NovelToon NovelToon
Rojali Dan Ratih

Rojali Dan Ratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Ilmu Kanuragan
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"kamu pembawa sial tidak pantas menikah dengan anakku" ucap Romlah
"aku sudah mempersiapkan pernikahan ini selama 5 tahun, Bagaimana dengan kluargaku" jawab Ratih
"tenang saja Ratih aku sudah mempersiapkan jodohmu" ucap Narti
dan kemudian munculah seorang pria berambut gondrong seperti orang gila
"diakan orang gila yang suka aku kasih makan, masa aku harus menikah dengan dia" jawab Ratih kesal
dan tanpa Ratih tahu kalau Rojali adalah pendekar no 1 di gunung Galunggung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RR 1

"Ra—Ratih... maaf. Pernikahan kita... batal," ucap Bagas pelan, nyaris tanpa nada. Tatapannya kosong, tak berani menatap mata gadis itu.

"A—apa maksudnya, Mas?" suara Ratih gemetar. Wajahnya pucat, bola matanya mencari penjelasan di wajah Bagas yang malah tertunduk.

"Karena kamu nggak pantas menikah sama Bagas!" sahut Romlah tiba-tiba, tajam seperti cambuk. Tatapannya menusuk, mulutnya tak segan menghakimi.

“Bu... saya nggak ngerti…” suara Ratih pelan. Matanya mulai basah, bahunya melemah. Tubuhnya oleng sedikit, seperti mau jatuh.

Ia diam, bingung dan takut.

"Kamu pembawa sial, Ratih. Keluarga kami bisa hancur kalau Bagas tetap nikah sama kamu!" lanjut Romlah, keras tanpa belas kasihan.

"Enggak... ini salah paham, Bu… saya... saya nggak pernah berniat bawa sial..." suara Ratih gemetar.

Matanya gelisah, tangan gemetar.

Ia mencoba bicara, tapi lidahnya kelu. Hatinya ciut, keberaniannya hampir hilang.

"Kamu lahir, ibumu mati. Ayahmu terusir dari keluarga besarnya. Sekarang kamu tunangan sama Bagas, ayahnya malah lumpuh. Kami tanya orang pintar, katanya kamu sumber sial!" Romlah menuding, wajahnya merah padam, seperti menyumpahi takdir Ratih.

"Tapi... undangan sudah disebar, Bu… tinggal seminggu lagi… gimana keluarga saya harus jelaskan ini ke orang-orang?” tanya Ratih lirih.Nafasnya terasa sesak, tangannya memegang dada.Air matanya menetes satu-satu. Ia bingung dan sangat terpukul.

"Kami sudah siapkan pengganti. Sinta. Adikmu," jawab Romlah ringan, seolah mengganti pengantin semudah menukar baju lebaran.

Ratih menoleh pelan ke arah Sinta. Mulutnya terbuka sedikit, tapi tak ada suara. Ia hanya bisa memandang adiknya yang terdiam, lalu melirik ibu tirinya, Narti, yang juga tak berkata sepatah pun.

"Aku... nggak mau, Bu," kata Sinta pelan.

“Kenapa, Nak?” Romlah mendekat, matanya mengamati Ratih. Wajahnya datar, tapi nadanya menekan.

"Aku... nggak enak sama Kak Ratih. Bagaimanapun... mereka udah lima tahun pacaran..." jawab Sinta. Tapi wajahnya tak sepenuhnya sedih—matanya sempat berbinar sesaat.

"Kamu jangan mikir begitu. Ini demi kebaikan keluarga!" potong Romlah, mulai mengelus bahu Sinta seperti membujuk anak kecil agar tidak menangis.

---

“Saya sih ikut Sinta aja. Lagian jodoh jangan dipaksa,” kata Narti datar. Wajahnya tenang, tanpa rasa bersalah. Perkataannya terdengar ringan, tapi menampar keras perasaan Ratih.

“Kalau gagal, kita semua akan jadi bahan omongan. Sinta, kamu harus berkorban demi keluarga,” suara Handoko tegas. Alisnya mengernyit, tangan mengepal.

"Iya, Nak. Ini buat kehormatan kita semua," Romlah menambahi.

Tangan Ratih gemetar. Ia memandang Sinta, kemudian semua wajah yang menatapnya seolah ia penyakit yang harus disingkirkan. Bibirnya bergetar, tak tahu harus bicara apa.

"Aku... aku nggak bisa nikah kalau Kak Ratih belum nikah. Orang bakal bilang aku rebut calon suami kakakku sendiri… itu... itu nggak baik, Bu…" ucap Sinta akhirnya.

Ruangan hening. Semua seperti terpaku. Ratih berdiri kaku di tengah, dadanya terasa berat, seperti dipaku di tempat. Ia tak tahu harus pergi ke mana, dan tak ada satu pun yang merangkulnya.

Dalam hati, Ratih hanya bisa bergumam, "Kenapa... semua ini harus terjadi ke aku...?"

---

“Baik… kalau aku tak jadi menikah dengan Bang Bagas… tak apa. Tapi… aku nggak mau asal menikah, Bu…” suara Ratih lirih.

Dadanya sesak, wajahnya pucat menahan tangis. Ia menunduk, menggenggam ujung kain kebaya erat-erat. Tubuhnya gemetar halus, tapi suaranya tetap berusaha tenang. Hatinya terluka, tapi ia mencoba bertahan.

“Kamu pikir kamu masih punya pilihan, Ratih?” suara Romlah keras, menyentak. Matanya tajam, mengunci Ratih seolah gadis itu adalah musuh yang harus dilenyapkan.

“Ibu…” Ratih menggigit bibirnya, matanya mulai berkaca. Suaranya seperti suara anak kecil yang tak tahu harus berlindung ke mana.

“Ingat… nyawa bapakmu ada di tanganku. Sekali kamu menolak… anggap saja dia sudah nggak ada.” Romlah membisikkan ancaman di telinga Ratih, suaranya pelan tapi mengancam.

Wajahnya dekat, matanya tajam.

Ratih gemetar, tubuhnya kaku.

Jantung Ratih seolah berhenti berdetak. Kepalanya mendadak ringan. Dunia seperti berputar. Ia memejamkan mata, mencoba menahan gemetar, tapi lututnya sudah mulai lemas.

“Kalau begitu… acaranya harus diundur…” ucap Bagas hati-hati. Ia melirik Romlah sejenak, lalu kembali menunduk, tak sanggup melihat wajah Ratih.

“Tidak bisa! Tanggal itu yang paling baik. Paling membawa berkah bagi keluarga kita.”

Romlah menyela cepat, wajahnya serius. Tangannya terangkat, menekankan ucapannya.

Suasananya jadi tegang seketika.

“Benar. Pak ustaz juga bilang begitu… tanggal itu penuh barokah.”Narti ikut bicara, wajahnya datar. Ia mengangguk pelan, seolah tak bisa dibantah.

Suaranya terdengar yakin tapi dingin.

“Tapi Bu… cari calon suami itu nggak semudah itu…” Ratih mencoba menyampaikan kegundahannya. Suaranya makin kecil, seperti orang yang mulai kehilangan tenaga.

“Tenang saja. Aku sudah siapkan penggantinya. Ini hasil ramalan guru agung. Katanya, kalau kamu menikah dengannya, kamu akan bawa kejayaan dan keberkahan.”

Narti tersenyum, wajahnya penuh percaya diri. Ia duduk santai, seperti semuanya sudah diatur.

“Siapa, Bu?” Ratih menatapnya bingung.

Narti menoleh ke luar dan berteriak, “Minto! bawa Masuk!”

Langkah kaki terdengar dari luar. Tak lama kemudian, muncullah sosok lelaki yang langsung membuat wajah Ratih pucat. Rambutnya acak-acakan, bajunya lusuh, matanya kosong. Lelaki yang selama ini ia beri nasi dan tempe di pinggir jalan.

Sinta menahan senyum, sementara Romlah memalingkan wajah dengan ekspresi jijik.

“Ibu… yang bener aja… masa saya disuruh nikah sama orang yang punya gangguan jiwa?” suara Ratih pecah. Tubuhnya gemetar, air mata jatuh satu-satu.

“Kata siapa dia sakit jiwa?” Nada Narti datar, tapi matanya menyala tak percaya. Ia bersedekap sambil menyipitkan mata. Pertanyaan itu terasa sebagai serangan langsung ke dada Ratih yang rapuh hari.

“Bu, orang sekampung juga tahu dia sakit jiwa,” keluh Ratih, suaranya pecah. Air mukanya muram, bahu menurun. Hidupnya serasa permainan tak adil yang memeras tenaga dan hati tiap hari lagi.

“Kalau dia sakit jiwa, kenapa setiap hari kamu memberi makan dia?” sindir Narti, bibirnya melengkung tipis.

“Kasihan, Bu,” Ratih mengaku, suara lirihnya hampir tenggelam. Matanya berkaca, Baginya, orang gila juga manusia yang layak dihargai.

Narti tersenyum sinis. “Bu Romlah, Anda masih ingat tender sapi besar itu datang dari mana?” ucapnya manis. Ia mencondongkan tubuh, seperti mau membocorkan rahasia menggiurkan yang belum pernah terungkap sebelumnya.

Romlah mengangguk, nada yakin. “Kita pulang dari guru agung Ki Jaka Kelana,” jawabnya mantap. Matanya berbinar, mengingat berkat lama itu. Kepercayaannya pada ramalan semakin kuat dalam diri setiap keputusan baru.

“Sebelum memutuskan ini, aku juga bertanya pada Ki Jaka Kelana,” lanjut Narti, nada menekan. Bibirnya terangkat licik. Ia membuka tiga jari, menandai poin-poin penting yang tak bisa diabaikan oleh siapapun.

“Pertama, Bagas cocok dengan Sinta. Kedua, bencana datang bila Sinta melangkahi Ratih. Ketiga, kalau Ratih menikah, kita naik drastis,” ucap Narti puas. Senyumnya melebar, jari mengetuk meja, ramalan jadi senjata.

..

..

..

"Dia juga tidak gila, coba saja tanya siapa namanya?" ucap Narti pelan.

Suasana ruangan langsung hening. Semua mata tertuju pada pria dengan pakaian lusuh dan rambut awut-awutan yang berdiri di pojok ruangan. Ratih merasa tubuhnya lemas, pikirannya kacau. Hidupnya seolah benar-benar hancur hari ini. Ia memandang ke arah Bagas dengan kecewa. Bukankah Bagas pernah berjanji akan menikahinya dan membawanya keluar dari rumah penuh luka ini?

"Siapa nama kamu?" tanya Pak Handoko.

"Rojali," jawab pria itu singkat.

"Dari mana asalmu?" tanya Handoko lagi.

"Gunung Galunggung."

"Menurutmu, Ratih itu cantik?"

"Cantik," jawab Rojali, tanpa ragu.

"Apakah kamu suka padanya?"

"Saya suka orang baik."

"Apakah kamu akan membahagiakan Ratih?"

"Tentu saja! Aku akan membahagiakan Ratih. Seluruh dunia akan kuberikan untuknya!" ujar Rojali penuh semangat dan keyakinan.

"Stop!" Ratih tiba-tiba berseru, suaranya gemetar karena marah dan bingung. "Walaupun dia tidak gila, aku tetap tidak mau menikah dengannya! Aku bahkan tidak mengenalnya!"

"Buat apa kenal lama-lama? Akhirnya juga menikahnya sama orang lain," sahut Rojali enteng.

Ratih terdiam. Matanya membulat. Dalam hati, ia tahu kalimat itu... ada benarnya.

"Bu Romlah, saya hanya bisa menikahkan Sinta kalau Ratih menikah. Tapi untuk dapat tanggak baik, kita harus nunggu empat tahun lagi," jelas Narti.

"Sudah, dia waras kok. Kalau mandi dan bajunya rapi, saya yakin dia lumayan tampan," ujar Sinta lembut, seolah bijaksana. Tapi dalam hatinya, ia tertawa puas.

"Mampus lu, Ratih. Orang gila untuk kamu sedangkan bang Bagas cocoknya untuk aku, nikmati orang gila itu Ratih" ucap

1
Purnama Pasedu
kerenkan ratih
saljutantaloe
lagi up nya thor
Ninik
kupikir lsg double up gitu biar gregetnya emosinya lsg dapet
Ibrahim Efendi
lanjutkan!!! 😍😍😍
Ranti Calvin
👍
Purnama Pasedu
salah itu
Purnama Pasedu
sok si kamu sardi
Ibrahim Efendi
makin seru!! 😍😍
Purnama Pasedu
pada pamer,tapi jelek
Purnama Pasedu
nah loh
Ninik
edaaannn....kehidupan macam apa ini
saljutantaloe
nah loh pusing si Narti jdinya
ditagih hutang siapin Paramex lah hehe
saljutantaloe
nah gtu dong ratih lawan jgn diem aja skrg kan udh ada bg jali yg sllu siap membela mu
up lg thor masih kurang ini
Purnama Pasedu
telak menghantam hati
Purnama Pasedu
jurus apa lagi rojali
Purnama Pasedu
tapi kosong ucapannya
Purnama Pasedu
kayak pendekar ya
saljutantaloe
widih bg jali sakti bener dah
bg jali bg jali orangnya bikin happy
Sri Rahayu
mantap thor..
sehat selalu
saljutantaloe
seru thor ceritanya up banyak" thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!