Trapped In Revenge

Sicilia, Italia

Helikopter milik Killian kini sudah mendarat tepat di atas mansion utama miliknya di Sicilia, bangunan itu bahkan jauh lebih besar dari miliknya di Virginia. Killian yang masih dalam mode Victor membawa tubuh Roce atau Thania kedalam kamar pribadinya, sebelum menidurkan di ranjang dengan cekatan mulai membuka heels, dress, dan menghapus makeupnya. Bahkan Victor dengan lembut mengganti baju Thania dengan kemeja miliknya agar bisa tertidur dengan nyaman, setelahnya menaruhnya di ranjang tidurnya memastikan Thania tidur dengan nyaman.

Cup

Sebelum pergi untuk menyelesaikan urusannya Victor menyempatkan untuk mencium kening Thania.

Tap

Tap

Tap

Suara berasal dari pantofelnya terdengar begitu jelas di lorong sunyi mansion mewah itu, Victor berjalan seorang diri dengan tatapan tajamnya. Langkahnya menuruni tangga melingkar yang berbalut karpet merah, sementara dilangit-langit dinding dihiasi oleh patung-patung serta ukiran khas Eropa. Dengan langkah cepat Victor menuju mobilnya di teras, malam ini dia akan menyelesaikan semua pekerjaannya di markas.

Dengan kecepatan tinggi mobil berharga jutaan dolar melaju di tengah keheningan malam, sekitar 30 menit mengendarai mobilnya Victor sampai di sebuah gerbang besar yang terlihat begitu menyeramkan. Dari kejauhan tampak sebuah bangunan besar di depannya, itu adalah markas besar 'Hadeson' tampak seperti kastil abad pertengahan yang masih berdiri kokoh.

Mungkin dari luar tampak seperti kastil horor namun percayalah dalamnya begitu mewah seperti kerajaan, setelah memarkirkan mobilnya Victor segera masuk. Suasana begitu sepi karena mereka semua sedang berada di ruang bawah tanah, untuk berpesta. Langkah tegap Victor menuju ruangan paling atas di kastil itu, tempat pribadinya.

"Segera keatas, sekarang!" Ucapnya langsung mematikan panggilan.

Victor langsung mendudukkan dirinya di kursi kekuasaannya, sambil meminum wine menunggu keempat tangan kanannya.

Sementara itu, Roce dan Thania sedang bertemu di alam bawah sadar.

"Oh hai diriku yang cantik," Sapa Roce pada Thania yang sedang duduk dilantai.

"Oce!" Lirih Thania langsung beranjak bangun dan memeluk Roce dengan semangat.

Keduanya bagaikan pinang di belah dua, seperti kembar namun mereka satu.

"Rindu banget sama diri aku ini." Ucap Thania manja.

Dibanding Roce yang memiliki sifat kalem dan lebih sesuai umurnya, Thania dirinya yang lain bersifat begitu manja dan kekanak-kanakan. Namun jangan salah Thania hanya manja pada orang yang dia sayang saja, jika tidak dia cenderung agresif dan langsung menyerang lawannya.

"Apa-apaan kita itu sama dan kita selalu bersama Nia untuk apa Rindu." Thania cemberut mendengarnya, "Tapi tetap rindu." Manjanya menggoyangkan badan Roce kekanan dan kekiri.

"Aku pusing!" Jengkel Roce, dirinya kadang kesal karena harus memiliki Thania dalam dirinya.

Tapi tak juga Thania selalu ada untuk menolongnya, untuk menemaninya.

Thania tiba-tiba melepaskan pelukannya menatap Roce dengan berbinar.

"Oce aku bertemu Victor!" Senangnya dengan senyum lebar.

"Victor pacar dimimpimu itu?" Tanya Roce memastikan.

"Iya! Walaupun pacaran dimimpi yang pasti kita sudah bertemu, tidak sepertimu yang masih jomblo!" Roce mengendus kesal dengan Thania yang memang sangat menyebalkan itu.

"Oce tenyata Victor adalah Dextor!" Mata Roce membulat, "Apa!" Pekik Roce.

Roce memijat pelipisnya lelah, well dirinya harus menghadapi Victor sebagai tambahan bebannya. Namun tak ayal dirinya senang, setidaknya tidak ada pria lain. Awalnya memang Roce khawatir jika saja nanti Thania bertemu kekasihnya Victor di tubuh pria lain, untungnya saja itu adalah Killian jadi tidak akan ada orang kelima diantara mereka berempat.

"Ayok kita pesta kekasih kita sama, yuhuuuu!" Pekik Thania sambil menarik tangan Roce untuk menari bersama.

Tangan Thania dengan lincah menggerakan tubuh Roce untuk mengikuti iramanya, "Akh lepaskan aku, tolong," Ujar Roce memohon untuk di lepaskan.

"Ayo kita menari, yuhuuu—"

Roce menatap datar Thania yang menari dengan begitu lincah dihadapanya, entah tarian apa yang Thania tarikan tapi sepertinya asik 'asik sendiri'.

"Sudahlah aku mau pulang, aku mau tidur." Ujar Roce malas, dengan cepat Thania mengenggam tangan Roce.

Thania menggeleng ribut, "Jangan pergi sini aja, masih pengin sama Oce."

"Tidak mau aku mau tidur!" Tolak Roce, Thania menggeleng menggoyangkan lengan Roce.

"Tidak mau sini saja! Bersamaku Oce!"

"Aku malas bersamamu kamu berisik." Thania melayangkan tatapan tak terimanya.

"Hais aku janji aku akan jadi gadis baik, janji janji." Buruknya merayu Roce.

Akhirnya dengan sangat terpaksa Roce akan menemani Thania sebentar, mendengarkan cerita dari dirinya sendiri itu.

Sementara itu Victor kini sedang asik melakukan operasi, lebih tepatnya mengambil organ-organ para tawanannya yang ada di markasnya. Organ-organ itu nantinya akan jual secara ilegal ke berbagai penjuru dunia, bisnis gelapnya itu sungguh membawa banyak untung baginya.

Kekayaan organisasinya berasal dari penjualan manusia, organ, senjata, obat-obatan, serta narkoba. Namun keuntungan dari itu tidak dia masukan dalam kekayaan pribadinya, Killian dan Victor hanya mengambil keuntungan untuk kekuasaan dan koneksi. Jadi jangan heran banyak dari mereka yang ingin bergabung dengan 'Hadeson' karena selain memiliki privilege tersendiri, mereka juga mendapatkan banyak uang.

Sangat membosankan, batin Victor.

Untuk kali ini entah kenapa nafsu membunuhnya begitu buru, mungkin karena sudah bertemu Thania. Ah ngomong-ngomong Victor ingin segera pulang, untuk menemani kekasihnya tidur.

Dengan kesal Victor membuang pisau bedahnya kesembarang arah, lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. Para bawahan yang melihatnya di buat cukup heran dengannya, namun hanya diam tak berani bertanya.

Dengan lari kecil Victor pergi dari sana menuju mobilnya di halaman, mengendarai mobil dengan ugal-ugalan berharap segera sampai di rumahnya. Tak sampai 30 menit, Victor segera menuju kamarnya.

Ceklek

Suara pintu terbuka, ada rasa lega dalam diri Victor melihat Thania masih tertidur pulas di atas ranjangnya memeluk bantal yang seharusnya untuk kepalanya.

Victor memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu dari bau amis darah yang menempel padanya. Tak lama setelahnya dia keluar hanya menggunakan boxer, yap baik Victor ataupun Killian memang satu. Dari mulai kebiasaan, sifat, bahkan kesukaan memang sama.

Victor merebahkan dirinya di samping Thania memeluknya erat, jam sudah menujukan pukul 5 pagi waktu setempat tapi Victor baru akan memulai tidurnya. Tanpa berlama-lama Victor terlelap dengan begitu damai.