Jihan Hadid, seorang EO profesional, menjadi korban kesalahan identitas di rumah sakit yang membuatnya disuntik spermatozoa dari tiga pria berbeda—Adrian, David, dan Yusuf—CEO berkuasa sekaligus mafia. Tiga bulan kemudian, Jihan pingsan saat bekerja dan diketahui tengah mengandung kembar dari tiga ayah berbeda. David dan Yusuf siap bertanggung jawab, namun Adrian menolak mentah-mentah dan memaksa Jihan untuk menggugurkan kandungannya. Di tengah intrik, tekanan, dan ancaman, Jihan harus memperjuangkan hidupnya dan ketiga anak yang ia kandung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Cahaya pagi menembus sela tirai kamar apartemen, menyentuh wajah lelah Jihan Hadid yang masih tertidur di sofa.
Di sekitarnya, kertas-kertas berisi rundown acara, blueprint dekorasi dan laptop terbuka dengan puluhan tab menyala menjadi saksi lembur semalam yang melelahkan.
Hari ini adalah hari terpenting karena besok akan ada acara terbesar dalam kariernya sebagai Event Organizer akan digelar dimana pertemuan elite para CEO dari berbagai negara.
Jihan membuka matanya dan merasakan kepalanya yang berat.
Ia mendongakkan kepalanya dan melihat jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi.
"Ya Tuhan!"
Jihan langsung bangkit dan tiba-tiba gerakannya langsung terhenti oleh rasa nyeri tajam di perut bagian bawah.
"Aduh..." ucap Jihan sambil tangannya refleks memegangi perut.
Sudah dua minggu sejak terakhir kali ia mengalami siklus bulanan dan pagi ini rasanya berbeda.
Perutnya seperti diremas-remas dan rasanya sangat sakit sekali.
Jihan tidak mau jika harus memikirkan perutnya yang sakit.
“Mungkin cuma kecapekan atau salah makan kemarin,” ucap Jihan sambil mencoba menenangkan diri sendiri.
Ia langsung masuk ke kamar mandi sambil sesekali meringis saat merasakan perutnya yang sakit.
Jihan memejamkan matanya sambil membayangkan di hadapannya ada agenda padat sudah menunggu mulai briefing teknis, pengecekan lokasi, konfirmasi vendor, dan gladi bersih.
Setelah selesai mandi Jihan menuju ke lemari dan mengambil balzer krem yang ia padukan dengan celana panjang high waist serta blouse satin putih.
Ia mengikat rambutnya sambil mengambilkan parfum yang langsung ia semprotkan.
Setelah itu ia mengambil roti dan segera masuk ke dalam mobil menuju ke kantornya.
Saat sedang menyetir ia melihat ponselnya yang berdering.
"Hallo Mia, ada apa? Aku masih perjalanan kesana." ucap Jihan.
"Jihan, segera kemari. Ada Tuan Samuel yang sedang menunggu mu." jawab Mia
Jihan meminta Mia untuk menemani Tuan Samuel sebentar sampai ia sampai di kantor.
Perjalanan yang tidak begitu rame membuat Jihan sampai di kantornya.
Jihan memasuki area parkir gedung kantornya dan segera turun dari mobilnya .
Ia berjalan cepat menuju lift sampai suara sepatunya terdengar berketuk riuh di lantai marmer.
Di dalam lift ia kembali merasakan perutnya yang nyeri dan ia menganggukkan minyak kayu putih agar bisa mereka sedikit rasa sakitnya.
Begitu pintu lift terbuka di lantai 12, Jihan melihat Mia yang merupakan sekretaris sekaligus sahabatnya sudah menunggunya dengan wajah tegang.
“Ji, Tuan Samuel sudah menunggumu dari tadi." ucap Mia dengan wajah cemas.
Jihan menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju ke ruang kerjanya.
Ia melangkah masuk ke ruang kerjanya yang luas dan minimalis.
Jihan melihat Samuel yangmengenakan jas abu-abu rapi dan ekspresi serius.
Ia adalah Samuel Tan, kepala perwakilan dari panitia internasional penyelenggara acara CEO sedunia.
“Pagi, Jihan,” sapa Samuel tanpa basa-basi.
“Pagi, Tuan Samuel. Maaf saya sedikit terlambat, semalam saya—”
“Kita harus bicara soal jadwal. Ada perubahan besar. Acara dimajukan.”
“Dimajukan? Dimajukan bagaimana?" tanya Jihan panik.
"Ya Jihan, acara tidak jadi besok melainkan nanti malam, pukul delapan sampai subuh. Permintaan langsung dari pihak keamanan internasional dan beberapa CEO besar. Mereka tidak ingin ada kerumunan media terlalu lama. Protokol keamanan baru diberlakukan.”
Jihan mengerjap, berusaha mencerna kata-kata itu.
“Jadi, tidak jadi besok?” Jihan sambil menatap wajah Samuel.
Samuel menggelengkan kepalanya sambil melihat jam tangannya.
"Kamu hanya punya beberapa jam.” ucap Samuel.
Jihan menelan salivanya dengan detak jantungnya seolah melambat.
Ia kembali merasakan perutnya yang sakit sambil mencoba untuk tenang.
“Baik Tuan Samuel, Saya akan persiapkan semuanya,” jawab Jihan.
Samuel menganggukkan kepalanya dan setelah itu ia keluar dari ruang kerja Jihan.
Baru saja Samuel keluar dari ruangannya, Jihan menutup pintu dan bersandar sejenak.
Jihan merintih kesakitan saat Perutnya semakin sakit
“Apa ini usus buntu? Atau lambungku kambuh?” gumamnya panik.
Dengan langkah pelan, ia membuka pintu dan memanggil Mia yang masih sibuk di meja depan.
“Mia,” panggil Jihan dengan suara lirih.
"Iya Ji, ada apa?" tanya Mia
“Aku mau ke rumah sakit dulu sebentar. Perutku sakit banget dan sepertinya semakin parah,” ucap Jihan sambil mencoba tersenyum agar tak terlihat terlalu lemah.
"Aku antar ya, Ji." ucap Mia yang khawatir dengan keadaan Mia.
“Enggak usah, Mia. Aku bisa sendiri dan kamu tolong handle semua sementara aku pergi, ya. Pastikan vendor datang ke hotel sesuai jadwal, dan pastikan rundown malam ini nggak ada yang missed.”
Mia menganggukkan kepalanya dan ia khawatir dengan kondisi sahabatnya.
Ia meminta Jihan untuk rawat inap di rumah sakit.
“Aku cuma perlu diperiksa sebentar, setelah itu aku langsung ke hotel.”
Dengan tubuh yang mulai lemas, Jihan berjalan menuju lift.
Segera Jihan melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.
Sementara itu di tempat lain dimana Maria yang juga akan bersiap berangkat ke rumah sakit untuk melakukan rencana liciknya.
"Sebentar lagi aku akan menjadi salah satu istri dari seorang CEO dan mafia besar" gumam Maria yang dulu berhasil mencuri spermatozoa milik ketiga CEO sekaligus mafia kejam
Setelah berhasil mencurinya, Maria menaruh di rumah sakit Turkey.
Maria selesai berdandan dan ia berjalan menuju ke arah mobilnya.
"Maaf, Nona Maria. Sepertinya kita tidak bisa beraktivitas sekarang karena saya harus mengganti ban mobil." ucap Fiza yang merubah sopir yang ia sewa
Maria menghela napas panjang dan ia meminta Fiza untuk segera mengerjakannya.
Ia menunggu di kursi yang ada di lobby apartemen.
Disisi lain dimana Jihan telah sampai di rumah sakit.
"Aku ingin periksa, apakah dokter Aylin sudah datang?" tanya Jihan sambil memegangi perutnya
"Maaf Nona Jihan, dokter Aylin hari ini libur sampai Minggu depan." jawab Perawat.
Perawat mengatakan kalau ada Dokter Ramdal sebagai pengganti dokter Aylin
Jihan mengaggukkan kepalanya dan ia menikmati ke ruang tunggu.
Tak berselang lama dokter Ramdal masuk dan membuka buku atas tanpa melihat nama pasien.
Perawat memanggil nama Jihan yang sedang duduk di kursi tunggu.
Jihan bangkit dari duduknya dan segera masuk ke ruang periksa.
Dokter Ramdal meminta Jihan untuk merebahkan tubuhnya dan membawanya kakinya.
Jihan mengernyitkan keningnya saat mendengar perkataan dari dokter Ramdal karena biasanya ia hanya mendapatkan obat dari dokter Aylin.
Jihan yang ingin agar perutnya tidak sakit akhirnya tidak bertanya kepada dokter Ramdal.
Dokter Ramdal mengambil tiga botol ampul dan menyuntikkannya ke dalam sana.
Jihan merasakan ada cairan dingin yang masuk ke dalam rahimnya.
Setelah selesai dokter Ramdal mengijinkan Jihan keluar dari ruang periksa.
Jihan keluar dan merasakan perutnya yang tidak sakit lagi.
Segera ia melajukan mobilnya menuju ke hotel dimana mana malam nanti acara akan diadakan.
Beberapa menit kemudian Maria sampai ke rumah sakit dan ia langsung masuk ke dalam ruang periksa.
Dokter Ramdal meminta Maria untuk merebahkan tubuhnya di atas brankar.
Kemudian dokter menyuntikkan obat pelancar haid yang Maria kira adalah spermatozoa milik mereka bertiga.
Maria sudah membayangkan bagaimana ia akan hidup enak dan menjadi orang kaya.
Setelah selesai Maria bangkit dari brankar dan keluar ruang periksa.
Ia tersenyum manis sambil mengelus-elus perutnya.