"Tinggal gue, Satria dan Sita di rumah. Gue peluk erat kedua adik gue. Mereka ga seharusnya ngerasain ini, mereka ga seharusnya menjadi korban keegoisan ayah dan bunda. Kita cuma bisa nangis untuk sekedar ungkapin sesak yang ada di dada. Nangis sejadi-jadinya"
Setelah merasa puas menangis. Gue lepas pelukan, menghapus air mata, kemudian lanjut menghapus air di mata kedua adik gue.
"Cep. cep. cep. Udah jangan nangis lagi. Sekarang abang sama ade tinggal sama kakak yah. untuk saat ini, kita hanya bertiga. Bunda ke kampung dulu untuk beberapa hari. Bunda lagi bt* sama ayah karna ayah nakal, jadi ayah harus dihukum dengan tinggal di asrama untuk sementara"
"Kalian yang nurut sama kakak. Kalo kalian ga nurut kakak juga bisa hukum kalian, mau?" Sambil gue acung-acungkan jari telunjuk kearah mereka.
Mereka kompak geleng kepala, seolah faham apa yang gue ucap.
"Gue yang masih shock, ngomong belaga bijak."
"Gimana gue ga shock! Usia gue baru 14 tahun di hadapkan dengan masalah di luar kadar kemampuan anak seusia gue. Kedua orang tua yang entah kenapa bukanya nyelesain masalah, malah milih lari dari masalah"
"Orang tua gue beberapa tahun terakhir emang sering banget berantem. Gue kira itu hal biasa, bumbu-bumbu rumah tangga. Ternyata itu berlanjut sampai insiden hari ini terjadi."
"Yang gue tau mereka sering cek-cok berawal dari ayah yang salah berteman dengan beberapa rekan kerja di kantornya. Mereka telah merubah cara berfikir ayah, yang semula ayah selalu berfikir "rizki yang di dapat adalah anugrah", berubah menjadi "rizki yang di dapat harus di pertaruhkan untuk mendapatkan keberuntungan." Katanya sih demi kita-kita, tapi mana hasilnya? yang ada malah selalu jadi masalah dan bikin malu keluarga."
"Udah jadi rahasia umum di lingkungan sini, bahwa ayah penjudi kelas berat. Selalu pulang tengah malam, mabok, dan teriak-teriak ga jelas di jalan menuju rumah. Malu!? Udah jelas! tapi mau gimana lagi. Dia tetep ayah gue dan ga bisa dihapus dari akta kelahiran kita bertiga."
"Dulu, ayah adalah kepala keluarga yang baik. Sayang sama kita bertiga, plus sayang banget sama bunda. Walau kehidupan kami sederhana, tapi kami nyaman dan bahagia ngejalaninnya. huft, nasiipp ya naisip, beginilah jadi anak pertama"
"Loh! gue baru sadar, ada beberapa orang di hadapan gue yang sedari tadi nunggu untuk ngajak bicara. Gue deg-degan, ada apalagi neh!?"
"Dan gue shock untuk yang kesekian kalinya, mereka minta kita bertiga untuk tinggalin rumah ini sekarang juga"
"Mau teriak sekenceng-kencengnya. Baru nenangin dua ade gue, sekarang harus muter otak lagi, mikir harus tinggal dimana"
"Setelah nego panjang lebar, alhmdulillah mereka masih punya hati. Untuk satu malam kita dibolehin tidur yang terakhir kalinya di rumah ini. Dan kita harus tinggalin neh rumah besok pagi, sebelum rumah di lelang oleh pihak perbankan"
----------------------
Di sabtu pagi
"Gue reflek duduk buka mata, dibangunin pengeras suara dari salah satu musholah tetangga. Mata ini ingin pejam lagi, tapi ga jadi gue lakuin. Gue mau ngecek, berharap kejadian kemarin mimpi yang sekedar numpang lewat."
"Tapi, pas gue alihin pandangan ke tikar lapuk di bawah telapak tangan sudah cukup bikin gue sadar, kemarin fiks nyata dan terjadi dihidup gue. Gue toleh kanan kiri, ada si kembar yang masih asyik bergelut dalam mimpi"
"Gue ikuti saran bunda."
"Kita bertiga udah rapi, dan siap melangkah menghadapi pahit dan manis hidup ini."
"Melangkah bersama dua koper besar di tangan, plus si kembar dengan tas ransel mereka masing-masing. Keduanya memgeratkan jari-jari tangan di sisi kanan dan kiri baju yang gue pakai, seolah mereka tak mau berpisah dengan kakak kesayanganya."
"Kita melangkah meninggalkan rumah, penuh ragu dan haru. Hal yang ga pernah gue bayangkan baru saja terjadi dan mengubah gambaran hari-hari di masa depan nanti."
"Sampai di panti, gue menghadap pengurus panti. Sambil melangkah berharap apa yang udah gue bayangkan terjadi, tinggal gue mikir bagaimana caranya dapet uang lebih dengan tetap lanjut sekolah. Dan lagi-lagi hasilnya tak sesuai espektasi. Jawaban pahit sepahit-pahitnya yang gue terima. Oh GOD! apalagi ini?!"
"Panti udah kebanyakan anak asuh, meraka pun lagi gencar mencari para orang tua asuh dan parahnya lagi, panti akan dibongkar oleh si pemilik tanah."
*BT : Boring Total atau boring today atau boring time. Atau dalam bahasa Indonesia sangat bosan atau bosan yang menyeluruh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Emde Mallaow
Kenapa bagian dialognya ditulis dengan huruf miring, cantik. Bagusnya huruf mirip buat kosakata-kosakata yg belum baku, seperti: lu, gue, ga/nggak, dll. Selain itu sudah bagus. Mantab. Sukses!
2021-06-18
1
✰͜͡v᭄pit_hiats
tukang bawang te kira2 dagang didieu sugan😠😠😠
2021-05-31
1
zien
aku hadir disini 💗💗 semangat💗💗🌹🌹
2021-05-17
1