PAPA AKU INGIN MELIHAT

Paris terus mengedipkan matanya berharap bahwa matanya masih tertutup. Ia bisa merasakan bahwa kelopak matanya bergerak tapi ia tak bisa melihat cahaya lagi dari sana.  Terlihat gelap seperti langit malam tanpa bintang dan rembulan. Cornelia duduk disamping Paris sambil memegang tangan dan menenangkan putrinya.

"Tidak apa - apa kita akan berusaha mencari obatnya, Paris anak yang kuat pasti bisa menghadapi ini, Mama tau."

Paris mengerutkan bibirnya. Air matanya telah habis tak lagi bisa keluar. Matanya merah sembab dan bengkak, telah berjam - jam Paris menangis. Sedangkan Matthew tengah sibuk mencari informasi tentang cara agar Paris bisa melihat lagi. Sebelumnya Matthew telah mengumumkan keputusan pengalihan jabatannya ditunda selama satu minggu, Matthew berharap segera menemukan cara untuk menyembuhkan Paris namun segala upayanya sia - sia.

"Papa, bagaimana aku menjalani hidupku jika aku tidak bisa melihat apapun? aku harus menjalankan perusahaanku dan menggantikan posisi Papa juga, Papa aku ingin melihat" ucap Paris sambil kembali menangis.

Satu minggu telah berlalu, Paris sudah bisa meninggalkan rumah sakit namun matanya masih belum bisa melihat. Pengumuman pengalihan jabatan akan segera diumumkan. Paris duduk di sofa depan TV ditemani Mamanya. Ia menunggu Papanya mengumumkan pengganti dirinya. Paris tidak bisa melihat namun ia masih bisa mendengar. Banyak wartawan yang sudah menunngu ditempat jumpa pers, Matthew Healy berdiri di tengah di samping kanan kirinya ada Jonathan Healy dan Evans Healy.

"Selamat pagi dan terima kasih kepada semua yang telah hadir saat ini, saya Mathhew Healy mengumkan untuk mengalihkan jabatan CEO HEALY GROUP yang saya miliki sekarang ini kepada anak sulung saya Jonathan Healy, segala mengenai surat - surat pengesahan akan segera di proses dalam waktu cepat."

"Pak, bagaimana kabar mengenai putri Bapak Paris Healy saat ini? sebelumnya kami mendengar kabar bahwa putri Bapak yang akan menggantikan posisi Bapak?" tanya salah satu wartawan.

"Putri saya sudah kembali sehat, dia mengalami kebutaan karna kecelakaan yang menimpanya. Demikian saya sampaikan dan terima  kasih " Matttew enggan menjawab pertanyaan para wartawan. Mathew berjalan keluar ruangan dengan wartawan yang masih mengikuti dan melempar beberapa pertanyaan tapi tak ada jawaban darinya.

"Pak Matthew bagaimana dengan WORLD OF PARIS  selanjutnya? Siapa yang akan memegang perusahaan tersebut, apakah Paris Healy bisa menjalankan perusahaan dengan kondisinya yang sekarang? Apakah karna Paris buta sehingga bukan dia yang menggantikan posisi anda?" tanya wartawan sambil terus mengukuti Matthew yang tak menghiraukannya dan terus berjalan meninggalkan para awak media.

Whaaaa..  Hiruk pikuk suara wartawan yang masih berkerumun di tempat jumpa pers. Lampu dari kamera wartawan juga masih kelap kelip menghiasi ruangan.

Di dalam rumah Paris menangis mendengar keputusan Papanya walau sebelumnya sudah dibicarakan dengan semua keluarga. Jonathan tampak senang dan lega mendengar keputusan Papanya berbeda dengan Evans yang terlihat kesal. Cornelia mengusap kepala Paris berusaha menenangkan putrinya tersebut.

"Paris hancur Ma, Paris sudah hancur, Paris tidak bisa melakukan apapun sekarang bahkan untuk menjalankan perusahaan Paris sendiri."

Cornelia memeluk putrinya yang menangis.

"Sabar dulu sayang, pasti akan ada jalan lain, Papa akan terus berusaha mencari obatnya, Papa dan Mama selalu bersama denganmu, sabar sayang jangan menangis."

Setelah hari itu Paris tidak pernah menangis namun ia juga tidak tersenyum, wajahnya datar tanpa expresi, ia menjalankan hari - harinya yang baru tanpa bisa melihat dunia lagi, dia sudah merelakan semuanya,  Paris tak pernah pergi keluar, hanya berjalan - jalan di sekitar rumah saja.

Dengan sebuah tongkat yang selalu berada ditangannya. Hari terus berlaku Paris mulai terbiasa dengan kondisinya, ia mulai hafal dengan tata letak rumah dan tempat -  tempat perabotan, ia tak lagi membutuhkan orang untuk membantunya berjalan. Kedua orang tua dan Kakak - kakaknya memperhatikan dia dengan baik dan selalu memberi semangat.  Paris bersyukur walaupun ia tidak bisa melihat tapi keluarganya selalu memperhatikannya. Paris menuruni tangga, terdengar kursi Cornelia bergeser tanda Cornelia berdiri untuk menghampiri Paris.

"Tidak usah Ma, Paris bisa sendiri, Paris akan mencobanya, berjalan sendiri" suaranya tenang namun sendu.

Semua tampak khawatir melihat Paris menuruni tangga, satu per satu anak tangga berhasil ia turuni, Paris duduk di kursinya, ia mencium aroma makanan yang lezat.

"Hhhmmmm aroma makanannya enak" ucap Paris membuat semua terkejut.

Tidak biasanya Paris memuji makanan yang lezat, biasanya ia tidak suka makan apalagi setelah matanya buta Paris tidak mau makan hanya memakan sedikit sekali makanannya. Biasanya wajahnya selalu terlihat sedih dan matanya bengkak. Sekarang Paris terlihat berbeda, ia berusaha menunjukkan kepada semua bahwa dia telah baik - baik saja. Cornelia menyiapkan makanan di piring Paris dan akan menyuapinya seperti sebelumnya.

"Ma, sekarang Paris mau makan sendiri".

Cornelia menaruh kembali piringnya tepat di depan Paris.

"Ini sayang makananmu, makan yang banyak agar kamu tidak sakit."

Tangan Paris meraba mencari sendok dan garpu, dia ingat bahwa sendok dan garpu biasa disiapkan di depan setiap orang di sebelah kanan dan kiri piringnya, Paris menemukan sendok dan garpunya, ia merabanya kembali untuk memastikan mana yang sendok dan mana garpu, sendok di tangan sebelah kanan dan garpu di tangan sebelah kiri. Paris mulai memakan makanannya, pelan - pelan ia mengarahkan tangan ke piringnya,  perlahan Paris mengambil makannya dan memasukkannya ke dalam mulut. Sedikit demi sedikit ia terus memakan makanannya, saat mengambil makanan beberapa terlihat makanan yang jatuh keluar dari piringnya. Paris tidak menyadarinya, air mata Cornelia menetes melihat putri yang awalnya bisa melakukan apapun dengan sempurna sekarang menumpahkan makanannya namun ia menahan suara tangisannya agar Paris tidak tau jika ia menangis. Matthew, Jonathan, dan Evans juga diam sedih melihat kondisi Paris.

"Makanannya enak yaa, sebelumnya aku tidak tau makanannya seenak ini hmm.. " sambil tersenyum kecil.

"Enak yaa.. sekarang kamu makan yang banyak, adik kakak tidak boleh sakit lagi" ucap Evans.

Paris telah selesai memakan semua makanan yang ada di piringnya. Tangannya meraba mencari gelas yang biasanya juga sudah disiapkan di dekatnya. Paris meminum dan meminta Cornelia untuk mengambilkan jus jeruk juga.

"Mama, aku mau jus jeruk. Harus makan vitamin C biar sehat terus."

Cornelia berdiri mengambilkan jus jeruk yang diminta Paris. Paris meminum jus jeruk yang dimintanya. Tidak seperti hari - hari sebelumnya, suasana rumah menjadi lebih hangat dari biasanya. Setelah kecelakaan itu, rumah terasa sepi dan dingin.

"Mama, nanti Paris mau olah raga,  bantu Paris memakai alat olah raga ya Ma."

"Sayang kenapa kamu mau olah raga, kamu kan lagi sakit, tidak usah yaa, nanti kita jalan - jalan saja, kamu mau kemana? ke mall ke taman?  sudah lama kan kamu tidak keluar."

"Gak Ma, Paris tidak sakit, Paris ini buta, jadi mulai sekarang Paris mau belajar melakukan apapun sendiri, Paris juga mau olah raga seperti dulu lagi, kalau gak olah raga nanti Paris gak sexy lagi seperti model international."

Cornelia terenyuh mendengar perkataan putrinya. Berbeda dengan Matthew yang menatap bangga melihat putrinya sudah menerima semua dan mau belajar untuk mandiri. Terlihat seperti Paris yang sebelumnya.

"Iya nanti Papa akan mengatur semua agar kamu bisa melakukan semuanya sendiri, Papa bangga padamu."

Matthew memenuhi segala kebutuhan yang diminta oleh Paris. Ia merasa sedikit lega melihat putrinya terlihat lebih baik dari sebelumnya tanpa dia tahu bahwa perasaan putrinya juga masih hancur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!