NovelToon NovelToon
TERJEBAK HASRAT DOKTER TAMPAN

TERJEBAK HASRAT DOKTER TAMPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / One Night Stand / Aliansi Pernikahan / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Desty Cynthia

"Ya Tuhan...apa yang sudah aku lakukan? Kalau mamih dan papih tahu bagaimana?" Ucap Ariana cemas.
Ariana Dewantara terbangun dari tidurnya setelah melakukan one night stand bersama pria asing dalam keadaan mabuk.
Dia pergi dari sana dan meninggalkan pria itu. Apakah Ariana akan bertemu lagi dengannya dalam kondisi yang berbeda?

"Ariana, aku yakin kamu mengandung anakku." Ucap Deril Sucipto.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hormon Kehamilan

Hari bahagia yang di nanti Anna dan Deril terlaksana juga. Semua anggota keluarga, kerabat dan saudara jauh telah datang ke acara resepsi pernikahan mereka.

Semua pegawai rumah sakit di kejutkan dengan undangan dokter tampan ini yang menikahi keturunan Dewantara. Bagi mereka, karir Deril nantinya akan semakin menanjak karena sudah terikat pernikahan dengan Anna, anak bungsu dari pasangan Alarich Dewantara dan Aleesya Bagaskara.

Meskipun begitu, sebetulnya tanpa menikahi Anna pun karir Deril sudah melonjak tinggi karena privillege dari keluarganya yang merupakan pengusaha.

Anna tengah di rias di kamar yang terpisah dari suaminya. Adik dari omah Winda datang jauh jauh dari Aussie demi dirinya. "Omah Syla." Teriak Anna.

"Sayang... Cucu omah udah nikah aja nih. Omah kangen tahu." Jawab omah Syla dengan ramah.

"An, kok ada vitamin ini di meja kamu? Punya kamu ini?" Celetuk om Nathan, yang merupakan anak dari omah Syla.

Nathan melihat vitamin untuk ibu hamil yang pernah istrinya minum. "Nanti tante ceritakan yah, Than. Enggak sekarang." Lirih omah Winda.

Nathan dan istrinya saling pandang, mereka sepertinya sudah bisa menebak apa yang akan di bicarakan omah Winda. Sedangkan Anna hanya menunduk tidak menjawab. Tante Tarra mengusap-ngusap punggung Anna.

"Jangan terlalu capek yah, kan lagi hamil muda." Ucap tante Tara lembut.

Tara sudah bisa menebaknya. Karena ia juga merasa janggal, Anna baru menikah lima hari yang lalu dan kini ia hamil. Tidak mungkin kan Anna hamil dalam waktu lima hari saja.

Mamih Aleesya masuk ke dalam kamar Anna. Ia berpelukan dengan omah Syla. "Kenapa enggak cerita sayang? Soal Anna." Lirih omah Syla pada mamih Aleesya.

"Bingung tan, kayak di sambar petir." Lirih mamih Aleesya dengan wajah sendunya.

"Alarich memang suka cerita ke Nathan, kalau Anna yah berubah. Tapi tante enggak nyangka kalau dia sudah sejauh itu." Ucap omah Syla dengan memandang Anna dari jauh.

"Iya tan, ini salah aku dan mas Alarich yang gagal menjaga Anna."

"Bukan! Kalian sudah menjaga dan mendidiknya dengan benar. Yang sabar yah. Semoga Anna dan suaminya bahagia. Sudah berapa bulan Anna?" Tanya omah Syla.

"Dua bulan tan."

"Apa? Selama itu?"

Mamih Aleesya menceritakan dengan singkat kejadiannya pada omah Syla. "Astaga! Kamu pasti terluka, terutama Alarich. Apalagi dia posesif sekali sama anak anak perempuannya." Lirih omah Syla.

"Nanti kita lanjut ya, Syl. Acara mau di mulai. Pokoknya jangan ada kesedihan di depan Anna. Kita harus bahagia." ucap omah Winda.

-

-

-

Anna menyambut uluran tangan Deril. Keduanya masuk lantai dansa. Deril tidak ingin berlama-lama di sana karena ia melihat istrinya yang pucat.

"Kamu cantik sayang. Tapi wajah kamu pucat. Kamu pusing?" Tanya Deril yang semakin mengeratkan pelukannya.

"Sedikit, aku mual terus." Lirih Anna.

"Sabar ya sayang, namanya hamil muda memang begitu. Nanti kalau udah bulan keempat biasanya normal lagi. Aku juga kemarin muntah heheh." Ucap Deril dengan tersenyum manis.

Selesai berdansa, pasangan ini duduk di pelaminan. Mereka menjadi pusat perhatian. Begitu banyak pujian namun tidak sedikit para wartawan menyoroti perut Anna. Padahal Anna memakai gaun yang longgar.

"Aku enggak nyaman, yank."

"Hmm sabar ya sayang. Toh kita juga duduk di sini tidak terlalu kelihatan kok."

Tangan Deril menggenggam erat jemari istrinya. Ia juga mengelap dahi istrinya. Anna merasa tersentuh akan perhatian suaminya ini.

Deril menatap istrinya penuh kasih sayang. "Kalau aku sudah mencintai mu gimana?" Celetuk Deril.

Anna tercengang menatap lekat pada suaminya ini. "Secepat ini?" Tanya Anna heran.

"Tidak juga, sepertinya saat kita pertama kali berjumpa." Ucap Deril tersenyum manis.

"Gombal."

Rupanya di tengah kebahagiaan Anna dan Deril, keluarga Anna dan saudara saudaranya tengah membicarakan Anna. "Kenapa kau tidak cerita soal Anna? Kasihan Anna, untung aja pria itu bertanggung jawab." Celetuk Nathan pada papih Alarich.

"Hmm aku bingung, Than. Saat Alana memeriksa Anna dan memberikan tespack-nya hati ku hancur, terluka. Ujian hidupku adalah anakku sendiri." Lirih papih Alarich.

"Terkadang apa yang kita sayangi, itulah yang menjadi ujian hidup kita." Lanjut Nathan.

-

-

-

Anna memuntahkan semua isi perutnya, tangan suaminya terus memijat leher istrinya dan membalur punggungnya dengan minyak kayu putih. Ia juga membersihkan bekas muntahan istrinya dan mengganti seluruh pakaiannya.

"Istirahat dulu yah. Nanti kalau di rasa udah enggak mual, kamu harus makan lagi meskipun sedikit. Anak kita harus makan sayang." Lirih Deril.

"Tapi aku mual banget, kenapa sih harus kayak gini." Anna menangis di pelukan suaminya.

Jarak usia Anna dan suaminya cukup jauh. Jadi tak jarang Anna bertingkah seperti anak kecil di depan suaminya. Namun Deril tidak masalah. Ia senang dan bahagia bisa memperistri Anna.

"Tenang ya sayang. Minum dulu obatnya, aku buatkan teh hangat dulu."

Deril berlari keruang tamu di kamar hotel itu, ia segera membuatkan teh hangat untuk istrinya. Anna meminumnya pelan. Badannya terasa sakit dan hangat.

Sebagai suami siaga, Deril merawat istrinya dengan telaten. Ia menyuapi Anna makan dan menidurkannya bak seorang anak kecil.

"Kamu juga tidur, jangan pergi. Aku butuh kamu yank." Lirih Anna dengan suara seraknya.

"Aku disini, yank. Enggak kemana-mana kok, kita tidur yah. Maaf aku baru bisa mengurusmu sekarang. Seandainya kita berjumpa lebih cepat, pasti kamu tidak akan sekurus ini sayang. Makan yang banyak yah, kamu dan anak kita harus sehat." Ucap Deril dengan lembut, ia mengecup bibir istrinya sekilas.

Anna semakin menelusup ke tubuh suaminya. Di sana ia menemukan kenyamanan dan kehangatan. "Istirahat ya sayang. Aku menyayangimu." Lanjut Deril.

-

-

-

"Aku enggak mau itu, yank. Itu enggak enak." Rengek Anna.

Ia dan suaminya sudah ada di restoran untuk sarapan pagi. Dan keluarganya baru menyusul kesana. "Kasihan Deril, dia pasti kewalahan menghadapi Anna." Ucap omah Syla pada orang tua Anna ini.

"Sudah kewajibannya, biarkan saja. Ayo makan." Jawab papih Alarich datar.

Anna dan Deril duduk bersama keluarganya. "Sayang, ini mamah bawakan buah segar, dimakan ya nak." Ucap mamah Mona, yaitu mertuanya.

"Terima kasih ya mah."

Rupanya Deril sudah bisa beradaptasi dengan keluarga istrinya ini begitu juga Anna. "Mau yang mana?" Tanya Deril pada istrinya sambil membawa roti dan donat.

"Enggak mau, mau kue basah itu aja." Rengek Anna.

"Anna, jangan kayak gitu kasihan suami kamu sayang. Yang hormat sama suami kamu." Celetuk mamih Aleesya.

"Enggak apa-apa kok mih. Kan Anna lagi hamil, mood-nya pasti berubah. Ya udah sebentar aku ambil yah." Sahut Deril dengan tenang dan sabar.

Anna berdiri menatap tajam mamihnya. "Kenapa sih mih Anna selalu salah? Anna cuma enggak suka makanan itu!" Lirihnya.

"Hei hei sayang, udah yuk kita makan di kamar aja. Mamih, papih, mah. Deril pamit dulu, Anna capek semalam kurang tidur. Ayo sayang."

Deril tidak enak pada mertua dan mamahnya, juga pada keluarga istrinya. Ia tidak ingin dirinya di nilai buruk karena tidak bisa mendidik istrinya.

Pengantin baru ini pergi dari hadapan keluarganya. Mamih Aleesya menghapus air matanya. Papih Alarich memeluknya erat. "Maksud aku enggak gitu pih."

"Sudah sudah bu Aleesya, saya maklum namanya hormon ibu hamil pasti berubah. Mungkin memang Anna kelelahan karena resepsi semalam." Ucap bu Mona menenangkan mamih Aleesya.

"Mau kemana? Udah duduk! Jangan macam-macam deh kak! Ayo kita sarapan pagi." Ucap Alana yang menahan kakak pertamanya yang akan menyusul Anna.

Pria dengan muka galaknya ini duduk kembali. Istrinya pun memintanya untuk tidak ikut campur urusan Anna. "Iya umi, aku kesel aja lihatnya!" Geram Athala.

Mereka semua mengalah demi Anna. Sedangkan Anna di dalam kamar menangis di pelukan suaminya. "Sayang udah kita makan dulu. Adek bayinya harus makan. Kamu juga jangan sakit yah. Ada aku disini." Lirih Deril dengan membelai lembut Anna.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!