"Memang ayah kamu gak ada kemana?" tanya Dira yang masih merasa janggal dengan apa yang dimaksud anak itu.
Divan berpikir. Sepertinya ia mencoba merangkai kata. "Kabul. Cali mama balu," jawab Divan. Kata itu ia dapatkan dari Melvi.
****
Bia gadis yatim piatu yang haus akan cinta. Dia menyerahkan segalanya untuk Dira, pria yang dia cintai sepenuh hati. Dari mulai cintanya sampai kehormatannya. Tapi Dira yang merupakan calon artis meminta putus demi karir, meninggalkannya sendirian dalam keadaan mengandung.
Demi si kecil yang ada di perutnya Bia bertahan. Memulai hidup baru dan berjuang sendirian. Semua membaik berjalannya waktu. Ia dan si kecil Divan menjalani hari demi hari dengan ceria. Bia tak peduli lagi dengan Dira yang wara wiri di televisi dengan pacar barunya.
Tapi rupanya takdir tak tinggal diam dan mempertemukan mereka kembali dalam kerumitan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elara-murako, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kata Yang Menyakitkan
KALAU NOVEL INI NANTI BAKALAN NYEBELIN HARAP MAKLUM NGGAK BISA DIUBAH, SUDAH TAMAT. KALAU MAU BACA CEK IGKU elara_murako. BANYAK NOVELKU YANG LEBIH SERU, KOK. DAN PASTI NGGAK NGESELIN.
NOVEL INI EMANG DIBUAT UNTUK BIKIN DARAH TINGGI. JADI HARAP KALAU KOMEN NGGAK SOPAN DALAM HATI SAJA, JANGAN DITULIS, YA. KARENA YANG AKAN JELEK NAMA KALIAN SENDIRI, BUKAN ORANG LAIN. INGAT, ORANG MENILAI DARI CARA KITA BICARA.
🍁🍁🍁
"Kita putus saja, ya?" permintaan Dira malam itu membuat hati Bia sangat terluka. Bibir Bia bergetar, ia menahan air mata yang terus mendesak ingin keluar.
Pada akhirnya putus menjadi pilihan paling tepat dibandingkan terus menyimpan Bia sebagai kekasih rahasia. Toh, mereka juga harus berdiam di kota yang berbeda.
"Apa harus berakhir seperti ini?" tanya Bia lirih. Ia memeluk bantalnya erat dan menyandarkan punggung ke tembok. "Aku gak bisa hidup tanpamu."
Dira menarik napas panjang. Suaranya begitu berat. "Aku akan sangat sibuk. Mungkin tak bisa memperhatikan kamu lagi. Selain itu jika sampai ketahuan, karirku bisa berakhir. Aku mohon pengertiannya darimu."
Tangan Bia bergetar. Wanita mana yang hatinya tidak terluka ketika pria yang ia sangat cintai mengakhiri hubungan mereka begitu saja.
"Aku tidak akan macam-macam. Aku juga gak akan manja. Kamu gak perlu telpon aku setiap hari. Aku pasti sabar. Asalkan bukan begini." Bia masih meratap, mencoba mencoba mengambil hati Dira kembali.
"Maaf. Aku gak bisa, Bi. Aku sangat memohon padamu. Lepaskan aku dan biarkan aku mengejar karirku."
Bia menunduk. "Apa aku egois?" tanyanya dalam hati. Beberapa kali ia berkedip, mengambil napas lalu mengeluarkannya pelan. Kalimat itu tertahan di ujung tenggorokan. Matanya mulai berkaca-kaca. Nyeri, batinnya seakan berteriak.
"Hubungan kita memang membahayakan karirmu. Aku mengerti," jawab Bia tegas meski sempat ada jeda ketika ia menelan salivanya. Telapak tangannya bergetar ketika mengucapkan itu. "Asal kamu kembali suatu hari nanti," batinnya.
Minggu lalu Dira memenangkan kontes "Star Event". Mulai besok ia resmi menjadi penyanyi yang bernaung di label R ever. Popularitas Dira naik dengan signifikan. Alasannya bukan hanya suara bass yang seksi, pun wajah rupawan yang dapat membuat gadis manapun tergila-gila.
"Terima kasih sudah mau mengerti." Dira juga tidak bisa menampik jika hatinya sakit. Bia, gadis lugu yang ia pacari lima tahun lalu telah dikenalnya sejak TK. Hubungannya dengan Bia tidak hanya sebagai sepasang kekasih, baginya Bia adalah adik juga sahabat. Tentu Dira akan sangat kehilangan karena setelah putus pasti ada bagian yang berbeda dari mereka.
"Menjadi penyanyi terkenal adalah impianmu, kan? Kau berjuang keras untuk semua itu, bagaimana bisa aku menghalangi jalanmu?" Bahkan di balik rasa sakit, Bia masih sempat menyemangati Dira. Kekasih baginya buka hanya orang yang berbagi bahagia dan kesedihan saat bersama, tapi juga orang yang sabar menunggu meski harus terpisah.
Hingga akhirnya Dira menutup telpon, barulah tangis Bia pecah. Ia menahan suara tangisan dengan membekap mulutnya menggunakan bantal. Di balik dinding kamar ini, ada Tante Rubi sedang pulas tertidur setelah lelah bekerja seharian. Bia tidak ingin mengganggu hanya karena urusan percintaan remaja seperti ini. Biarlah sementara Bia menikmati lukanya hingga sembuh meski berbekas.
Dari jendela kecil yang gordennya masih tersingkap, Bia menatap bintang di langit. Ia mengusap matanya yang basah. "Dira. Setelah semua membaik, apa kamu akan kembali padaku?" tanya Bia. Tidak ada jawaban kecuali suara dedaunan di luar yang tertiup angin.
Sementara itu cahaya rembulan menyelimuti sosok jangkung yang berdiri di sisi balkon apartemen mewah yang memiliki puluhan lantai. Ia memegang sebuah ponsel dengan tangan gemetar. Wajahnya yang rupawan layu seiring air mata yang mulai membuat mata almond-nya berkaca-kaca. "Untuk kali ini ampuni aku," ucap Dira penuh penyesalan.