Disarankan membaca Harumi dan After office terlebih dahulu, agar paham alur dan tokoh cerita.
Buket bunga yang tak sengaja Ari tangkap di pernikahan Mia, dia berikan begitu saja pada perempuan ber-dress batik tak jauh darinya. Hal kecil itu tak menyangka akan berpengaruh pada hidupnya tiga tahun kemudian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Besar
Flashback On.
Ari melambaikan tangannya pada mantan rekan kerja, yang melepasnya di hari terakhir berada di kantor sebuah kementrian.
Dia mengembuskan napas lega, rasanya beban berat yang selama ini dia pikul. Terangkat sudah.
Ari tau betul resiko apa yang akan dia tanggung setelah ini. Cibiran dan cacian jelas akan diterimanya dari orang-orang disekelilingnya.
Tapi apa mau dikata, keputusan Ari sudah bulat. Ibu kandungnya pun mendukung keputusan, walau sebelumnya sempat merasa keberatan.
Butuh waktu berbulan-bulan, untuk meyakinkan perempuan yang telah menghadirkannya ke dunia ini.
Lalu apa yang akan Ari lakukan setelah ini?
Tentu sudah Ari pikirkan dan persiapkan sejak lama, mungkin sekitar dua tahun lalu.
Ari bukan laki-laki bodoh yang tidak merencanakan masa depannya. Walau dia merasa sudah mati rasa pasca kejadian lima tahun lalu.
Pernikahan yang seharusnya dilaksanakan selepas dia resmi diangkat menjadi ASN, batal seminggu sebelum hari H.
Saat itu rasanya dunianya runtuh. Hati, patah sepatah-patahnya. Rasanya tak ada yang tersisa.
Sebelum itu Ari merasakan kekecewaan begitu dalam, ketika tunangannya mengaku telah mengkhianatinya dan tidur bersama pria lain.
Lelaki mana yang tidak kecewa. Sialnya Ari sudah terlanjur kecintaan pada sosok perempuan bernama Bunga Harumi.
Tetangga beda RT di desa, satu Sekolah Menengah Atas, satu kampus walau berbeda jurusan dan juga seorang yang memperkenalkan cinta untuk pertama kalinya padanya.
Segala hal tentang hubungan asmara, dia lakukan bersama Bunga Harumi. Cinta pertama, pacar pertama, ciuman, pelukan sampai urusan ranjang. Ari lakukan dengan Rumi, biasa Bunga Harumi disapa.
Seluruh jiwa dan raga, Ari sudah serahkan sepenuhnya. Maka dari itu, saat Rumi mengaku telah mengkhianatinya. Ari dengan sikap dewasanya memaafkan semua kesalahan Rumi.
Mungkin sebagian laki-laki akan mengatainya lelaki yang tak memiliki harga diri, karena masih mau menerima wanita yang jelas-jelas mengkhianatinya.
Tapi apa mau dikata, Ari sudah terlanjur mencintai Rumi begitu dalam.
Hubungan yang sudah dibina sejak masa putih abu-abu hingga usia mereka dua puluh enam tahun, bukan tanpa hambatan. Tapi selama itu pula keduanya selalu melewatinya bersama.
Seandainya saat itu Rumi tetap melanjutkan pernikahan mereka, Ari sama sekali tidak keberatan. Tidak mengapa, yang penting mereka pada akhirnya bersama dalam ikatan suci.
Alasan Rumi membatalkannya, karena hal yang sama. Rumi kembali menduakan cintanya dengan lelaki yang sama. Dimas Soetomo pemilik perusahaan farmasi dan alat kesehatan terkemuka.
Sebagian teman Ari yang juga mengenal Rumi, pernah menjuluki Rumi sebagai wanita materialistis. Tapi Ari selalu membelanya, bahkan hubungan pertemanannya saat itu sempat merenggang.
Tak mungkin terus menerus dalam keterpurukan, Ari memilih mengajukan mutasi ke luar pulau demi bisa menghindari berinteraksi dengan mantan calon istrinya.
Karena orang-orang di sekeliling Rumi adalah orang-orang yang juga dekat dengannya.
Butuh waktu lebih dari satu tahun untuk Ari hingga menerima jalan hidupnya.
Hanya menerima, bukan untuk membuka diri atau semacamnya. Bahkan hingga lima tahun berlalu, belum ada satupun perempuan yang berhasil mengetuk pintu hatinya.
Ibaratnya Ari hanya menjalani hidup mengikuti alur dan mungkin saja tinggal menunggu malaikat maut mencabut nyawanya.
Ari terlihat baik-baik saja di luar. Tapi itu semua hanya casing, guna menutupi hati nya yang hancur tak tersisa.
Ada beberapa perempuan yang dekat dengannya. Anggita, Andita dan Mia. Mereka bertiga adalah teman dekat Rumi. Tapi ketiganya hanya dianggap sebagai adik tanpa ikatan darah.
Ari juga pernah mendapatkan intimidasi dari pasangan ketiga perempuan itu. Yang sialnya masih berada dalam lingkaran pertemanan Dimas, suami dari Rumi.
Ibunya tak lelah mengenalkannya pada perempuan lain, ketika Ari sedang mudik. Tapi Ari sama sekali tak menanggapi. Ari beralasan, ingin menikmati kesendirian.
Begitu juga oleh para atasan dan rekannya di kantor. Alasan Ari sama, ingin menikmati kesendirian.
Ponselnya berdering, tertera nama ibu di layar. "Assalamualaikum, Bu!"
"Walaikumsalam, Mas! Mas lagi di mana?"
"Ari lagi jalan ke apartemen, Bu! Apa ada yang ibu butuhkan?"
"Nggak ada Mas, ibu cuma pengen dengar kabarmu."
"Ari baik, Bu! Ibu nggak usah khawatir."
"Iya Mas." Ibu terdiam sejenak, lalu terdengar embusan napas dari seberang sana. "Mas Kapan pulang?"
"Belum dulu, ya Bu! Ari mau beresin barang-barang dulu. Mungkin nanti kalau urusan di kosan udah beres, Ari sempatin pulang. Apa ada yang ingin ibu titip?" Tolaknya halus. Biasanya sang ibu, meminta padanya untuk berbelanja di pusat grosir terbesar di ASIA Tenggara. Untuk dijual kembali pada tetangga di desa.
"Ndak mas!"
"Ya udah Bu, dikit lagi udah mau sampai. Nanti disambung lagi, ya Bu!"
"Kamu hati-hati, ya mas!"
Ari menjawab salam dari ibunya. Dia membuang napasnya kasar, Ari merasa beruntung memiliki ibu yang pengertian.
Hari ini rencananya Ari akan membereskan unit apartemennya. Tempatnya singgah jika sedang mengunjungi ibu kota, dari pada menginap di hotel.
Dia akan segera mengosongkannya dan berpindah ke usaha kos miliknya.
Bertepatan dirinya diangkat menjadi ASN lima tahun lalu. Kakek dari mendiang ayahnya, memberikan warisan cukup besar. Atas saran ibunya, Ari membeli properti di ibu kota. Yang rencananya akan dibangunkan rumah untuk dia dan Rumi pasca menikah.
Nyatanya rencana tinggal rencana. Hubungannya kandas dan properti sudah telanjur dibeli.
Atas saran ibunya juga, pada akhirnya Ari membangun kosan sebagai pasif income untuk simpanan masa depannya.
Selama dua tahun dirinya diangkat menjadi ASN, Ari mulai mengumpulkan uang untuk membangun. Dia menyewa jasa kontraktor.
Alhasil bangunan tiga lantai, dengan jumlah lima belas pintu kosan lengkap dengan fasilitas kamar mandi di masing-masing kamar.
Dia juga membuka usaha warung kopi dan jasa cuci yang dikelola oleh orang kepercayaannya.
Dulu saat masih bersama Rumi, mereka sempat merencanakan membuka usaha kecil-kecilan. Karena begitu mereka menikah, Rumi akan resign dari pekerjaan sebagai sales di showroom dan menjadi ibu rumah tangga. Sementara dirinya tetap menjadi ASN.
Sekali lagi, rencana tinggal rencana. Usaha itu tetap berjalan, tapi sosok yang seharusnya menjalankannya. Kini telah berbahagia dengan lelaki lain.
Sekarang Ari telah memutuskan untuk mundur dari pekerjaannya sebagai ASN, dia yang akan mengeksekusi rencana tersebut.
Lalu soal unit apartemennya akan segera dia sewakan, untuk tambahan.
Ari pikir, lebih baik tinggal di kosannya. Yang biaya hidupnya lebih murah dibandingkan saat di apartemen. Maka dari itu, dia memutuskan untuk pindah dan mulai mengambil alih usaha kecil-kecilan nya itu.
Teman-temannya belum ada yang dia beritahu tentang keputusan terbesarnya. Biar saja. Toh mereka belum bertanya.
Ari sudah siap mental, kalau seandainya dirinya dicap bodoh.
Ingat, dia masih hidup hingga hari ini. Hanya karena Tuhan masih membiarkan napas padanya.
Keyakinannya, tak mengizinkan untuk mengakhiri hidup. Dosa besar akan dia tanggung di kehidupan setelah kematian.
Jadi Ari hanya menjalani hidup, sesuai alurnya. Tak ada sedikit ambisi tersisa, seperti ketika bersama dengan Rumi.
Dulu Ari sangat ingin menjadi ASN, demi memberikan kesejahteraan pada perempuan yang dicintai. Dia rela membagi waktu berkerja dan kuliah strata dua. Tapi sekarang?
Semua semangat itu telah hilang tak bersisa. Perasaannya telah mati. Cintanya hilang, bersamaan dengan kandasnya impian dan harapannya.
Flashback Off.