Kepala ku rasanya berdecit seperti ada suara gesekan besi yang nyaring. Dan bikin sakit hingga telinga ku ikut mendengung. Nafas ini lari larian seolah pasokan oksigen hanya tersisa sedikit. Kubuka mata gelap tak ada yang bisa kulihat! Sedikit begerak rasanya tulang ini patah Tangan ku terikat! Kaki juga.
Tenggorokan ikut terseret, tak bisa bersuara.
Bau ini.. Masih sama dengan bau kemaren. Pengap lembab dan sekilas suara tawa orang yang aneh..
Ku kepak kan lagi kaki ku. Sakit!kaki ku dikat kuat sekali.
Dengan nafas memburu sontak aku bangun. Bangun dari mimpi aneh yang selalu mendera ku, mimpi yang sama seperti aku di sekap, di ikat di dalam ruangan yang sangat pengap dan lembab.
Lalu sekarang. Ku kenali ruang kamar ku. Aku merasa sangat lega tapi ada bagian tubuh ku yang sakit sekali. Kuraba kening ku nyeri, tangan ku? Ada perban membalut. Dan saat ku angkat pinggang. Sepertu di tusuk tombak. Sakit nya menyekit. Sesaat aku ingat adegan tabrak lari oleh pengendara motor itu. Nafas ku langsung naik turun.
" Cah ayu... Sudah sadar, syukur lah..." Aku kenal suara logat medok ini ku toleh ke samping ada Mbok Wiis seolah baru bangun menjaga aku sepanjang malam.
" Mbok.. " Suara ku rasanya sangat lemah. Seperti tenaga ku ikut terkuras.
" Tunggu ya cah ayu.. Saya panggil dokter dulu"
Belum sempat suara ini memanggil Mbok Wiss, sosok wanita itu menghilang di balik pintu kamar.
Aku tidak bisa menegakkan badan, terlalu sakit rasanya rusuk ku patah. Semoga saja tidak. Bagaimana aku kerja besok besok. Dengan frustasi ku cari benda persegi milik ku. Tidak ada di balik bantal. Nakas? Ya kulihat ponsel pintar itu ada disana. Kucoba jangkau tapi tak bisa yang ada rasanya tulang ku seperti ditarik.
Tangan ku ku tarik lagi setelah pintu kamar terbuka. Kulihat Mbok Wiss datang dengan wanita berjas putih. Mungkin dokter.
" Sore Nyonya.. "Sapa dokter ini ramah.
" Sore juga" Sahut ku sambil menilik jam dinding. Jarum jam menunjuka jam 5 sore. Tapi aku tak tau ini sore hari keberapa.
" Kita periksa sebentar ya..." Ijin dokter ini sambil mengerahkan stetoskop nya. Aku mengangguk patuh. Setelah di periksa aku dapat informasi kalau pinggang ku memang cedera ringan ada bagian tulang yang terhantam keras, selebih nya hanya luka luka di pergelangan tangan, wajah dan bahu ku. Aku pingsan 24 jam lebih. Sempat di rawat di rumah sakit katanya tapi kemudian dipindahkan kerumah. Aku bertanya tanya siapa yang menabrak ku, dan siapa yang menolongku.
" Makan dulu ya cah ayu.., baru minum obat" Kata mbok Wiss yang sudah menyiapkan makanan dari bau nya itu bubur ayam, terlihat juga kepulan asap yang masih panas, perut ku langsung bergejolak, aku sangat lapar!
Mbok Wiss membantu ku makan. Beliau bersrikeras menyuapi ku meski aku tolak, aku terbiasa mandiri, dari dulu juga ku mandiri. Walau ada sekelip rasa haru di perhatian seperti ini oleh orang lain. Entah sejak kapan aku merasa di perhatikan orang. Mama kandungku sudah meninggal waktu kecil, Papa menikah dengan janda beranak 1 dan sejak itu seolah dunia ku direbut oleh keluarga baru Papa. Adik adik ku semua dapat perhatian penuh, dan aku seperti hanyalah pelengkap saja karena aku satu satunya anak perempuan. Aku baru di agungkan setelah perusahaan papa nyaris Bangkrut! Ancaman papa dipenjara dan Rumah ku bersama kenangan almarhum Mama akan di jual!
" Pelan pelan toh cah ayu. Mata nya sampai nangis gitu. Pasti masih panas ya "
Aku mengangguk seraya menepis air mata, malu juga kalau ketahuan aku nangis karena di suapi beliau.
" Gimana saya sampai rumah Mbok? Dan yang menabrak saya ketemu ga?" Tanya ku selesai minum obat.
" Tuan yang bawa cah ayu.. , kami cuman dapat telepon kalau cah ayu kecelakaan, dan yang menabrak mbok kurang tau, Mas Rudy yang tau cah ayu.."
Aku mencerna kata kata Mbok, mungkin kejadian nya waktu itu mereka belum jauh dan melihat ku kecelakaan langsung di bawa ke UGD, seperti nya begitu. Prasangka ku ini ada hubungan nya dengan Hendra, mungkin saja yang menabrak ku waktu itu adalah pesuruh nya. Ya dia tersangka utama.
" Mbok bisa ambilin ponsel saya?" Pinta ku segera di bantu Mbok.
Aku mencari nomor telepon Nita.
" Len... Kamu bagaimana sekarang?" Suara Nita tanpa aba aba sudah melengking sampai telinga ku sakit.
" Hallo len.. Lena..
" Ya aku disini, bisa kan ga teriak teriak seperti itu!" Balas ku tak kalah nyaring. Anak itu malah cengengesan.
" Bagaimana Susan? Apa yang terjadi malam itu? " Tanya ku.
Suara Nafas Nita nampak menghela dan terdengar berat. Aku tau posisi nya pasti di kantor.
" Apa dia keguguran?"
" Iya.. , sekarang dia masih bedrest di rumah sepupunya! "
Aku sedikit lega mendengarnya. Lega Susan baik baik saja walau rasanya apa yang ia alami bukan hal baik tapi mungkin itu sudah yang terbaik dilihat segi kejadian yang terjadi.
" Aku minta alamat rumah mu Len, aku mau kesana kita cerita di sana saja ya susah di sini. Tau sendirikan banyak siluman kuping dan siluman lainnya. " Bisik Nita membuat ku ketawa.
" Okey.. Akan aku kirim. Tapi kesini jangan malam ya.. Majikan Ibuk aku ada ga enak kalau ada teman aku bertamu" Dusta ku sambil memikirkan cara untuk menyempurnakan identitas ku.
" Baiklah.. " Jawab Nita kemudian dia menutup telepon.
Lanjud aku menghubungi Susan. Nomornya tidak aktif, langsung ku chat Nita.
" Susan ga bisa dihub nit.. "
" Iya.. Nomornya ganti. Bentar aku beri..
Okek..
Setelah dapat nomor baru Susan. Ia langsung ku telepon. Telepon ku tidak langsung di angkat. Di dering kesekian ia baru menjawab.
" Sus.. Ni gue, ni aku.. Alena.. " Kataku.
" Lena.. Kamu bagaimana? Katanya kamu kecelakaan?
" Ya.. Aku ga papa cuman keseleo aja" Jawab ku tidak mau membuat Susan cemas.
" Benarkah.. Beneran ga papa.. ?
" Iya kalo ga percaya VC aja.. Aku ingin liat keadaan mu juga"
" Ga usah, telepon.. Aja !
Tolak nya nampak enggan
Lama jeda.
" Kamu ga papa kan? " Tanya ku lebih tentang keguguran nya.
Ia hanya mendehem, " Its okey Len, mungkin ini sudah kehendak Tuhan! Juga yang terbaik buat ku!"
" Ya.. Yang penting kamu sehat sehat aja dulu Sus dan dia. Baj- ah.. Bagaimana apa dia ada menemui mu??"
Ingatan ku pada kutu busuk itu emosi nya jadi naik lagi.
" Lena.." Suara Susan melemah. Membuat ku jadi gugup. " Bisa aku minta tolong..
" Ya tentu. Bisa.. Bilang aja!" Sahut ku semangat! Tolong apa! Jeblosin si brengsek itu ke penjara! Tentu! Dia akan mehabiskan waktunya disana.
" Tolong cabut laporan mu pada Hendra.. !" Kata Susan di luar nalar ku. Kontrak nya di putus dan dia ga punya kerjaan sekarang.."
Ini seperti menelan jarum yang nyangkut di tenggorokan! Tangan ku menggapai diudara serasa ingin mencekik Susan. Apa yang ada di otak nya. Hendra sudah membuat nya keguguran! Dan juga mungkin jadi ia pelaku tabrak lari itu. Hemdra pantas dapat ganjaran nya. Ingin sekali memaki Susan tapi kok rasanya ga tega, apalagi aku dengar ia terisak.
" Apa kamu diancam nya?" Tanya ku naik pitam!
" Ga Len.. Engga... Tolong lah Len.. Cabut! Dia hanya ga siap.. Dan kemaren itu kecelakaan.
What!! Kali ini aku seperti menelan paku gede gede. " Hallow Susan.. Loe tau ga dia suruh 2 algojo nya ngejar gue. Lari bermil mil seperti tikus got ketakutan! Dingin dingin ditengah ujan gerimis, kalau gue ga beruntung muka gue bonyok! Dan kalau benar yang nabrak gue itu suruhan dia! Bisa jadi sekarang gua tinggal nama! " Teriak ku dalam hati. Sumpah ingin ku cekik Susan! Apakah Bucin itu sekejam ini.
" Gue belum tau San. Gue pikirin dulu" Ucap ku udah keluar logat kebiasaan di Jakarta dulu.
Nafas ku naik turun. Rasanya ga bisa nerusin bicara lagi. Bisa bisa Susan jadi umpatan ku.
" Len-
" Nanti aku hubungi lagi aku kebelet" Potong ku dongkol level dewa!lalu ku matikan telepon. Rasanya mau aku lempar ini ponsel.
Tekuk ku sampai sakit menahan amarah ku! Bucin sialan!!!
Fakta nya aku ga bisa gerak, apalagi berdiri bagaimana aku pindah kamar, rencana nya kalau Nita datang aku rebahan aja di kamar salah satu asisten misal Mbok Wiss tapi ini angkat bokong saja sakit nya minta ampun. Mau nangis juga percuma. Alhasil aku ga jadi kasih alamat ku pada Nita, alasan nya aku mau di bawa ke daerah Botania buat di urut, syukurnya ia percaya begitu saja.
Aku masih telponan dengan Nita, apalagi dia sudah tidak dikantor jadi aman dari siluman jejadian.
" Apa kamu tau tadi pagi Presiden Ditrektur muncul. Ya ampun Len.. Aku pikir dia bapak bapak tua yang perut buncit eeeh.. Tau ga dia itu benar benar ganteng.. Aaahk.. Titisan dewa yunani Lena. Aduuh bla bla...
Obrolan Nita tak lepas dari cowok ganteng dan daftar cowok ganteng nya kembali nambah.
" Tranding topic banged Boss besar nongol. Kamu buruan sembuh deh biar bisa liat. Tapi moga aja sih bisa ketemu soal nya kemunculan nya kan seperti Raja gitu ga sembarangan orang bisa liat!
Ya ampun Nita hiperbola banged ada orang seperti Raja. Dasar Nita suka lebay. Aku jadi gondok sendiri kalau kalau ia terlalu melebih lebih kan ketampanan seorang pria. Aku lebih senang kalau Nita itu fansgrils korea biar bisa nyambung dengan ku. Tapi dalam obrolan Nita ia tidak membalas Jordan atau J. Dia apa kabar nya. Aku sampai ingat bagaimana tindakan implusit ku malam itu, wajah ku kembali memanas.
" Len.. Kamu belum cerita kenapa Pemain Bokep ada kemaren?"
Noh baru aja di pikirkan Nita udah ngebahas hanya saja kenapa gelar nya yang aku bikin malah ga enak didengar. Ga suka!
" Oh itu. Dia menolong ku saat orang Hendra mengejar. Hmm.. Tapi dia bukan pemain bokep Nit.. Cuman mirip. Cicit ku.
Nita meringis geli mendengar kalimat terakhir ku. " Jiaah. Setelah di tolong baru terpedaya.
" Terpedaya. No. Ga sama sekali. Mana mungkin..."
Ya mana boleh ya orang punya laki tapi boleh suka pria lain diluar sana!!
Nita hanya tertawa remeh disana.
Lalu cerita kami mengalir begitu saja. Selama beberapa hari aku hanya di tempat tidur, nonton tivi, film, korea, liat sosmed,gosip, bahkan tutorial make up yang lebam juga aku lakuin sebagai penghilang bosan. Dan hal yang selalu masuk dalam pikiran ku adalah Jordan. Setiap memejam mata yang aku ingat saat bibirku menyentuh bibirnya. Desiran nya masih terasa sama saat bibir ku mencuri bibirnya. Walau bukan ciuman yang gimana mana kenapa reaksi nya sebegini kuat, apa aku jatuh cinta dengan nya. Dengan J?? Why?
Ku ambil ponsel ku dan mencek kalau kalau dia ada menghubungi atau chatting. Tapi ga ada.
Rasanya kenapa aku meharapkan dia menghubungi ku! Aku siapa dia dan dia siapa aku!
" Tok tok.."
Suara ketukan pintu mengintruksi ku berhenti dari lamunan liar ini.
" Masuk..." Kata ku sambil memiringkan badan. Biasa juga Mbok Wiss nyuruh makan dan ngecek obat ku.
Suara pintu di buka lebih lebar. Biasanya Mbok Wiss hanya menyusup masuk tapi ini decitan nya seperti di buka full. Aku membalikan badan dan kaget ada Tuan Besar ada disana. Devan dengan stelan kemeja hitam membungkus dadanya yang bidang. Mata nya awas melihat ku disana dengan bibir terkantup. Di belakang tampak Rudy menutup kembali pintu kamar ku. Dan hanya ada aku dan Devan di sana. Aku diam bingung harus berkata apa.
Ku tarik selimut untuk menutupi kaki ku yang hanya mengenakan hots pant.
"Apa jangan jangan ia akan memarahi ku lagi, apa ini terkait kasus ku dengan Hendra!"
Aku yakin tak ada pembicaraan lain selain kasus kemaren.
Bahkan aku kesulitan panggil dia apa? Kakak? Abang atau tuan?
Baik diam itu emas tunggu dia ngomong. Toh dia yang masuk kesini.
Kulihat matanya menyisir kamar ku. Sebelum kembali melihat kearah ku.
Kenapa lama sekali! Bikin gugup dan canggung saja bikin perut ini mendadak mules. Dan oh no kenapa beneran mulas. Ya ampun. Aku perlu Mbok Wiss..
" Mami meminta kita menjenguk nya di Jakarta..
" .preeettttt
Preeettttt
Nafas ku tertahan. Perut sialan kenapa malah ga kompromi sih aku ga punya muka sekarang. Tapi perut ku kembali mules ku tak peduli bagaimana perubahan air muka nya yang kaget-jijik dan ingin muntah mungkin mendengar suara kentut ku.
" Mbok Wiss... mbok Wiss..perut saya sakit... Uuggggh" Jerit ku kencang berharap mbok Wiss ada di luar , aku berusaha sekuat tenaga mengangkat tubuh ku. Walau sudah mulai bisa tapi aku masih kesusahan. Devan disana seperti orang linglung bahkan ini pertama kali nya aku melihat wajah nya kebingungan ia antara mau membantu ku atau tidak. Tapi lagi lagi gas ini keluar tanpa permisi. Ya ampun tendang saja aku dari bumi ini...
" Tolong panggilan Mbok Wiss.. Sudah ga tahaaaan" Cicit ku melupakan urat malu ku.
Aku meliuk liuk dengan sesuatu udah terasa di ujung tanduk.
Kumohon.. Bantu aku...
Kurasa tangan besar menyusup di punggung ku. Ini ga mungkin Mbok Wiss kan. Mana ada dia kekuatan bisa mengangkat ku. Dan satu tangan di bawah tungkai lutut ku. Aku tau ini bukan Mbok Wiss kemungkinan besar ini Devan. Masa sih Devan! Apa Rudy! No Rudy ceking!
Tubuh ku terangkat dan menempel di badan nya. Aroma nya yang maskulin langsung menyebar di indera penciuman ku. Ini Parfume mewah dan ini pasti...
Kubuka perlahan mata ku. Benar saja ini Devan. Ia membawa ku masuk dalam toilet. Duh malu banged..
Aku lega bukan main setelah semua penderitaan ku tumpah ruah di dalam kloset sana. Lalu setelah ini bagaimana? Kuraup rambut ku. Mencekik diri sendiri betapa memalukan nya yang tadi. Kentut! Ya ampun. Alena. Aku ini gadis yang level nya rendah dibanding dengan kalangan seperti Devan berani berani nya kentut di depan nya! Dan tadi bau ga ya? Ooh biasanya bau kan ya. Kalau mau boker! Hiks... Kubur saja aku hidup hidup!!!
Panggilan alam memang menyeramkan!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
momnaz
suka aku sama tokoh cewek yang kek gini gak jaim gk digambarkan sempurna..,,pintar jual mahal.. kerren pokok nya..
2023-03-07
0
Ny Cah
hhaaaa
2021-12-05
0
Bunga Biru
😂😂😂ya ampun aku ketawa ampe keluar air mata
2021-09-11
0