#4

Amel melambaikan tangan tinggi-tinggi saat melihat Senja yang tampak kebingungan di antara kerumunan. “Senja! Di sini!” serunya.

Senja menoleh, matanya akhirnya menangkap sosok Amel yang tersenyum lebar sambil melambaikan tangan. Ia segera berjalan mendekat.

“Kenapa lo? Tiba-tiba nongol aja, padahal tadi katanya mau selimutan di kamar,” goda Amel sambil menatapnya geli. “Atau jangan-jangan kecantol sama si Aa kasep pisan itu?” lanjutnya sambil melirik ke arah panggung, tempat seorang penyanyi sedang tampil.

Seperti biasa, Senja hanya diam. Tapi kali ini diamnya lain. Tatapan matanya terpaku pada panggung. Ada sesuatu di sana, entah apa yang menahan napasnya.

Penyanyi tampan itu baru aja selesai dan berganti dengan penyanyi yang lain.

“Gue ke toilet bentar,” katanya pelan, lalu bangkit.

Amel, yang sedang asyik ikut bernyanyi bareng penonton lain, cuma mengangguk tanpa benar-benar memperhatikan.

Tapi Senja tak berjalan ke arah toilet. Langkahnya justru melambat, seolah mengikuti naluri yang menuntunnya ke arah lain. Matanya menyapu ruangan, mencari sesuatu… atau seseorang.

Lalu matanya berhenti.

Tubuhnya ikut berhenti.

Semua suara di sekitar seolah menghilang.

“Nathan…” ucapnya lirih.

Laki-laki yang ia panggil itu spontan menoleh. Tatapannya bertemu dengan mata Senja, dan waktu seperti berhenti.

“Senja?” katanya pelan, tak kalah kagetnya.

Senja menahan napas. Tubuhnya gemetar halus saat perlahan mendekat. Jarak di antara mereka tinggal beberapa langkah. Dengan ragu, ia mengangkat tangan, menyentuh pipi laki-laki itu. “Kamu beneran Nathan?” suaranya bergetar.

Belum sempat Nathan menjawab, suara kecil memecah suasana.

“Ayaaaahhh!”

Seorang bocah laki-laki, kira-kira empat tahun, berlari menghampiri Nathan dan langsung memeluk kakinya.

Senja tertegun. Tangannya menurun perlahan. Ia melangkah mundur tanpa sadar.

“Ayah…?” katanya lirih, suaranya nyaris tak terdengar. Matanya mulai basah.

Anak itu menatap Senja penasaran. “Ayah, ini siapa?”

Dan belum sempat Nathan menjawab, suara lain datang, seorang perempuan cantik dengan rambut terurai dan napas sedikit tersengal. “Nadaaa, jangan lari, sayang. Ibu capek ngejar kamu,” katanya. Si kecil langsung memeluk Nathan, menirukan sang kakak.

Hati Senja seakan hancur pelan-pelan. Sakitnya halus tapi nyata. Air matanya menetes sebelum sempat ia tahan.

“Ja, lo ngapain sendirian di sini?” suara familiar terdengar. Amel datang dari arah belakang, berniat ke toilet. Ia belum melihat Nathan, yang posisinya tertutup oleh tubuh Senja.

Amel mendekat, lalu pandangannya akhirnya jatuh ke wajah penyanyi itu. Matanya membulat.

“Waaaw… jadi lo pake jalur belakang nih buat deketin si Aa kasep! Gila, cepet amat gerak lo,” godanya sambil menyenggol Senja pelan.

Tapi Senja tak menjawab. Ia tiba-tiba berbalik dan berlari menjauh, seolah seluruh udara di sekitar terlalu sesak untuk dihirup.

Nathan spontan melepaskan pelukan anaknya. “Neng, jaga anak-anak sebentar, ya. Langsung pulang aja,” katanya cepat pada perempuan itu sebelum ikut berlari mengejar Senja.

Amel hanya bisa bengong. “Hah? Kok… kayak film India gini sih? Baru kenal udah kejar-kejaran,” gumamnya bingung sambil melangkah ke toilet.

Tak lama kemudian, ia kembali ke meja mereka dengan wajah kusut.

“Gue bingung banget,” katanya sambil duduk. “Tadi Senja ketemu sama penyanyi itu, terus dia lari. Nah, penyanyi gantengnya malah ngejar!”

“Hah? Lari ke mana?” tanya Alia cemas. “Kita harus cari dia gak, Mel?”

Amel mengerutkan kening, mencoba mengingat sesuatu. Dan tiba-tiba wajahnya berubah.

“Ah! Gue inget!” serunya, nyaris berteriak.

“Apaan?” tanya Mario.

“Itu… itu Nathan! Gue inget! Penyanyi itu Nathan!” katanya setengah panik. “Aduh, terus gimana dong? Pantes Senja lari, ya ampun…”

Semua terdiam. Suasana meja jadi tegang.

“Kayaknya perempuan tadi yang tahu deh,” gumam Amel akhirnya.

“Perempuan siapa?” tanya Mario bingung.

“Udah, lo tunggu di sini! Gue cari info dulu,” kata Amel buru-buru berdiri dan pergi tanpa menunggu jawaban.

Sementara itu, di luar sana, Senja terus berlari. Meninggalkan panggung, musik, dan semua kebisingan malam itu, termasuk masa lalu yang baru saja kembali dengan wajah yang tak pernah ia duga.. Nathan, laki-laki yang dulu dia cintai, kini dengan keluarga kecil yang hangat di sisinya.

***

Terpopuler

Comments

Yunita

Yunita

kasian banget sama senja /Whimper/

2025-10-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!