Episode 5

"Tidak ada Tuan, tapi yang matang ada," kata bik Imah.

"Aku mau yang masih muda Bik," kata Dewa.

"Nanti saya beli di pasar Tuan," kata bik Imah.

"Tidak apa-apa Bik, biar aku saja yang beli." Dewa langsung keluar dari rumah untuk pergi mencari buah yang diinginkannya.

Entah kenapa, dia tiba-tiba ingin sekali memakan buah mangga muda. Sebelumnya dia paling tidak suka dengan buah yang satu itu.

"Mau ke mana Dewa, Bik?" tanya Adelia yang melihat Dewa keluar.

"Katanya mau mencari buah mangga muda. Saya heran Nyonya, bukankah tuan muda paling tidak suka buah mangga?"

Adelia tidak menjawab, dia hanya tersenyum lalu kembali ke kamarnya. Sementara bik Imah masih penasaran dan sekaligus bingung dengan sikap tuan mudanya dan nyonya nya.

"Ada apa Ma, kenapa tersenyum?" tanya Robinson.

"Dewa mencari buah mangga muda, aneh bukan? Entah wanita mana yang dihamili nya itu," jawab Adelia.

Sedangkan Dewa sudah tiba di sebuah tempat penjual buah. Dewa keluar dari mobil dan berjalan menghampiri penjual buah itu.

"Mangga muda ada Pak?" tanya Dewa.

"Ada Tuan ada," jawab penjualnya.

Dewa hanya mengambil satu kemudian memberikan selembar uang. Pria itu hendak menimbang nya, karena dikiranya akan membeli banyak.

"Tuan, mangga nya dijual perkilo bukan perbuah," kata pria itu.

"Oh maaf Pak, tapi aku hanya ingin satu buah saja," kata Dewa.

Tangan Dewa masing menggantung karena penjual buah itu belum mengambil duitnya. Akhirnya Dewa pun meletakkan uang tersebut di atas buah. Kemudian Dewa pun pergi begitu saja.

Penjual buah masih bengong, kemudian ia tersadar lalu memanggil Dewa karena uangnya lebih.

Namun Dewa sudah lebih dulu menjalankan mobilnya tanpa menghiraukan panggilan pria itu.

Sementara di sebuah desa. Olivia sedang membantu seorang wanita separuh baya. Wanita itu hidup sendirian sebelum Olivia akhirnya menumpang hidup dengannya.

"Nak, kamu sudah lelah bekerja, kamu tidak istirahat dulu?" tanya wanita itu.

"Tidak apa-apa Bu nanti saja," jawab Olivia.

Mereka bekerja di kebun sayur milik wanita itu. Selama Olivia tinggal bersamanya, hidup wanita itu menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Wanita itu bernama Mia, seorang janda tidak punya anak. Suaminya menikah lagi dengan wanita lain karena menginginkan anak.

Mia yang tidak ingin dimadu pun memilih untuk bercerai. Menurutnya, lebih baik berpisah daripada harus dimadu.

"Nak, kamu kelihatan pucat. Apa kamu sakit?" tanya Mia.

"Tidak Bu, aku baik-baik saja. Tapi ...." Olivia tidak melanjutkan ucapannya. Dia teringat jika tamu bulanannya sudah terlambat.

Seharusnya dua hari yang lalu tamunya datang. Namun sampai sekarang belum datang juga.

"Kalau kamu sakit sebaiknya kita pulang saja. Kita ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan," kata Mia.

Olivia ragu untuk mengatakannya. Dihitung dari kejadian malam itu, Olivia mengalami masa subur. Jadi dia curiga kalau dirinya sedang hamil.

Tapi Olivia belum bisa memastikan, dia akan mengetesnya menggunakan testpack nantinya.

"Kalau benar aku hamil, aku siap mental untuk menerima cacian dan hinaan dari orang-orang desa," batin Olivia.

Jika Olivia benar-benar, dia tidak berniat untuk menggugurkan kandungannya. Dia akan merawatnya walaupun tanpa seorang suami.

Mereka pun pulang ke rumah dengan membawa beberapa jenis sayuran untuk di masak.

Rencananya besok mereka akan panen sayur, karena ada orang yang akan mengambil sayuran untuk dijual.

"Bu, bagaimana jika aku hamil?" tanyanya saat baru tiba di rumah. Kebetulan kebun sayurnya tidak terlalu jauh dari rumah mereka.

"Apa maksudmu Nak? Ibu tidak mengerti yang kamu bicarakan."

Olivia tertunduk, kemudian dia pun menceritakan kejadian yang menimpa dirinya. Bukan sebagai agen rahasia, tapi sebagai seorang wanita yang dijebak oleh sahabatnya.

"Kok ada sih sahabat seperti itu?" tanya Mia geram.

"Itu sebabnya aku kabur, lalu nyasar kemari," jawab Olivia.

Mendengar hal itu, Mia langsung ke puskesmas untuk membeli testpack. Olivia tidak bisa mencegahnya. Dia pasrah jika penduduk desa mengusir nya karena hamil tanpa suami.

Tidak berapa lama Mia datang dengan membawa testpack. Kemudian meminta Olivia untuk segera mengetesnya.

Beberapa menit kemudian, Olivia terdiam. Ternyata dugaannya benar. Hasil test nya menunjukkan positif.

"Huft, hanya dengan hubungan satu malam sudah ada hasilnya," gumamnya sambil tertawa kecil mentertawakan dirinya sendiri.

Kemudian Olivia memperlihatkan hasilnya kepada Mia. Mata Mia berkaca-kaca, antara senang, sedih dan terharu dengan nasib Olivia.

"Lalu bagaimana?" tanya Mia.

"Aku akan merawatnya dengan baik Bu. Aku yakin, suatu saat nanti anak ini akan membawa kebahagiaan," jawab Olivia.

Mia memeluk Olivia. Mia tidak kuat menahan air matanya lalu menangis sambil memeluk Olivia.

"Hanya aku khawatir, bagaimana dengan tanggapan penduduk desa ini?" tanya Olivia.

Mia terdiam, dia juga tidak tahu. Karena masalah seperti ini tidak bisa disembunyikan. Ibarat menyimpan bangkai, lambat laun akan ketahuan busuknya.

"Biar kita sama-sama hadapinya," kata Mia akhirnya.

Mia sudah siap menghadapi cemoohan dari penduduk desa. Dia akan memperjuangkan Olivia dan calon bayinya. Walaupun harus di usir dari desanya.

"Tapi aku tidak merasakan apa-apa Bu, aku hanya sadar saat aku terlambat datang bulan," kata Olivia.

"Mungkin belum, nanti pasti akan terlihat tanda-tanda kehamilannya," kata Mia.

Olivia ingin memasak untuk makan siang mereka. Namun Mia melarangnya. Olivia tidak boleh terlalu capek, karena kehamilan di trimester pertama rentan keguguran.

Namun Olivia bersikeras, karena menurutnya memasak bukan pekerjaan yang berat. Mia pun menurut saja.

Namun Mia tetap mengingatkan kalau Olivia tidak boleh terlalu lelah. Olivia pun mengangguk agar Mia merasa tenang.

Pekerjaan seperti membereskan rumah, mencuci pakaian, Mia melarang Olivia untuk melakukannya.

Apalagi kerja di kebun, Mia juga melarangnya. Namun Olivia merasa jika dirinya kuat dan baik-baik saja. Jadi Olivia masih melakukan pekerjaan seperti biasa.

Hari-hari berlalu. Olivia masih aktif bekerja. Bahkan panen sayuran pun melimpah dengan dibantu beberapa orang penduduk desa.

Olivia tidak merasakan apa-apa tentang kehamilannya. Hanya porsi makannya yang bertambah.

Juga berat badannya pun naik dari sebelumnya. Olivia belum tahu kalau dirinya hamil anak kembar.

Karena sampai sekarang, Olivia tidak melakukan USG untuk melihat perkembangan bayinya.

"Bu, selera makan ku bertambah," kata Olivia.

Mia tersenyum. "Itu normal Nak, lebih baik daripada tidak makan sama sekali. Biasanya orang yang sedang ngidam ada yang tidak mau makan."

Sementara di tempat lain ...

Dewa malah semakin parah. Dari yang sering mual-mual dan muntah, kini dia tidak punya selera untuk makan.

Hanya minum air dan buah yang diinginkannya. Dan lebih anehnya lagi, Dewa ingin setiap hari minum susu bumil.

"Pa, kenapa anak kita semakin aneh-aneh saja? Sampai-sampai ingin minum susu bumil segala," ujar Adelia.

"Nggak tahu Ma, biasanya orang hamil juga tidak seperti itu," ucap Robinson.

Kedua pasangan suami istri itu merasa prihatin dengan putranya. Karena sudah beberapa hari ini Dewa tidak mau makan nasi dan makanan lainnya kecuali buah dan minuman saja.

Terpopuler

Comments

Memyr 67

Memyr 67

𝖻𝖺𝗋𝗎 𝗂𝗇𝗂 𝗄𝖾𝗁𝖺𝗆𝗂𝗅𝖺𝗇 𝗌𝗂𝗆𝗉𝖺𝗍𝗂𝗄, 𝗒𝗀 𝗇𝗀𝗂𝖽𝖺𝗆𝗇𝗒𝖺 𝗉𝖾𝗇𝗀𝖾𝗇 𝗆𝗂𝗇𝗎𝗆 𝗌𝗎𝗌𝗎 𝗁𝖺𝗆𝗂𝗅. 𝗉𝖺𝖽𝖺𝗁𝖺𝗅 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗇𝗀𝖺𝗋𝗎𝗁 𝗃𝗎𝗀𝖺, 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖾𝗐𝖺 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗁𝖺𝗆𝗂𝗅.🤣🤣🤣🤣

2025-10-31

4

@pry😛

@pry😛

mmmm...pst nnt mrk jmp ny ank ny ud bsr gt...
gk prnh jmp pas lg hamil gini... dan nth kpn kn tau ny

2025-11-01

2

Leny Wijaya

Leny Wijaya

Olivia biasa aja malah Dewa yg merasakan ngidam parah🤣🤣

2025-10-31

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!