NovelToon NovelToon
Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Dulu Kakak Iparku, Kini Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / CEO / Janda / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Itz_zara

Selena tak pernah menyangka hidupnya akan seindah sekaligus serumit ini.

Dulu, Daren adalah kakak iparnya—lelaki pendiam yang selalu menjaga jarak. Tapi sejak suaminya meninggal, hanya Daren yang tetap ada… menjaga dirinya dan Arunika dengan kesabaran yang nyaris tanpa batas.

Cinta itu datang perlahan—bukan untuk menggantikan, tapi untuk menyembuhkan.
Kini, Selena berdiri di antara kenangan masa lalu dan kebahagiaan baru yang Tuhan hadiahkan lewat seseorang yang dulu tak pernah ia bayangkan akan ia panggil suami.

“Kadang cinta kedua bukan berarti menggantikan, tapi melanjutkan doa yang pernah terhenti di tengah kehilangan.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itz_zara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Sah!!!

Hari itu akhirnya tiba — acara yang sudah lama dinanti oleh kedua keluarga.

Sebuah acara tertutup, sederhana namun penuh makna, digelar di rumah orang tua Selena. Hanya keluarga dekat dan beberapa sahabat yang hadir. Ruangan dipenuhi aroma bunga segar; hiasan pita putih dan pernak-pernik lembut menggantung di setiap sudut, menghadirkan suasana hangat untuk prosesi akad yang akan segera berlangsung.

Di dalam kamar, Selena duduk di depan cermin, mengenakan kebaya putih lembut dengan riasan tipis yang menonjolkan keanggunannya. Namun, senyum di wajahnya terasa berat. Ia bisa mendengar dengan jelas suara dari luar — lantunan doa, langkah kaki, lalu suara pembawa acara yang mengumumkan bahwa prosesi akad segera dimulai.

Selena menggenggam erat jemarinya sendiri, mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak cepat.

Ketika suara ijab kabul terdengar dari luar, ia menutup mata, air mata menetes pelan tanpa bisa ia tahan.

Suara Daren begitu tenang dan mantap saat mengucapkan kalimat suci itu — dan ketika para saksi menyatakan “Sah!”, Selena menangis lebih deras.

Tangis yang bukan hanya karena haru, tapi juga karena perasaan campur aduk yang sulit ia jelaskan — antara pasrah, lega, dan kehilangan.

Ia kini resmi menjadi istri Daren Aurelio Vance.

Resmi menyandang peran baru, dan bersiap menjalani kewajiban sebagai seorang istri… pada laki-laki yang dulunya hanya ia anggap kakak.

Tak lama kemudian, suara MC terdengar memanggil namanya, meminta pengantin wanita keluar dari kamar untuk bertemu sang suami.

“Udah, Nak… jangan nangis lagi,” bisik Laras lembut sambil menghapus air mata putrinya. “Yuk, kita keluar. Hari ini hari bahagiamu, Selena.”

Selena hanya mengangguk pelan. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu bangkit dari kursinya. Dengan langkah perlahan, ia berjalan keluar, dituntun oleh sang mama dan beberapa kerabat. Setiap langkah terasa berat, namun juga penuh arti. Di ruang tengah, semua mata tertuju padanya — pengantin wanita yang baru saja sah menjadi istri.

Daren berdiri di sana, tampak gagah dengan setelan jas berwarna putih lembut. Wajahnya tenang, tapi matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam — sebuah tanggung jawab besar yang baru saja ia terima.

Selena tersenyum tipis, lalu berlutut perlahan untuk menyalami tangan suaminya. Sentuhan itu dingin namun lembut — simbol bahwa kini ia harus berbakti pada pria yang dulu hanya ia panggil Kakak Daren.

Suasana ruangan seketika haru. Beberapa tamu meneteskan air mata, sementara yang lain tersenyum bahagia. Ucapan selamat berdatangan silih berganti.

Tak jauh dari sana, Arunika berlari kecil ke arah mereka.

“Selamat, Mamah! Selamat, Ayah!” serunya riang.

Semua orang tertawa kecil mendengar panggilan itu, tapi bagi Daren, suara mungil itu terasa aneh di telinga. Butuh waktu baginya untuk membiasakan diri dengan sebutan Ayah — sesuatu yang bahkan belum pernah ia bayangkan sebelumnya.

Namun sejak beberapa hari lalu, Sekar memang sudah melatih Arunika untuk memanggilnya begitu.

“Supaya nanti nggak canggung lagi waktu hari pernikahan,” begitu alasan ibunya.

Dan kini, di hadapan semua orang, Daren hanya bisa tersenyum. Ia menunduk, membelai kepala kecil Arunika dengan lembut.

“Terima kasih, Sayang,” ucapnya pelan.

Suasana berubah hangat. Sekar tampak tersenyum puas di kursinya, Laras menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca, dan semua orang seolah tahu — meskipun pernikahan ini bukan berawal dari cinta, tapi setidaknya hari itu… mereka tampak seperti keluarga yang utuh.

---

Acara masih terus berlanjut hingga sore hari. Musik lembut mengalun dari sudut ruangan, bercampur dengan suara tawa dan percakapan tamu-tamu yang datang memberi selamat. Beberapa rekan kerja dan teman lama Daren mulai berdatangan — termasuk Haikal, Rion, dan Nael, sahabat-sahabat dekatnya sejak lama.

Daren berdiri di dekat taman belakang rumah, masih mengenakan jasnya yang rapi. Di tangannya tergenggam segelas minuman, sementara wajahnya tampak lebih santai. Obrolan mereka terdengar ringan, diselingi tawa kecil dan gurauan khas teman lama.

“Gue masih nggak nyangka aja, Ren,” kata Haikal sambil tertawa. “Dulu lo yang paling anti ngomongin nikah, sekarang lo udah nikah.”

Daren hanya terkekeh kecil. “Namanya juga takdir, Kal. Kadang hal yang nggak kita rencanain justru yang paling cepat datang.”

Rion menepuk bahu Daren. “Tapi serius, Ren, selamat ya. Selena orang baik. Lo beruntung.”

“Terima kasih,” jawab Daren pelan, tersenyum. Tapi dalam hatinya, ada sesuatu yang masih mengganjal — rasa tanggung jawab besar yang kini benar-benar nyata di depan matanya.

Sementara itu, di sisi lain ruangan, Arunika tampak mulai gelisah di pangkuan Selena. Gadis kecil itu duduk di kursi panjang bersama nenek dan kakeknya, tapi matanya terus melirik ke arah taman belakang tempat ayah barunya berbincang.

“Kenapa, sayang?” tanya Selena lembut sambil mengelus rambut putrinya.

“Aru mau sama Ayah…” ucap Arunika lirih, matanya memelas.

Selena tersenyum lembut. “Tapi, sayang, Pakde ahh... Ayah kamu lagi ngobrol sama om-omnya dulu. Aru di sini sama Mamah aja, ya?”

“Tapi Aru mau ke Ayah…” rengek Arunika sambil mulai memanyunkan bibirnya.

“Sayang, nanti aja ya. Jangan gangguin Ayah dulu,” bujuk Selena lembut. “Lihat tuh, Ayah lagi ngobrol sama teman-temannya.”

Namun Arunika tetap menggeleng. “Aru pengin peluk Ayah…” katanya pelan, dengan suara hampir seperti bisikan.

Laras, yang duduk di sebelah Selena, tersenyum kecil melihat tingkah cucunya itu. “Udah, Len, biarin aja. Namanya juga anak kecil. Kalau ditahan malah nangis nanti.”

Selena menatap ibunya sejenak, lalu mengangguk. Ia tahu Arunika sedang berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan baru ini — dan mungkin, dalam caranya sendiri, gadis kecil itu sedang mencoba benar-benar menerima Daren sebagai ayahnya.

“Baiklah, sayang,” ucap Selena akhirnya. “Tapi Aru harus pelan-pelan, ya. Jangan gangguin Ayah ngobrol.”

Mendengar itu, wajah Arunika langsung berbinar. Ia segera turun dari kursi dan berlari kecil menuju taman belakang.

Daren yang sedang berbicara dengan teman-temannya sempat terkejut ketika tubuh kecil Arunika tiba-tiba memeluk kakinya.

“Ayah…” panggilnya dengan suara manja.

Daren menunduk, menatap gadis kecil itu sambil tersenyum. “Hei, Sayang. Kenapa? Kangen sama Ayah, ya?”

Arunika mengangguk cepat. “Aru pengin peluk Ayah. Dari tadi Aru tungguin, tapi Ayah lama…”

Haikal dan Rion yang melihat pemandangan itu langsung tertawa kecil. “Wah, udah jadi ayah beneran, nih,” goda Haikal.

Daren ikut tertawa kecil, lalu membungkuk dan mengangkat Arunika ke gendongannya. “Maaf ya, Sayang. Ayah tadi lagi ngobrol bentar.”

Arunika menyandarkan kepala di bahu Daren dengan puas, seolah tempat itu memang sudah seharusnya jadi rumahnya.

Daren menepuk punggung kecilnya lembut, lalu menoleh pada teman-temannya.

“Kayaknya sesi ngobrolnya selesai duluan, deh,” katanya sambil tersenyum. “Prioritas berubah sekarang.”

Haikal menepuk bahunya sambil tertawa. “Udah sana. Anak kecil nggak bisa nunggu lama.”

Daren mengangguk dan melangkah kembali ke arah Selena, membawa Arunika yang masih memeluknya erat. Saat tiba di depan istri barunya, Daren menatap Selena sejenak — ada senyum kecil di antara keduanya.

“Maaf, Aru kabur dari Mamahnya,” kata Daren sambil terkekeh.

Selena menggeleng lembut. “Nggak apa-apa, Kak. Sepertinya dia memang lebih tenang kalau sama Ayahnya.”

Daren tersenyum, lalu menatap Arunika yang mulai menguap kecil di pelukannya. “Iya, kayaknya Ayahnya juga lebih tenang kalau sama dia.”

Selena tertawa kecil mendengarnya. Dan di tengah hiruk pikuk tamu yang masih ramai, ada ketenangan yang anehnya justru terasa paling nyata — ketenangan dari tiga hati yang perlahan mulai belajar jadi keluarga.

---

Elina dan Kania — dua sahabat dekat Selena sejak kuliah — juga hadir. Mereka sudah seperti saudara sendiri bagi Selena, jadi tentu saja mereka tak mungkin melewatkan momen penting ini.

Keduanya menghampiri Selena yang sedang duduk di sofa setelah selesai berfoto bersama keluarga besar. Selena tampak cantik dengan kebaya pastel yang lembut, rambutnya disanggul sederhana namun elegan.

“Ya ampun, Len,” ucap Elina sambil menatapnya dari atas ke bawah. “Nggak nyangka banget lo sekarang udah resmi jadi istri orang.”

Kania ikut menimpali sambil tertawa kecil. “Dulu tiap kita bahas nikah buat gantiin Kavi, lo selalu bilang ‘belum siap’, eh sekarang malah paling duluan nih yang nikah lagi.”

Selena tersenyum malu, matanya sedikit menunduk. “Kalian bisa aja, deh. Gue juga nggak nyangka semuanya bakal secepat ini.”

Elina mencondongkan tubuhnya sedikit, lalu berbisik nakal, “Cieee… yang sebentar lagi malam pertama sama suami.”

“Eh, sembarangan lo, Lin!” sela Selena cepat, pipinya langsung memerah.

Kania langsung tertawa keras. “Hahaha! Lihat tuh mukanya! Duh, Selena yang biasanya tenang langsung panik!”

Selena menatap keduanya dengan wajah campuran antara malu dan jengkel. “Kalian berdua tuh emang nggak bisa serius, ya? Ini acara keluarga, tahu!”

“Tapi beneran deh, Len,” ujar Elina masih terkekeh. “Gue seneng banget lo akhirnya nemu seseorang yang bisa jagain lo dan Arunika. Gue sempet takut lo nggak mau buka hati lagi.”

Nada suaranya mulai melunak, membuat suasana tiba-tiba terasa lebih hangat.

Selena menghela napas kecil, lalu tersenyum lembut. “Gue juga masih belajar, Lin. Ini bukan hal yang mudah. Tapi Kak Daren orangnya tenang, dan… gue ngerasa aman aja di dekat dia.”

Kania menepuk bahunya pelan. “Itu udah cukup jadi awal yang baik, Len. Kadang perasaan cinta bisa tumbuh dari kenyamanan dulu, kok.”

Selena menatap dua sahabatnya itu dengan mata berkaca-kaca, tapi kali ini bukan karena sedih — melainkan karena bahagia.

“Gue beruntung punya kalian berdua,” katanya tulus. “Kalian selalu ada, dari gue kehilangan mas Kavi sampai sekarang.”

Elina tersenyum hangat. “Dan kami bakal terus ada. Tapi tetep ya, kalo lo butuh tempat nginep karena berantem sama suami, rumah gue selalu terbuka.”

“Eh, belum juga sehari udah ngomong berantem aja,” seloroh Selena sambil menahan tawa.

Kania mengangkat alis. “Namanya juga antisipasi, bestie.”

Tawa ketiganya pecah, mencairkan suasana di tengah acara yang semakin sore. Dari kejauhan, Daren sempat melirik ke arah mereka dan tersenyum kecil — melihat bagaimana Selena tampak bahagia dikelilingi orang-orang yang menyayanginya.

Dan di antara gurauan ringan itu, ada rasa lega di dada Selena. Karena meski langkahnya ke depan masih penuh tanda tanya, ia tahu satu hal pasti: ia tidak sendirian lagi.

---

Angin sore berhembus pelan, membawa aroma bunga dari taman, tapi juga membawa bisikan masa lalu yang belum selesai.

Dan tanpa disadari, hari yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan itu…

adalah juga awal dari babak baru yang akan menguji cinta, kesetiaan, dan rahasia yang selama ini terkubur rapat.

1
Reni Anjarwani
doubel up thor
Itz_zara: besok lagi ya🙏
total 1 replies
Favmatcha_girl
lanjutkan thor💪
Favmatcha_girl
perhatian sekali bapak satu ini
Favmatcha_girl
lanjutkan 💪
Favmatcha_girl
cemburu bilang, Sel
Favmatcha_girl
ayah able banget ya
Favmatcha_girl
cemburu ya🤭
Favmatcha_girl
pelan-pelan mulai berubah ya
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Itz_zara: besok lagi ya, belum ada draft baru🙏
total 2 replies
Favmatcha_girl
memanfaatkan orang🤭
Favmatcha_girl
Honeymoon Sel
Favmatcha_girl
Dah lama gak liat sunset
Favmatcha_girl
dramatis banget 🤭
Favmatcha_girl
ikutan dong
Favmatcha_girl
ngomong yang keras
Favmatcha_girl
aw terharu juga
Favmatcha_girl
itu mah maunya lo
Favmatcha_girl
Alasan itu
Favmatcha_girl
kenapa yak setiap cowok gitu😌
Favmatcha_girl
Yeyyyy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!