“Agatha! Amanda! Cepat turun! Sarapan!” teriak Elsa pada putri-putrinya.
“Iya Mommy! Sebentar lagi turun!” balas Amanda, sambil berdandan di cermin. Dia sudah rapih akan berangkat kuliah.
“Agatha kau cepat mandinya! Mommy menunggu sarapan!” teriak Amanda , sambil kepalanya melongok ke kamarmandi yang tertutup.
“Aku sedang sakit perut!” teriak Agatha dari dalam kamar mandi.
Amanda meliriknya jam di dinding. Sekarang sudah pukul 8 dan ada kelas pagi pukul 8.30. Dia harus buru-buru ke kampus.
“Aku ada kelas pagi! Aku duluan ya!” teriak Amanda.
“Ya!” jawab Agatha.
Amanda mengambil tas kuliahnya, beberapa buku tebal yang berserakan di tempat tidurnya cepat cepat dimasukkan kedalam tasnya. Di sebrang tempat tidur itu ada juga tempat tdiur yang lain. Di dindingnya di tulis Agatha dengan banyak tempelan di dindingnya, gambar-gambar segala macam.
Amanda menatap area di sebrangnya itu yang sangat berantakan, area kamar saudara kembarnya. Mommynya sengaja tidak mengijinkan mereka tidur terpisah selama tinggal dibukota beberapa tahun ini, padahal banyak kamar di rumah ini, alasan Mommynya untuk keselamatan bersama, biar mereka saling menjaga kalau Mommy dan Daddynya kembali ke perkebunan. Alhasil dua tempat tidur itu tidak berdinding, hanya ada gorden lebar sebagai penyekatnya, seperti di rumah sakit saja.
Amanda segera keluar dari kamarnya. Bebapa detik kemudian dia kembali ke dalam kamarnya. Buru-buru menuju meja rias, di ambilnya satu gelang dari dua gelang yang berjejer disana tanpa dilihat lagi nama yang ada di gelang itu. Diapun kembali keluar kamar setengah berlari. Handphonenya terus saja berbunyi.
Amanda mengangkat telponnya sambil berjalan menuju ruang makan.
“Ya ya, aku sebentar lagi berangkat!”ucap Amanda.
“Ya, sekarang berangkat!” teriaknya dengan kesal. Elsa yang sedang menata makanan di meja makan menatap putrinya itu.
Amanda menutup telponnya, menoleh pada Daddynya yang sudah duduk di meja makan lalu pada Mommynya.
“Daddy, Mommy, aku minta maaf tidak menemani kalian sarapan. Aku sudah telat!” ucap Amanda. Tanpa menunggu jawaban dari orangtuanya, dia mencium pipinya Edward lalu pipi ibunya.
“Dadah Daddy, Mommy, aku berangkat!” kata Amanda, sambil keluar dari ruang makan itu.
“Kau lihat anak itu? Seharusnya kalau memang ada jam pagi, dia bangun lebih pagi!” gerutu Edward.
“Mungkin dia memang sedang buru-buru, ayo makanlah dulu,” ucap Elsa.
Amanda mengendarai mobilnya dengan kencang menuju kampusnya. Begitu tiba, teman-temannya sudah menunggunya di taman tempat mereka berkumpul.
“Kenapa kau lama sekali?” tanya Asti.
“Semalaman aku membuat bab makalah bisnis ini, aku ingin cepat cepat skripsiku selesai. Benar-benar membuatku pusing! Aku tidak suka bisnis, tapi Daddyku memaksaku mengambil jurusan bisnis, sangat membosankan!” keluh Amanda.
“Materi seminar sekarang, kita akan kedatangan pengusaha muda untuk presentasi,” kata Erna.
“Pengusaha muda? Tumben sekali, biasanya yang tua-tua,” ucap Amanda.
“Sst aku dengar, dari pihak kampus mendatangkan pengusaha ini sangat sulit, sudah meloby berbulan-bulan yang lalu, dia sangat sibuk. Meskipun usianya masih dibawah 30 tahun, dia sudah membuat banyak prestasi dalam bisnisnya. Dia belajar bisnis dari remaja,” kata Asti sambil mempelankan suaranya.
“Ngomong-ngomong dia tampan tidak? Boleh dong dijadiin gebetan,”ucap Erna.
“Orang-orang seperti itu, tidak asik untuk dijadikan pacar, mereka akan seperti patung batu yang kaku, jangan mencari pacar yang seperti itu, membosankan! Cari pacar yang manis dan romantic,” kata Amanda.
“Ah kau bisa bicara begitu, kau sendiri mana pacarmu? Kau jalan dengan banyak pria tapi tidak ada satupun yang kau jadikan pacar beneran,” keluh Erna.
“Itu karena aku belum cocok. Jadi aku gampang mutusin pacar,” jawab Amanda.
“Kau bisa saja ngeles, ayo kita ke ruang serba guna, sebentar lagi mulai,” ajak Asti. Mereka pun beranjak dari tongkrongannya, masuk ke dalam kampus menuju ruang serbaguna, yang biasanya digunakan untuk berbagai acara.
Di dalam ruangan yang luas itu sudah banyak kursi yang terisi. Amanda duduk di deretan antara Asti dan Erna. Tidak berapa lama, Dosen mereka, Pak Angga masuk ke ruangan.
“Pagi semua!” sapa Pak Angga dengan suara tingginya.
“Pagi pak!” jawab mahasiswa dan mahasiswi itu.
“Materi kali ini kita akan berbagi ilmu dengan seorang pengusaha muda, beliau lulusan dari Harvard,” kata Pak Angga. Begitu mendengar nama Harvard, membuat decak kagum keluar dari mulut yag hadir.
Asti melirik pada Amanda.
“Harvard, Amanda,” kata Asti, tangannya menepuk tangan Amanda.
“Biasa saja kali aku juga lahir di London biasa saja,” keluh Amanda, membuat Asti mencibir.
Pak Angga kembali melanjutkan bicaranya.
“Beliau ini sudah berlajar bisnis dari remaja, dalam usianya yang masih muda dia sudah membuat banyak inovasi dalam bidang bisnis yang akan kita bedah hari ini,” lanjutnya.
Kini Erna yang mencolek Amanda.
“Tidak sabar, ingin melihatnya,” kata Erna.
“Aah kau ini, paling juga item jelek, dahi berkerut,” ucap Amanda.
“Masa sih?” gumam Erna langsung cemberut.
“Mari kita sambut, Bapak Jonathan,” ucap pak Angga. Langsung tepuk tangan riuh menggema diruangan itu. Semua mata tertuju pada pintu yang terbuka. Masuklah sesosok pria tua berambut putih.
Amanda langsung cekikikan, melihat Asti dan Erna kecewa. Katanya pengusaha muda, tapi kok setua itu?
“Mau saja dikadalin pak Angga, bilang pengusaha muda, itu sih pengusaha tua,” ucap Amanda kembali cekikikan. Teman-temannya tambah cemberut.
“Iya tuh Pak Angga, bikin kita baper saja,” gumam Asti. Tapi kemudian mata mereka terbelalak dan terhipnotis saat ada sosok pria yang sangat tampan,dengan body tinggi atletis, dengan stelan jasnya yang terlihat branded, memasuki ruangan dengan rector kampus itu.
Ruangan langsung hening, semua mata tertuju pada pria tampan itu. Apalagi mahasiswi, mereka tidak berkedip saat melihat sosok tampan dan ganteng itu maju ke tengah bersama rector dan pria tua yang berambut putih itu yang tampak sangat hormat pada pria tampan itu.
Asti dan Erna menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
“Apakah itu pengusaha muda itu? Sangat tampaaaan,” gumam Asti.
“He eh,” jawab Erna.
Amanda tampak terkejut, dia juga sama dengan teman-temannya, terhipnotis dengan ketampanan pria itu, tapi dia tidak seperti teman-temannya yang seperti mati kutu, dia bisa dengan cepat tersadar dan bersikap biasa saja.
“Biasa saja, Daddyku juga di rumah sangat tampan,” kata Amanda.
“Huu disamain dengan Daddymu,” gerutu Asti.
Terdengar lagi Pak Angga memperkenalkan yang datang itu. Ruangan benar-benar hening, mereka penasaran siapa soosok tampan dan ganteng yang ada di depan itu.
“Ini namanya Bapak Jonathan, sampai sini ada yang ingin kalian tanyakan?” tanya Pak Angga. Tentu saja suasana langsung riuh, apalagi Asti dan Erna, sampai berteriak kencang.
“Usianya berapa?”
“Udah merit belum pak?” Mahasiswi itu sampai ribut bertanya status pria tampan itu.
“Huhu kalian melihat pria tampan sedikit saja ribut terus,” gerutu Amanda.
“Kau terlalu kalo bilang dia jelek,” gerutu Erna.
“Berarti dia ganteng kan?” kata Asti.
“Iya deh iya, dia ganteng,” jawab Amanda.
“Mau tau usianya? Udah menikah atau belum?” tanya Pak Angga.
“Iyaaa!” seru hadirin.
“Kita sedang membahas materi bisnis bukan perjodohan!” kata pak Angga dengan ketus.
“Huuuu uuuuuu” para Mahasiswi kecewa.
Pria itu tampak tersenyum manis.
“Sweetit twiwww senyumnya booo..manisnya gula kalah!” seru Asti. Amanda mencibir pada temannya itu.
“Usiaku dibawah 30 tahun, aku belum menikah,” jawab Jonathan. Spontan ruangan begitu riuh, senyum bahagia mengembang di bibir-bibir mahasisiwi itu.
“Udah ganteng, masih muda, tajir, klepek klepek deh!” seru Erna.
Asti menoleh pada Amanda.
“Amanda, godain dia dong!” bisik Asti.
“Iya ih diem aja, Ikutan berburu cowok dengan kita gitu, gimana sih diem aja,” kata Erna.
Amanda langsung mengacungkan tangan. Jonathan tampak menoleh kearah gadis cantik itu. Juga Pak Angga dan yang lain menatapnya.
“Ada yang ingin kau tanyakan?” tanya Pak Angga.
“Masang genteng dekat pohon kedongdong, abang ganteng godain kita doong!” ucap Amanda. Dan geeer seluruh ruangan tertawa.
Pak Angga sampe geleng-geleng kepala, lalu menoleh pada Jonathan.
“Maaf ya Pak,” ucap Pak Angga. Jonathan hanya mengangguk tak bersekpresi.
“Hemmm sok ganteng,” cibir Amanda.
“Lawan Amanda!” kata Asti.
“Lawan apaan, kalian sih nyuruh aku godain, liat kan dia cuek saja, huuu,” guman Amanda.
“Kita lanjut ya. Pak Jonathan ini, beliau lulusan dari Harvard jurusan bisnis,”
“Waaaah..” decak kagum menggema di ruangan itu.
“Amanda, Harvard, Amanda,” ucap Erna.
“Biasa saja kenapa sih?” gerutu Amanda.
“Keren boooo! Kau ga setia kawan!” kata Asti.
“Iya ih!” ucap Erna.
“Beberapa tahun ini beliau sudah banyak menoreh prestasi dibidang bisnis. Dan kita akan belajar dari beliau bagaimana inovasi yang beliau lakukan sebagai seorang milenial,” ucap Pak Angga, kemudian memberi isyarat pada Jonathan.
Jonathanpun mengangguk dan mulai naik ke podium. Tampak pria yang berambut putih itu menyiapkan sebuah laptop di meja depan dan mulai menampilkan bahan presentasinya di layar.
Bukan materi yang menarik bagi yang hadirin, tapi ketampanan pria itu yang menghipnotis. Setiap gerak mulutnya sepertinya membuat semua orang tersihir, dia sangat kharismatic.
“Ada yang akan ditanyakan?” tanya Jonathan.
Beberapa orang bertanya, tentu saja mahasiswi-mahasisiwi begitu rebutan bertanya termasuk Asti dan Erna.
“Kau mau bertanya apa?” tanya Amanda.
“Ya pura-pura saja, biar dia melirik padaku,” jawab Asti.
“Iya, kau bertanya juga, engga ada usaha banget, ada cowok ganteng di depan dianggurin! Sayang!” kata Erna.
“Paling-paling dia tidak akan melirik kalian,” kata Amanda.
“Sok cantik kau!” gerutu Asti.
“Aku memang cantik,” cibir Amanda.
“Buktikan dong, biar dia melirik kearah kita. Jangan ke yang lain terus,” ucap Erna, tampak kesal saat Jonathan menunjuk gadis yang lain. Tentu saja dengan ruangan seluas itu dan orang sebanyak itu, akan kesulitan untuk terpilih.
Dan benar- saja, lagi-lagi Jonathan menunjuk mahasiswa lain, membuat Asti dan Erna kecewa. Lalu mereka dengan sepakat, berbarengan menggelitik pinggang Amanda sampai berteriak dan berdiri.
“Aww!” teriak Amanda. Semua mata langsung memandang ke arahnya. Yang duduk didepan sampai mendongak menatap Amanda, termasuk Jonathan.
“Ada yang ingin kau tanyanyakan?” tanya Jonathan. Amanda yang tidak ada niat bertanya, bingung mau bertanya apa.
“Silahkan!” kata Jonathan.
“Apa anda sudah punya calon Pak?” tanya Amanda.
“Calon? Calon apa?” tanya Jonathan tidak mengerti.
“Calon Istri!” jawab Amanda. Dan Geeeer seluruh ruangan tertawa.
Jonathan tampak menghela nafas, dia benar-benar harus bersabar menghadapi mahasiswi-mahasiswi ini. Kalau saja bukan permintaaan Rector dari bulan bulan sebelumnya dia malas untuk hadir.
“Ada lagi?” tanya Jonathan, menoleh ke yang lain. Tiba-tiba Amanda berseru lagi.
“Ada pak!” serunya. Jonathan terpaksa melihat pada Amanda lagi.
“Silahkan,” ucapnya terpaksa.
“Bikin atap dari Lontar, kamu menatap hatiku bergetar,” jawab Amanda.
“Huuuu garing garing gariiing!” teriak audience.
Asti dan Erna tertawa cekikikan, Amanda langsung duduk lagi.
“Kalian benar-benar ya, awas!” gerutu Amanda, merasa dikerjai temannya.
“Kalau tidak begitu, dia tidak akan menoleh kemari!” ucap Asti dan Erna.
Jonathan memerah mukanya, siapa sih mahasiswi iseng itu? Harus dikasih sedikit pelajaran nih, batinnya.
**********************
Jangan lupa like, vote dan komen ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Ratna Sari Dewi
🤣🤣🤣
2022-06-14
1
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
ya ambruk .... q syukka amanda ....
lucu bgt .....
q cekikikan mlu dari tadi ....
2021-10-23
0
UTIEE
ngakak abis... gokil abis...
gak sangka othor bisa nge-joke
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-03-15
0