BAB 2

Setelah insiden 'Anak Ayam Warna-Warni' di depan mading, reputasi Arief di SMA Nusa Bangsa terbagi menjadi dua: ia adalah pahlawan absurd yang berhasil membuat tiga anak kelas X kapok, sekaligus orang paling gila yang berani menantang Ketua OSIS Tiara Anggun untuk kencan.

Jumat sore, dua hari sebelum kencan, Arief sedang santai di kafe langganannya, sebuah warung kopi pinggir jalan yang unik, yang disebut 'Kopi Segitiga Bermuda' karena kalau sudah masuk, pasti lupa waktu dan lupa tugas. Ia ditemani Doni, temannya yang selalu membawa aura mager (malas gerak) kemana-mana.

“Gila, Rief. Lo beneran mau kencan sama Tiara? Dia kan kayak robot yang diprogram buat nge-judge semua hal yang enggak rapi. Lo yakin enggak bakal disuruh baca UU Tata Tertib Sekolah pas lagi makan bakso?” Doni menyesap es kopinya dengan wajah khawatir.

Arief tersenyum sok bijak, sambil mengaduk-aduk es tehnya. “Ngapain takut, Don? Ini kan tantangan. Lagi pula, gue punya Sist sekarang.”

[*Jangan bawa-bawa nama aku di depan human lain, Arief! Nanti aku dikira hantu penunggu warung kopi. Lagian, jangan sok pede! Karisma 25 itu belum cukup buat ngebikin Tiara klepek-klepek kayak ikan kecap di wajan!]~ Sist langsung protes di kepala Arief.

“Diem, Sist. Gue lagi konsultasi sama teman dunia nyata,” Arief membatin sambil pura-pura batuk.

“Konsultasi apa, Rief? Lo ngomong sendiri?” tanya Doni curiga.

“Enggak, enggak! Gue lagi latihan dialog buat kencan nanti. Jadi, menurut lo, Don, topik apa yang harus gue bawa biar kencan ini berhasil?”

Doni berpikir keras. “Tiara? Hmm. Dia kan sukanya hal-hal yang serius, berbobot. Coba deh bahas reformasi birokrasi sekolah, atau peran generasi Z dalam isu lingkungan hidup. Dijamin, dia bakal excited!”

Arief menggeleng. “Halah, itu mah kencan sama Bapak DPR, bukan sama cewek SMA. Enggak deh. Gue harus cari topik yang spesial, yang ngasih vibes romantis tapi tetap absurd.”

[*Doni bener, Arief. Kamu harus tampil beda. Tapi bukan 'beda' yang absurd ala cosplay kuli bangunan di bioskop. Kamu harus tampil matang, elegan, dan sedikit misterius.]~ Sist memberi masukan yang lumayan berguna.

“Misterius? Gimana caranya?”

[*Gampang! Jangan cerita terlalu banyak tentang diri kamu. Biarkan dia penasaran. Dan yang paling penting: tanyakan tentang hobinya. Semua cewek suka kalau hobinya diperhatikan. Coba selidiki apa hobinya yang paling tersembunyi.]

Arief mengangguk. Masukan Sist kali ini cukup logis. Ia mengeluarkan handphone-nya dan mulai stalking akun Instagram Tiara.

[INSTAGRAM TIARA ANGGUN: Locked Account.]

Arief mendengus frustrasi. “Sist! Akunnya digembok! Dia anti-sosial media apa gimana sih? Gimana gue mau stalking hobinya kalau kayak gini?”

[*Tunggu sebentar. Aku bisa bantu.]

Sistem Layar Sakti: Mode Infiltrasi Akun Sosial Media (LEVEL1) diaktifkan!

[*Berkat Fragment Chaos, aku bisa mengakses data publik Tiara yang tersembunyi. Ternyata, dia punya akun alternatif. Akun itu isinya... wah!]~

Di layar hologram Arief, tiba-tiba muncul feed Instagram dengan username aneh: @bunga_senja_penyuka_drama.

Isinya bukan tentang tata tertib sekolah. Foto-fotonya adalah tangkapan layar adegan-adegan drama Korea romantis dengan caption puitis nan bucin (budak cinta). Ada juga foto-foto kucing domestik yang ia pakaikan baju rajut.

Arief dan Doni (yang mengintip layar Arief) melongo.

“Tiara?! Ketua OSIS yang galak itu bucin drama Korea dan suka ngajak kucing fashion show?” Doni terkejut sampai kopinya tumpah sedikit.

[*Tuh kan! Dia cuma pakai topeng Ketua OSIS. Aslinya dia bucin akut dan penyayang hewan. Sekarang kamu sudah tahu rahasianya. Tugas kamu: Bahas drama Korea favorit dia dan puji kucingnya!]~ Sist memberi instruksi.

“Gila, Sist. Lo keren abis! Thanks!”

Arief menyimpan informasi itu di otaknya. Ini adalah kunci keberhasilan kencan pertamanya.

Sabtu Malam: Konsultasi Mendadak dengan The Fool

Arief sedang mencoba-coba pakaian untuk kencan besok. Ia mengeluarkan semua bajunya, dan hasilnya: kaos band metal bolong-bolong, kemeja batik Ayah yang kebesaran, dan hoodie yang baunya sudah seperti lemari pakaian tak terpakai selama tiga tahun.

“Sist, gimana nih? Gue enggak punya baju yang proper buat kencan!” Arief frustrasi.

[*Ya ampun, Arief. Kamu kaya raya lho! Ayah kamu punya mobil sport tiga biji, tapi kamu enggak punya baju bagus? Dasar Gen Z miskin gaya!]~

“Gue kan enggak peduli sama fashion, Sist! Gimana dong?”

Tiba-tiba, pintu kamar Arief diketuk pelan. Masuklah Ayahnya, Budi Budiman.

Budi Budiman, dalam balutan kaus oblong bergambar Captain America dan celana pendek cargo (padahal di luar dingin), membawa sebuah tas kertas cokelat.

“Rief, Ngapain lu? Kok kamar lu kayak kapal pecah gini?” Budi Budiman bertanya, matanya lincah mengamati tumpukan pakaian Arief.

“Mau kencan, Yah. Sama Tiara. Ketua OSIS. Tapi enggak ada baju yang bagus. Semua baju gue bikin dia ilfeel,” jawab Arief jujur.

Budi Budiman tersenyum misterius. Senyum yang biasanya muncul kalau ia mau jualan barang aneh.

“Kencan? Sama Tiara Anggun? Wih, anak The Fool memang enggak pernah mengecewakan. Dengarkan Ayah, Rief. Kencan itu bukan soal baju mahal, tapi soal power!”

Arief mengerutkan kening. “Power apa, Yah? Power ranger?”

Budi Budiman menaruh tas kertas itu di kasur. “Ayah kan tadi jualan online barang-barang vintage. Salah satunya ini. Ayah kasih kamu.”

Ayahnya mengeluarkan sebuah jaket denim lusuh berwarna biru tua, yang di bagian punggungnya dijahit bordiran gambar naga Tiongkok yang tampak keren tapi aneh.

“Ini jaket apa, Yah? Bau apek gini.”

“Ini namanya Jaket Naga Pemberani. Ayah dapat dari lelang di Dimensi X-2. Konon, jaket ini dipakai sama cultivator yang berhasil menaklukkan 100 demonic beasts dan 50 demonic women. Tenang, ini sudah Ayah laundry tiga kali. Pakai ini. Dijamin Karisma kamu naik 10 poin!” Ayahnya mengedipkan mata, penuh rahasia.

[*Jaket Naga Pemberani? Itu jaket yang bau sangit! Karisma Arief malah bisa turun ke nol kalau pakai itu!]~ Sist menjerit di kepala Arief.

Arief menatap jaket itu dengan ragu. Jaketnya memang keren, vintage dan tampak punya cerita, tapi... bau.

“Yah, beneran nih?”

“Beneran! Selain itu, Ayah kasih nasihat penting soal PDKT Tiara. Ayah kan lebih dulu hidup. Ayah tau seluk-beluk hati wanita.”

Budi Budiman duduk di tepi kasur, menatap serius ke mata Arief.

“Tiara itu tipe cewek yang suka diperhatikan, Rief. Tapi enggak suka yang lebay. Kamu harus menemukan hal yang dia sembunyikan. Sesuatu yang konyol tapi dia sayangi. Kamu harus buat dia berpikir, ‘Wah, kok dia tahu ya?’ Itu kunci!”

Arief tercengang. Nasihat Ayahnya—terutama yang terakhir—persis seperti data yang diberikan Sist tentang hobi Tiara (Drama Korea dan Kucing fashion show). Kok Ayah bisa tahu?

“Udah ya, Rief. Semoga sukses kencannya. Kalau kamu berhasil, Ayah traktir kamu snack aneh yang Ayah dapat dari portal dimensi sebelah.” Budi Budiman menepuk bahu Arief, lalu keluar kamar sambil bersenandung lagu dangdut.

[*Aku curiga, Arief. Ayah kamu itu... punya link ke Fragment Chaos yang lain. Atau jangan-jangan, dia Demigod yang lagi cosplay jadi bapak-bapak gabut?]~ Sist berbisik curiga.

“Gak mungkin, Sist. Ayah gue kan The Fool. Suka jualan barang aneh. Itu buktinya,” Arief membatin sambil menunjuk jaket bau naga itu.

Arief memutuskan untuk mengabaikan jaket itu (demi menjaga Karisma tetap 25) dan memilih kemeja polos berwarna abu-abu yang paling tidak kusut. Namun, ia mencatat nasihat ayahnya yang aneh tapi akurat itu.

Minggu Malam: Kencan Pertama yang Absurd

Arief tiba di lobi bioskop mall dengan perasaan campur aduk. Ia mengenakan kemeja abu-abu, celana jeans, dan rambutnya disisir lebih rapi dari biasanya.

Tiara Anggun sudah menunggunya.

Ketika Tiara muncul, Arief hampir menelan ludahnya sendiri.

Tiara Anggun malam ini tidak mengenakan seragam sekolah. Ia tampil berbeda 180 derajat. Ia mengenakan dress selutut berwarna navy yang anggun, rambutnya yang diikat kuda di sekolah kini tergerai indah dengan sedikit ikal di ujungnya. Posturnya yang sedang (sekitar 160 cm, 55 kg) terlihat lebih feminin dalam balutan dress ini. Payudara cup B-nya tidak terlalu menonjol, tapi proporsional dengan tubuhnya yang ramping. Wajahnya yang biasanya galak kini terlihat sedikit... gugup.

“Hai, Tiara. Kamu... cantik banget,” Arief memuji tanpa basa-basi, dan pujian itu tulus.

Wajah Tiara langsung merona merah muda. Dia terlihat canggung, tidak seperti Ketua OSIS yang galak.

“Ehm. Terima kasih, Arief. Kamu juga... lumayan rapi malam ini,” jawabnya, menghindari kontak mata.

[*Aww, dia malu! Karisma 25 kamu bekerja!]~ Sist bersorak.

“Jadi, kita mau nonton apa, Tiara? Aku sudah booking film action terbaru, isinya full perkelahian brutal dan ledakan keren.”

Tiara menggeleng pelan. “Enggak. Aku sudah pesan tiket. Kita nonton... film romantis Korea yang baru keluar. Tentang dua sejoli yang terpisah karena salah paham di masa lalu.”

Arief nyaris tertawa keras. Tepat seperti data yang diberikan Sist! Tiara memang bucin akut!

“Wih, serius? Film Korea? Boleh dong. Kamu tahu enggak? Aku juga suka banget drama yang temanya bucin begini. Apalagi kalau ada adegan cium-ciuman di tengah hujan salju, itu epic banget!” Arief langsung memainkan kartu rahasianya.

Mata Tiara langsung berbinar. Ia menoleh cepat ke arah Arief, raut wajah galaknya hilang sama sekali.

“Kamu? Suka drama Korea? Aku kira kamu sukanya film action dan game!” Tiara terdengar senang.

“Ya ampun, enggak dong! Aku kan juga manusia. Kan seru lho kalau kita bisa ngebahas plot twist di drakor favorit kita sambil makan popcorn,” Arief membalas dengan senyum tulus.

Mereka pun masuk ke studio. Sepanjang film, yang isinya adalah tangisan, adegan pelukan yang so sweet, dan kesalahpahaman yang berlarut-larut, Arief dan Tiara terus berbisik, berdebat tentang plot cerita dan karakter mana yang harusnya jadian.

Arief tidak menyangka, ternyata Tiara versi non-OSIS itu sangat asik dan jauh lebih konyol dari yang ia kira.

Selesai Nonton Film

Mereka memutuskan untuk mampir ke kafe yang sama tempat Arief konsultasi dengan Doni. Arief sengaja mengajak Tiara ke tempat yang sederhana dan jauh dari kesan mewah.

“Tiara, makasih ya. Gue enggak nyangka, lo seru banget lho kalau ngomongin drama Korea,” kata Arief sambil menyodorkan segelas kopi susu hangat.

Tiara tersenyum—senyum yang benar-benar lepas dan hangat, bukan senyum sinis Ketua OSIS.

“Kamu juga, Rief. Aku kira kamu itu cuma bisa nge-troll dan nge-gombal enggak jelas. Ternyata kamu care juga ya sama hal-hal yang soft kayak gini.”

[*Saatnya Jurus Pamungkas, Arief! Puji Kucingnya!]~ Sist memberi instruksi.

Arief menarik napas. “By the way, aku boleh tanya hal pribadi enggak?”

“Tanya aja,” jawab Tiara, menatap mata Arief.

“Itu, kucing kamu... yang sering lo pakein baju rajut di story pribadi lo... namanya siapa?”

Seketika, wajah Tiara Anggun berubah total.

Wajahnya yang tadinya malu-malu kini memancarkan rasa terkejut dan sedikit ketakutan. Ia menatap Arief seolah Arief adalah peramal.

“Kucing? Baju rajut? Kamu... kamu tahu dari mana?!” Suara Tiara tercekat.

“Hahaha. Rahasia dong!” Arief tertawa renyah, menikmati kebingungan Tiara. “Aku kan punya mata elang. Pokoknya aku tahu. Kucing kamu itu lucu banget, apalagi pas kamu pakein topi elf natal. Dia pasti kesayangan kamu banget, ya?”

Tiara menurunkan pandangannya. Ada nada lembut dalam suaranya saat menjawab, “Namanya Si Mochi. Dia satu-satunya teman yang enggak pernah nge-judge aku, tahu.”

Arief merasa terharu. Ia melihat celah. Ini adalah kelemahan Tiara yang sebenarnya.

“Si Mochi... nama yang lucu. Gue ngerti, Tiara. Semua orang butuh tempat buat jadi diri sendiri. Di sekolah, lo itu harus jadi The Ice Queen yang galak, Ketua OSIS yang disiplin. Tapi, gue tahu, di balik itu, lo itu cewek yang bucin, penyayang, dan nge-gemesin. Dan gue... gue suka sama dua-duanya.” Arief berbicara dengan nada yang paling tulus yang ia punya.

Tiara terdiam. Ia menggenggam erat cangkir kopinya. Guard-nya benar-benar turun.

“Gue enggak akan ngeremehin hobi lo. Malah gue mau, kalau nanti kita sering ketemu, lo bisa jadi diri lo sendiri di depan gue. Enggak usah jadi Tiara Ketua OSIS. Jadilah Tiara si Bucin Mochi.”

Wajah Tiara Anggun memerah hebat. Matanya berkaca-kaca. Ia merasa sangat tersentuh. Selama ini, tidak ada satu pun orang di sekolah yang berhasil melihat sisi rapuhnya itu.

“Arief... kamu...” Tiara tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

[*Excellent! Ini namanya Karisma Natural. Jangan terlalu menekan, Arief. Biarkan dia nyaman. Kamu sudah 90% berhasil!]~ Sist memuji.

Tiba-tiba, Tiara mengulurkan tangan ke seberang meja, dan memegang tangan Arief. Kontak fisik pertama mereka.

“Arief, terima kasih. Terima kasih sudah mau melihat aku yang ini,” Tiara berbisik.

Arief merasakan tangannya hangat. Ia tersenyum.

“Sama-sama, Tiara. Jadi, kencan kita berhasil kan?”

Tiara mengangguk, senyumnya kini benar-benar murni.

“Ya. Berhasil. Kamu enggak perlu bersihin toilet sekolah. Dan... aku janji, mulai sekarang, aku akan lebih terbuka sama kamu.”

Arief merasa euforia kemenangan. Misi PDKT pertamanya berhasil 100%.

MISI UTAMA PERTAMA : The First Crush–COMPLETE!

Status: BERHASIL!

Deskripsi: Tiara Anggun kini menjadi Pacar Resmi Pertama Arief Indiyanto.

Reward Keberhasilan: 50 Energi Keintiman, $5.000.000 Tunai, dan Item Acak (Belum Terbuka)

Sebuah notifikasi pop-up besar berwarna emas muncul di depan Arief.

[*Yessss! Misi berhasil! Selamat, Arief! Kamu enggak cuma berhasil kencan, tapi kamu berhasil menaklukkan hati The Ice Queen! Sekarang, saatnya mencairkan reward!]~ Sist berteriak kegirangan.

Arief tersenyum puas. Ia dan Tiara masih berpegangan tangan di bawah meja.

“Tiara, udah malam nih. Mau aku antar pulang?”

“Boleh,” jawab Tiara, suaranya sangat lembut.

Arief berdiri, membayar kopi, dan mengantar Tiara ke rumahnya yang tidak terlalu jauh. Di sepanjang perjalanan, mereka mengobrol santai, tidak ada lagi ketegangan.

“Aku harus pulang, Arief. Sampai ketemu besok di sekolah ya.”

Arief menatap Tiara. Ia ingin menciumnya. Tapi ia ingat nasihat Sist. Slow but sure.

Arief hanya mengangguk. “Sampai ketemu, beb. Jangan lupa kasih makan Mochi ya.”

Tiara tersenyum malu. “Aku janji. Bye.”

Setelah Tiara masuk ke gerbang, Arief berbalik, berjalan pulang, dan langsung memanggil Sistem.

“Sist! Cairkan reward yang uang tunai! Rp 5 Juta itu lumayan buat modal gacha nanti!”

[*Siap! Uang tunai sudah ditransfer ke dompet digital kamu. Cek sekarang!]~

Arief membuka dompet digitalnya. Saldo bertambah Rp 5.000.000. Wajahnya bersinar-sinar.

[*Dan... sekarang waktunya Reward Item Acak! Karena Energi Keintiman kamu belum cukup untuk membuka Gacha kekuatan, aku akan kasih kamu item support yang berguna.]

REWARD ITEM ACAK: Diberikan 1x Teknik Kultivasi Level 1: \[Pernapasan Naga Langit.]

[Deskripsi: Teknik meditasi dasar yang diambil dari dimensi kultivasi Timur. Meningkatkan statistik MAG (Kekuatan Sihir) Arief sebesar +5 poin per minggu jika dilakukan secara konsisten. Teknik ini juga bisa mempercepat pemulihan stamina pasca pertempuran atau kegiatan intens. Penggunaan: Lakukan meditasi 30 menit setiap malam. ]

Arief membaca deskripsi itu. MAG-nya yang tadinya hanya 2, sekarang akan naik perlahan!

“Wih, mantap! Teknik kultivasi! Gue bisa jadi cultivator keren kayak di film-film wuxia itu dong!” Arief bersemangat.

[*Tentu saja! Tapi ingat, baru level 1. Efeknya lambat, tapi pasti. Mulai sekarang, kamu harus rajin meditasi dan fokus PDKT. Karena semakin banyak Energi Keintiman, semakin cepat upgrade kekuatan kamu.]~

Arief kembali ke rumahnya dengan perasaan gembira. Ia sudah punya pacar, dapat uang, dan dapat teknik kultivasi. Kehidupan pelajar gabutnya baru saja berubah menjadi petualangan ecchi-fantasy yang absurd.

Saat Arief masuk ke kamar, ayahnya sedang duduk di kursi meja belajar Arief, membaca buku tebal berbahasa Sansekerta kuno. Di sampingnya, ada setumpuk anak ayam warna-warni yang tertidur pulas.

“Ayah?! Kok di sini?!” Arief terkejut.

Budi Budiman menutup bukunya. “Ayah cuma mau nanya. Kencan gimana? Jaket Naga Pemberani itu kamu pakai enggak?”

“Enggak, Yah. Enggak gue pakai. Baunya apek banget. Tapi nasihat Ayah soal hal konyol yang dia sayangi itu beneran manjur! Thanks, Yah.”

Budi Budiman tersenyum misterius. “Bagus. Berarti Karisma alami kamu sudah cukup. Tapi ingat, Rief. Kekuatan terbesar Arcana itu adalah kemampuan untuk berubah menjadi hal-hal absurd di momen krusial. Jangan lupakan itu.”

Ayah Arief kemudian beranjak, mematikan lampu kamar, dan menutup pintu.

Arief melihat ke plafon. Ia tidak melihat cicak. Tapi ia tahu, di dimensi lain, ayahnya adalah sosok yang jauh lebih penting daripada tukang jualan anak ayam warna-warni.

Arief tersenyum. Ia mengambil posisi meditasi dan mulai mencoba teknik Pernapasan Naga Langit.

Sistem Memindai Energi Keintiman. Target Berikutnya Belum Ditetapkan. Lanjutkan PDKT dengan Target Saat Ini dan Tingkatkan Energi Keintiman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!