Jonathan kembali melanjutkan bahan presentasinya. Lagi-lagi bukan materi yang diperhatikan mahasiswi- mahasiswi itu tapi ketampanannya. Fikiran mereka menghayal kemana-mana, mereka malah terkagum kagum pada pria itu.
“Kalian sedang menyusun skripsi bukan?” tanya Jonathan.
“Iyaa..” jawab audience.
“ Aku ada pertanyaan, bagi yang bisa menjawab pertanyaanku, bisa magang di salahsatu perusahaanku, bisa disini atau di London dan jika kinerja kalian bagus, aku akan mejadikan kalian karyawan tetap,” kata Jonathan.
“Wah bisa magang di Luar negeri! Mauu mauu. Di London!”
“Mauuu..mauuu..aku mauu…” terdengar teriakan yang hadir terutama mahasisiwi.
“Mauu.mauu..” teriak Asti juga Erna, tidak dengan Amanda.
“Amanda kenapa kau diam saja? Ini kesempatan buat ngecengin cowok ganteng. Gimana sih ga ada semangat berburu sama sekali…” kata Asti.
“Kau kan ingin cepat menyelesaikan skripsi, ayo ikutan quisnya,” ucap Erna.
“Kamu ga ada kompak kompaknya,” keluh Asti. Amanda hanya mencibir.
Mendengar kata London, membuatnya merenung, ternyata pria itu dari London? Dia juga dan Agatha lahir di London, meskipun tidak pernah menginjakkan kakinya disana, Mommy dan Daddynya tidak pernah mengajak mereka ke London. Hanya kakak-kakaknya saja yang tinggal disana. Jadi harapan Daddynya mereka belajar bisnis supaya melanjutkan perusahaan Daddynya disini, yang sekarang dipegang oleh putranya Uncle Steve. Daddynya hanya sesekali saja mengontrolnya.
Tampak Jonathan memberikan pertanyaan yang dijawab oleh seseorang dengan argument yang memuaskan.
Jonathan kemudian berkeliling dan memberikan beberapa pertanyaan lagi, yang dijawab oleh beberapa mahasiswa. Kini pria itu berjalan di lorong kursi antara Amanda dan Erna.
“Namamu siapa?” tanya Jonathan pada Amanda tanpa menoleh, hanya tangannya yang menepuk meja. Membuat Amanda sebal. Tidak dengan Asti dan Erna yang tampak tebar pesona.
Amanda akan menjawab, tapi Jonathan membaca tulisan di gelangnya Amanda.
“Agatha!” panggilnya. Amanda langsung mendelik. Asti dan Erna tampak menoleh ke arahnya lalu ceikikinan. Jonathan salah memanggil Amanda.
Amanda mengerutkan dahi kenapa Jonathan memanggilnya Agatha? Dilihatnya tangannya yang bergelang ada diatas meja. Rupanya dia salah mengambil gelang tadi, gelangnya tertukar dengan Agatha. Sepertinya dia memang harus bicara dengan ayahnya supaya menghentikan memberikan mereka gelang dengan ada namanya, membuatnya risih, bukankah dia juga tidak pernah bersekolah di sekolah yang sama dengan Agatha? Termasuk sekarang, meskipun mereka terpaksa mengambil jurusan bisnis, tapi mereka kuliah di universitas yang berbeda.
Jonathan tampak memberikan pertanyaan. Sedangkan Amanda malah memikirkan soal gelang bernama itu.
“Silahkan dijawab,” kata jonathan.
“Apa? Menjawab apa?” tanya Amanda terkejut, dia tidak mendengarkan pertanyaan yang diajukan Jonathan, sontak semua audience menertawakannya. Asti dan Erna apalagi.
“Sepertinya kau tidak serius mengikuti seminar ini,” ucap Jonathan.
Pria tampan itu kini berdiri menatap Amanda yang tampak bingung.
“Kau tidak tertarik bekerja di perusahaanku?” tanya Jonathan, menatap wanita cantik itu. Amanda balas menatapnya.
“Aku lebih tertarik padamu dari pada bekerja,” jawab Amanda.
Dan Geeeer lagi-lagi audience tertawa. Jonathan sampai mengeleng-gelengkan kepala. Asti dan Erna cekikikan saja disebelahnya.
“Sepertinya aku akan memblacklistmu bekerja di perusahaanku, nona Agatha,” ucap Jonathan.
“Tidak apa-apa pak, asal jangan memblacklist aku di hatimu,” jawab Amanda.
Swit wiiiiww..audience lagi-lagi ramai tertawa. Membuat Jonathan semakin keki. Benar-benar harus diberi sedikit pelajaran, fikirnya. Tapi tiba-tiba pria yang berambut putih menunjuk kearah jamtangannya.
“Baiklah, sepertinya waktunya sudah hampir habis, dan materi juga sudah kita kupas semua. Hanya tinggal satu pesanku buat nona Agatha..” kata jonathan.
Amanda yang terkejut disebut namanya lagi, menoleh kearah Jonathan yang sekarang berdiri agak jauh dari kursinya.
Semua hening, siap-siap mendengarkan apa yang akan dikatakan pria tampan itu.
“Apa Pak?” tanya Amanda.
“Gitar d petik bukan ditarik. Anda cantik tapi maaf aku tidak tertarik,” jawab Jonathan.
Geeeeeer lagi-lagi semua tertawa, beberapa orang memberikan jempol terbalik pada Amanda yang lagi-lagi dipanggil Agatha.
Wajah Amanda sampai memerah karena kaget juga malu dan kesal pada pria itu, yang langsung membalikkan badan berjalan menuju depan forum.
Asti dan Erna tertawa terpingkal-pingkal.
“Sampai jumpa dilain kesempatan,” ucap Jonathan saat sudah ada didepan forum dan melambaikan tangannya diikuti tepuk tangan meriah, bahkan ada yang meminta foto segala.
Asti dan Erna langsung berdiri.
“Ayo ayo cepat kita minta foto!” seru mereka bersemangat. Amanda hanya cemberut saja di kursinya.
“Amanda, ayo kita minta foto!” ajak Erna.
“Tidak ah, buat apa?” tolak Amanda dengan sebal.
Teman-temannya tampak belarian ke depan forum. Amanda memberengut terus, sebal pada pria itu.
“Pantun yang menyebalkan memangnya aku juga tidak bisa membalas? Gitar dipetik di tukang kue. Lu ga tertarik apalagi gue?” umpatnya, mencibir kearah Jonathan. Diapun bangun sambil meraih tasnya, meninggalkan kursinya.
Sore harinya, Amanda pulang dengan wajah kesal.
“Kau kenapa?” tanya Elsa yang sedang ada di ruang keluarga membaca sebuah tabloid wanita.
Amanda hanya mencium pipi ibunya.
“Daddy mana?” tanya Amanda.
“Ada apa mencari Daddy?” tanya Edward yang baru muncul ke ruangan itu.
“Sudah saatnya aku melepas gelang ini. Aku tidak suka, kita sudah besar masih menggunakan gelang nama ini,” keluh Amanda. Tangannya menunjuk pada gelangnya.
“Itukan identitasmu,” kata Edward.
“Aku dan Agatha kan tidak kuliah bareng Daddy, semua orang sudah tahu aku Amanda, tidak perlu mereka tahu aku punya kembaran,” kata Amanda.
Elsa menoleh pada suaminya.
“Sayang, sepertinya Amanda benar, mereka sudah besar, saatnya melepas gelang itu,” kata Elsa menatap suaminya.
“Mommy benar, apalagi ini lihat, aku malah menggunakan punya Agatha,” ucap Amanda sambil memperlihatkan gelangnya.
Edward tampak berfikir menimbang-nimbang, sekarang menatap istrinya.
“Kau tahu darimana kalau dia Amanda?” tanya Edward.
“Aku kan ibunya, tanpa gelang itu aku sudah tahu yang mana Amanda yang mana Agatha,” jawab Elsa.
“Ya sudah terserah kau saja, padahal aku masih bingung kalau mereka tidak memakai gelang,” keluh Edward. Elsa hanya tersenyum, putrinya memeluknya dan menciumnya.
“Makasih Mommy, aku ke kamar dulu,” ucap Amanda, lalu mendekati ayahnya dan mencium pipinya.
“Daddy aku Agatha,” ucap Amanda.
“Agatha ada dikamarnya,” kata Edward. Amanda langsung tertawa.
“Dia tidak kuliah? Aku ke kamar dulu Mommy,” ucap Amanda, meninggalkan ruangan itu, menuju kamarnya.
Masuk ke dalam kamarnya, ternyata Agatha sedang tiduran di kasurnya.
“Kau tidak kuliah?” tanya Amanda. Agatha tidak menjawab, ternyata dia sedang menelpon seseorang. Amanda melempar tasnya ke kasur, juga melepas sepatunya. Terdengar suara saudara kembarnya bicara.
“Kau benar-benar ingin tahu namaku?” tanya Agatha, sambil menatap Amanda yang menoleh padanya, memberi isyarat bertanya ada apa.
“Namaku Amanda,” jawab Agatha. Amanda melotot pada saudara kembarnya.
Tangan Amanda memberi isyarat supaya bersabar.
“Baiklah, kau ingin bertemu denganku dimana?” tanya Agatha.
“Di mall? Di counter pizza? Mm baiklah kalau begitu, ingat ya, aku memakai baju biru,” lanjut Agatha.
“Ya, sampai ketemu besok,” ucap Agatha lagi. Telponpun ditutup. Diapun cekikikan.
“Ada apa?” tanya Amanda.
“Aku berkenalan dengan cowok salah sambung,” jawab Agatha.
“Terus?” tanya Amanda.
“Dia ingin bertemu besok, sambil makan pizza,” jawab Agatha.
“Terus kenapa kau mengatakan namamu Amanda?” tanya Amanda.
“Aku hanya ingin mengerjainya, kau harus membantuku. Kalau dari suaranya dia sangat keren, tapi aku tidak tahu kalau orangnya,” jawab Agatha.
“Jadi maskudmu apa? Aku tidak mengerti,” kata Amanda.
“Aku ingin tahu orangnya sekeren suaranya tidak? Bagaimana kalau dia jelek?” tanya Agatha.
“Ya kalau jelek kau tinggalkan!” kata Amanda.
“Bukan aku tapi kita,” kata Agatha.
“Apa maksudmu? Kau akan mengajakku?” tanya Amanda
“Iya. Kita tukaran baju ya,kau baju biru, aku baju merah, aku ingin tahu dia mengenaliku tidak?” kata Agatha.
“Ih bagaimana kalau dia jelek? Kau menyuruhku menemaninya?” tanya Amanda, cemberut.
“Ayolah, bantu aku. Aku mau lihat dia ganteng tidak,” jawab Agatha.
Amanda tampak berfikir.
“Baiklah kalau begitu,” Amanda mengangguk.
“Siiip!” seru Agatha.
“Tapi tidak gratis ya,” ucap Amanda.
“Tentu saja tidak, nanti kan si cowok itu yang bayar pizza nya!” seru Agatha.
“Kau benar! Aku mau pesan pizza yang banyak, sekalian kita kerjain saja hiihi…” ucap Amanda.
“Tuh kan, kau suka kalau makanan. Aku heran makanmu banyak tapi kenapa badanmu sama denganku?” keluh Agatha.
“Hehe…oh ya, mulai hari ini kita bisa melepas gelang kita,” kata Amanda, sambil melepas gelangnya.
“Daddy bisa marah,” kata Agatha.
“Tidak, tadi aku sudah bilang sama Mommy dan Daddy. Hari ini aku dipanggil Agatha di seminar gara-gara gelang ini.
“Kau memakai gelangku?” tanya Agatha.
“Iya tidak sengaja tertukar tadi,” jawab Amanda sambil melepas gelangnya.
Agatha hanya melihat gelang yang digeletakkan Amanda di kasurnya, dia juga jadi melihat gelang ditangannya yang ternyata bertuliskan Amanda.
“Iya juga sih sudah saatnya kita tidak usah memakai gelang nama itu lagi. Masa Daddy
masih tidak mengenali kita,” ucap Amanda.
“Dadddy memang selalu salah memanggil hihi..” ucap Agatha.
“Kau benar hihi…”jawab Amanda.
“Jadi kau siap-siap ya besok pakai baju biru!” kata Agatha.
“Iya. Siapa nama cowok itu? ” jawab Amanda juga bertanya.
“Vincent,” jawab Agatha.
****************
Di sebuah rumah yang megah, seorang pria tampan tampak mematikan handphonenya, dia tersenyum.
Seorang pria muda menghampirinya membawakan minuman yang disimpannya di meja.
“Kopinya Pak,” kata pria itu, sepertinya pelayan di rumah itu.
“Iya, terimakasih,” ucapnya. Pelayan itu baru juga akan pergi, pria tampan itu memanggilnya.
“Tony! Sini sebentar!” panggil pria itu.
“Iya Pak Vincent, ada apa?” tanya pria yang dipanggil Tony itu.
Pria tampan yang dipanggil Vincent itu menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Aku butuh bantuanmu,” ucapnya.
“Bantuan? Bantuan apa Pak?” tanya Tony.
Vincent menatap Tony.
“Apa kau ingin berkencan?” tanya Vincent.
“Maksud Bapak Apa?” Tony masih tidak mengerti.
“Kencan dengan seorang wanita. Kau pura-pura jadi aku ya. Kau tenang nanti aku tambah uang saku buatmu,” ucap Vincent.
Tony tampak berfikir.
“Apa wanita itu cantik?” Tanya Tony.
“Aku tidak tahu,” jawab Vincent.
“Nanti aku pinjamkan bajuku supaya kau terlihat keren, bagaimana?” tanya Vincent lagi. Meskipun Tony bingung kenapa majikannya menyuruhnya pura-pura jadi dirinya saat berkencan, tapi mendengar mau dapat uang saku, diapun mengangguk setuju.
*****************
Jangan lupa like vote dan komen ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Soraya
keren 👍
2022-09-04
1
Ning cute
Aq TU jarang bgt kasih hadiah…tapi buat mu thor dgn cerita yg alurnya santai tapi bikin genmess ..kita ngopi yukkk
2021-08-27
0
funny hamster
jodoh mereka emang benar ketuker
2021-06-14
0