovi.
"Aa!" teriak Anjeli pada Jovi dan Alby yang disambut keduanya, "Eh...neng Anjeli."
Gadis itu mendekati posisi keduanya, "gimana, lohhh yang lain pada kemana a, cuma berdua aja ini teh?" tanya nya keheranan. Karena biasanya akan ada Jingga, dan Mahadri setidaknya.
"Oh, yang lain nyusul...masih pada punya kerjaan."
Gadis berjilbab itu menghela nafasnya lega, "Alhamdulillah kirain teh pada tega ngga datang di nikahan saya, a..." ia mengurut dadanya.
Alby tersenyum, "insyaallah pada datang."
"A Alby, a Jovi..." pak Agus turut bergabung bersama Bu Sri, satu persatu tamu dan warga berdatangan termasuk Bu Indri dan Bu Yeti. Mantan kades dan Kadus terdahulu...
Bu Indri yang masih setia di organisasi PKK pun turut membantu jalannya acara, "a, ini teh adik tingkat KKN 21 berarti ya?" tanya Bu Yeti diangguki Jovi, "ada adik sepupunya Mahad juga, Bu disana..."
"Oh iya a? Yang mana?!" tanya Bu Yeti heboh.
Kini, keenam gadis itu datang dan keluar dari mobil. Andara dan Salsa membawa laptop dan iPad, sementara Jae, ia membenarkan jas almamater kebangaan.
UNJANA
"Wah, masyaAllah...bener ya, kata warga bilang si eteh-etehnya pada cantik teh beneran ini mah..." gumam Anjeli menatap takjub mereka.
Jae dan yang lain membungkuk sopan, berjabat tangan dengan pak kades, bu kades, ketua ibu-ibu penggerak PKK, karang taruna, disana ada Sandi juga bersama anak remaja lain. Dimana Sandi kini sudah menggantikan posisi ketua Tarka Desa Cikalong.
"Kaya apa ya, kaya girl band ih aa....tapi sekarang mah sedikitan ya personel KKN nya."
Tes....
Karyawan dengan baju safari kantor desa mengecek microphone berkali-kali. Diantara tenda yang dibentangkan di atas lapang kantor desa, kursi-kursi berderet terisi penuh.
Jae dan kawan-kawan dipersilahkan. Hingga tak lama, pihak kampus termasuk ada pak Sulaeman disana turut mengisi. Bahkan Alby dan Jovi sempat bertemu dan mengobrol sebentar tadi.
Spanduk dengan tulisan
...Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik...
...Kelompok 30 kampus UNJANA bersinergi bersama warga Cikalong....
...Meningkatkan minat belajar dan mengenyam pendidikan setinggi langit demi sumber daya manusia berkualitas...
"Tes, oke...sambil menunggu beberapa kursi kosong terpenuhi. Langsung saja ya, demi mempersingkat waktu yang semakin siang..."
"Iya pak..."
Lalu, assalamualaikum wr.wb...
Dan suara balasan salam itu menggema disana. Sembari anak-anak Tarka yang membagikan minum dan Snack box untuk para warga yang hadir.
"Alhamdulillah wasyukurillah..." kades Cikalong mulai berbicara menyambut mereka, kemudian pak Nurjaman selalu perwakilan dari pihak kampus UNJANA yang kemudian sang host menggiring microphone dengan candaan khasnya agar audiens tak bosan ke arah Jae cs.
"Waduh, baru kali ini sejak beberapa kali KKN, mahasiswanya perempuan semua, cantik-cantik..."
Woooo!
Dan riuh tinggi tercipta dari bangku audiens, "awalnya dikira teteh-teteh teh artis girl band..."
Dan tawa serta suitan kembali membalas godaan yang tiada henti, "tak kenal maka tak sayang ya teh...mangga atuh diperkenalkan satu persatu, biar warga Widya Mukti---Cikalong teh bisa sayang sama teteh-teteh..."
Cieeeee!
Jovi dan Alby ikut terkekeh seperti yang lain termasuk pak Agus.
Jae berdiri meraih microphone dari depan mejanya, tidak berdiri di tempat, gadis itu begitu luwes melakukan self introduce.
"Terimakasih untuk pak Kades beserta ibu, pak sekdes beserta ibu, pak Kadus beserta ibu, semua perangkat desa--dusun Penggerak PKK, taruna karya dan tentunya warga Widya Mukti Cikalong yang saya-----" Jae sengaja menjeda membuat audiens tak sabar dan menjawab sendiri, "sayangiiiii!"
Wohhhhh!
Jae tertawa manis.
"Saya Jaekawa Ayu, mahasiswi semester 5 kampus UNJANA, kebetulan mengambil jurusan di bidang teknik mesin."
Lantas seruan takjub kembali memenuhi tempat acara.
"Disini, Alhamdulillah, saya dipercaya oleh rekan, pihak kampus, sebagai koordinator desa, mohon bimbingan dan bantuannya, jika ada yang mau disampaikan atau teguran untuk kami...diperkenankan bapak ibu..."
"Teteh!" Anjeli mengangkat tangannya membuat semua mata tertuju padanya termasuk Jovi dan Alby, dan Jae menjeda ucapannya.
"Iya, teh?"
"Saya Anjeli, dari RT 3 Widya Mukti. Mau tanya, kalau nanti saya ketemu teteh, saya harus panggil siapa?"
Jae tertawa begitupun yang lain, "cukup Jae, atau Kawa ..senyamannya teteh saja."
"Kalo sayang boleh engga, teh?" Jovi...ia menggoda membuat suasana ramai kembali. Pak Sulaeman bahkan tertawa menunjuk-nunjuk mantan mahasiswa nya itu.
"Saravvv an jing." Umpat Alby, "by the way, Arlan kenal Jae, Jov?"
Jovi mengernyit, "kenapa emangnya?"
"Dia ada wa gue. Tadi pagi...minta video Jae...katanya sih siapa tau kenal, persis tetangganya katanya..." ujar Alby yang lantas memancing Jovi untuk tertawa renyah, "bang ke. Bisa banget si an jing. Lo be go By..."
Disana Jae masih berbicara, yang kemudian menggulirkan microphone pada anggota yang lain.
"Saya Bianca Yasmina, semester 5 juga, fakultas ekonomi bisnis. Kalo ketemu dipanggil aja Bu, pak...asal jangan dipanggil buat pinjem uang."
Dan mereka tertawa akan candaan gadis permen ini.
Wajah-wajah berkharisma dari klan Purwangga, memang tak dipungkiri, terlihat angkuh namun memang begitu pahatannya.
"Saya Maharani Savina FISIP, ilmu komunikasi."
"Saya Andara Tatiana, dari fakultas seni rupa, desain grafis ..."
"Saya Salsabilla Eriawan dari fakultas pendidikan Statistik MIPA...."
"Dan saya, Sesilia Gunawan, kebetulan ambil jurusan psikologi klinis dari fakultas Psikologi...jadi bapak--ibu, jika sedang ada masalah, jangan ragu untuk membaginya dengan saya. Kita bicara berdua dengan jaminan kerahasiaan, setidaknya jika saya tidak bisa memberikan solusi, tapi saya bisa menjadi pendengar yang baik. Karena terkadang...orang itu lebih butuh di dengar ketimbang diceramahi atau dibalas...betul ya, bapak ibu..." wajah hangat dan ramahnya itu memang nampak menenangkan, sampai ke hati para audiens.
Alby tersenyum lebar nan hangat, "emak banget, yee..."
"Dan untuk hal itu, kami disini menyediakan program tersendiri untuk berbagi cerita, di ruang bicara terutama untuk para generasi muda disini yang memiliki masalah dengan minat belajar dan kesulitan mengembangkan bakat diri....lengkapnya, koordinator desa kami, teteh Jaekawa manis yang akan menjelaskan bagaimana proker kami..."
Jaekawa menggeleng mendengus geli.
.
.