Kita tidak pernah tau bagaimana Tuhan akan menuntut langkah kita di dunia. Jodoh.. meskipun kita mati-matian menolaknya tapi jika Tuhan mengatakan bahwa dia yang akan mendampingimu, tidak akan mungkin kita terpisahkan.
Seperti halnya Batu dan Kertas, lembut dan keras. Tidaklah sesuatu menjadi keindahan tanpa kerjasama dan perjuangan meskipun berbeda arah dan tujuan.
KONFLIK, SKIP jika tidak sanggup membacanya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Ternyata dia...
"Ijin Danton, jenis kelaminnya di tulis?" Tanya Prada Ruanda. 'ajudan' Letnan galak itu meminta arahan.
"Nggak, di foto." Jawab Letnan Harshano santai. Sambil mengepulkan asap rokok, ia melihat keadaan sekitar.
"Siap." Prada Ruanda paham akan perintah tersebut. Ia menulis data diri Letnan Shano pada selembar kertas meskipun tidak seluruhnya benar.
Ada seorang gadis yang mengusik perhatiannya, gadis yang di jodohkan dengannya. Putri kecil Om Johan, dulu beliau adalah ajudan orang tuanya.
"Ijin Danton, kenapa harus kesini?? Kenapa tidak langsung mendatangi rumahnya? Atau tanya dengan Abang-abangnya??" Tanya Prada Ruanda.
"Karena inilah kartu AS saya, Om Johan tidak tau pekerjaan anak perempuannya ini, apalagi Abangnya. Jadi kalau saya tau kelakuan ini bocah, saya bisa menolak perjodohan ini." Jawab Bang Shano.
"Siap, Danton. Ijin, apa sudah ada fotonya?" Tanya Prada Ruanda lagi.
"Foto apa???? Punya saya???? Pancen bocah ganjil. Pikiranmu buthek, itu pelecehan." Omel Bang Shano.
"Siaap..!!!"
Prada Ruanda segera melengkapi data diri 'junjungannya' yang mendaftar sebagai pegawai lepas, penjaga sebuah arena ring gulat tersembunyi di pinggiran kota.
Lokasi tersebut bukan hanya ajang adu otot saja namun juga sarat akan kriminalitas terselubung.
Setelah selesai melengkapi data diri, ia menyerahkan pada Bang Shano.
"Lho, kamu nggak daftar juga????" Tegur Bang Shano.
"Siap, kami lengkapi."
Dua kertas sudah tertulis data diri mereka sebagai penjaga keamanan, hanya penjaga keamanan dan tidak lebih dari itu.
Segera Prada Ruanda menyerahkan dua kertas berisi data diri mereka pada pihak yang menangani.
:
Beberapa saat kemudian nampak seorang gadis menuju ke atas ring. Dia memakai nama Queen Lady.
"Subhanallah." Bang Shano hanya bisa mengelus dada melihat setiap lekuk tubuh si cantik Queen Lady.
Sejenak Bang Shano terkesima. Tubuh indah sang pegulat wanita sungguh luar biasa. Desir jantungnya panas naik turun, sekujur tubuhnya mendadak menegang, rasanya sungguh gemas sampai menggigit kecil bibirnya.
Ia memastikan kembali data diri sang pegulat tersebut dari sebuah data di atas kertas yang ia peroleh dari rekan kerjanya sebagai penjaga keamanan.
"Kirana Jena Nayara. Lhooo.. Je_na???? Jena, kan?? Astaghfirullah..!!" Bang Shano terkejut sekaligus panik menyadari bahwa gadis yang di jodohkan dengannya adalah seorang pegulat bebas di kala malam.
Terdengar sebuah percakapan singkat dari para boss bahwa jika kali ini Queen Lady menang maka dia membutuhkan pengawalan khusus demi keselamatannya juga menghindari keributan pada bisnis tersebut namun sayang tidak ada yang berani mengawal Queen Lady karena resikonya memang teramat berat. Apalagi syarat menjadi seorang bodyguard seorang pegulat juga tidak mudah. Minimal bodyguard harus bisa mengalahkan beberapa orang termasuk pegulat itu sendiri.
Bang Shano tersenyum penuh kelicikan. Ia menghampiri para boss besar tersebut.
"Bolehkah saya menawarkan diri untuk menjadi bodyguard nya??" Tanya Bang Shano.
Para boss saling melirik, mereka tidak yakin tapi postur tubuh pria yang menawarkan diri itu juga tidak bisa di remehkan.
"Ada syaratnya." Kata seorang boss.
"Sama, jika saya menang..................."
...
Seperti biasa tidak ada masalah berarti. Queen menang sempurna. Bang Shano keluar dari arena lain sembari menghapus noda darah dari bibirnya. Entah dirinya sedang berbicara dengan siapa dalam sambungan telepon tapi agaknya pembicaraan tersebut cukup serius.
Kini arena sudah tertutup dan Bang Shano naik ke atas ring dan menyerahkan ponselnya pada Prada Ruanda. Pertarungan memang tidak sempurna, namun inilah hidup yang terkadang jauh dari yang namanya ketidak adilan.
Si cantik Queen menyulut rokoknya lalu dengan gaya centilnya berusaha menggoda untuk melemahkan lawan tandingnya yang jelas tidak seimbang.
Beberapa saat menggoda, si cantik Queen mulai jengah karena Bang Shano seakan tidak tergoda. Ia melihat seorang pria di sisi ring selalu memberi semangat padanya.
'Dia nggak suka perempuan ya??'
Queen yang penasaran mulai nakal dan semakin berani menggoda. Ia menyusuri lekuk tubuh pria gagah itu hingga ke bagian terlarang sambil menguarkan asap ke segala arah di hadapan Bang Shano.
Queen mengurungkan niatnya dan semakin memperlihatkan lekuk tubuh indahnya pada Bang Shano, dua bongkah sama besar sudah menantang adrenalin.
Bang Shano mengambil rokok dari jemari Queen tapi mengarahkan asapnya jauh dari wajah Queen, nampak gahar dan menakutkan.
"Mau?? Ambil dah..!!" Bang Shano menantang balik dengan senyum nakal dan wajah penuh kemesuman.
Queen yang kesal segera berusaha melepaskan diri tapi Bang Shano menjegalnya. Queen yang tidak waspada cukup kaget di buatnya.
Jelas saja Queen berontak. Terjadilah pertarungan sengit namun terlihat Bang Shano banyak menghindar tanpa menyakiti.
Di saat Queen lengah, secepatnya Bang Shano melumpuhkan Queen dengan menghantam sisi lehernya hingga tidak sadarkan diri dalam dekapannya. Semudah itu, ya.. Semudah itu tapi tidak mengakibatkan gadis itu cedera.
Tak banyak basa-basi, Bang Shano meminta jaketnya pada Prada Ruanda lalu menutupi tubuh Queen. Bang Shano menunduk dan sejenak memejamkan matanya, entah apa yang di rasakannya saat ini tapi ia semakin merapatkan jaketnya untuk menutupi tubuh Queen.
"Cukup ini yang terakhir, tidak boleh ada laki-laki lain yang menatapmu dengan pandangan kurang ajar dan tidak sopan selain saya." Gumamnya di telinga Queen.
***
"Berantem lagi??? Jangan buat Mama khawatir terus bisa nggak sih, Shan??" Bang Rey menegur Bang Shano usai sholat subuh.
"Ora wani gelut, ora lanang." Jawab Bang Shano santai.
Tak lama Rea bangun dari tidurnya dan membawa perut besarnya. Perkara tidak suka melihat wajah Bang Bima, saudara kembar Bang Rey itu sampai harus mengungsi di rumah Mama.
"Shan, Rey.. petikin mangga, donk..!!" Pinta bumil.
"Astaga, minta Bang Bima laah. Dia yang bikin anak, aku yang repot. Kita kagak urunan buat tuh bocah." Gerutu Bang Shano yang masih mengantuk.
"Tau nih, baikan sono..!! Lu ngidam, kita yang mumet. Belum lahir sudah begitu aja ruwetnya, mirip amat sama emaknya." Oceh Bang Rey.
"Apa kalian bilang???? Jawaban macam apa itu?? Sombong sekali kalian..!! Panjat mangganya sekarang juga..!!" Teriak Rea.
Mendengar teriakan itu, Bang Rey dan Bang Shano kocar kacir. Bang Rey mengambil karung dan Bang Shano mengambil galah.
:
"Aseeeemm.. Subuh begini sudah kerja romusha. Mana ada orang ngidam galak bener. Bang Bima juga sama saja, tinggal lawan saja apa susahnya." Gerutu Bang Shano tetap tidak terima.
"Lha iyaa, mana tegasnya????" Imbuh Bang Rey.
.
.
.
.
makanya bang cerita ma istri biar ga salah paham
si Hananto jg ikutan aja mlh bikin makin panas
penyesalan datang belakangan