"Terima kasih mas!" Ucap Sekar, Adrian mengusap air mata yang membasahi pipi wanitanya itu
"Jangan nangis lagi yaa! Aku disini kan?" Adrian lalu membawa sang istri kedalam pelukannya
"Lalu ibu?"
"Aku nggak akan memberikan cela bagi orang lain untuk ikut campur dalam rumah tangga kita, sayang" ujar pria itu penuh keyakinan
"Aku mencintai kamu mas" Sekar kian mempererat pelukannya
"Aku lebih mencintai kamu Sekar Indraswari"
"Kalau begitu aku berangkat dulu! Suami kamu bisa dipecat kalau sampai telat!" Adrian mengurai pelukannya lalu mengecup kening istrinya dengan penuh cinta
"Jangan sedih-sedih lagi! Ucapan ibu jangan diambil hati!" Sekar mengangguk, namun biar bagaimanapun ucapan ibu mertuanya selalu terngiang
Yatim-piatu, tak memiliki keluarga, mandul serta istri yang tidak berguna. Hanyalah sebagian kecil dari julukan yang beberapa anggota keluarga Adrian berikan padanya. Sekar mungkin telah kebal dengan ucapan itu namun ia juga tak menampik saat ucapan itu keluar dari mulut ibu mertuanya terasa jauh lebih menyakitkan
***
Hari ini Adrian serta Sekar akan mendatangi rumah sakit yang telah Bagas rekomendasikan, Adrian meminta dokter terbaik untuk menjalankan program bayi tabung yang akan ia jalani bersama Sekar
Hal ini adalah bagian dari ikhtiar yang keduanya lakukan dengan segala risiko nya. Adrian bukannya tidak takut saat sahabatnya Bagas mengatakan segala risiko yang mungkin akan terjadi dan tidak menutup kemungkinan membahayakan Sekar, namun melihat sang istri yang selalu dalam tekanan juga membuat Adrian tidak tega
"Nggak usah dipikirin! Semua akan baik-baik saja!" Adrian menggenggam tangan sang istri
"Semoga semuanya berjalan dengan baik yaa mas!"
"Kita berdoa saja!"
Tak lama ponsel milik Adrian berdering dan mana Dita tertera pada layar "Halo Dit!"
Adrian mendengarkan apa yang adik perempuannya itu coba sampaikan, raut wajahnya berubah panik saat mendengar penuturan sang adik dari seberang telepon
"Ada apa mas?" Sekar yang melihat perubahan raut wajah suaminya segera bertanya
"Mas kesana sekarang Dit! Kamu tenang dulu ya!" Adrian segera menutup sambungan telepon lalu beralih menatap sang istri "Ibu masuk rumah sakit!"
Sekar terkejut, terlebih ia tahu jika ibu mertuanya itu memang mengidap sakit keras
"Cepat mas!"
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, baik Sekar maupun Adrian seolah melupakan temu janji dengan seorang dokter yang telah dijadwalkan
Rasanya mereka terlalu takut jika hal buruk terjadi pada Nina terlebih Sekar. Diluar bagaimana perlakukan Nina padanya, Sekar tetap menganggap wanita itu sebagai ibunya, mengingat dirinya yang tidak pernah mengetahui keberadaan orang tua kandungnya sendiri
Langkah keduanya saling bersahutan, menyusuri koridor rumah sakit yang telah Anindita berikan alamatnya
"Dita..!" Sekar memanggil adik iparnya
"Mbak Sekar!" Wanita yang mungkin seusia Widia itu berhambur memeluk Sekar yang adalah kakak iparnya
"Kamu yang sabar yaa Dit!"keduanya lalu duduk disebuah kursi stainless didepan ruang UGD dimana Nina berada
"Makasih yaa mbak"
"Apa kata dokter Dit?" Sekarang Adrian yang bertanya
Anindita menggeleng "Dokter belum keluar sejak tadi, Aku juga nggak tau mas!"
Tak lama pintu ruangan tersebut dibuka, seorang pria yang merupakan seorang dokter keluar dari ruangan tersebut
Adrian segera menghampirinya, begitu juga dengan Sekar dan Dita yang segera bangkit dari duduknya
"Bagaimana keadaan ibu saya dok?" Tanya Adrian dengan raut wajah penuh ketakutan
"Bisa kita bicara diruangan saya tuan?" Dokter itu berucap pada Adrian
"Tentu dokter!" Adrian lalu menoleh pada Sekar yang tengah memeluk Dita adiknya
"Aku titip ibu sama Dita dulu!"
"Iya mas" setelah mendapat jawaban dari sang istri, Adrian segera mengikuti langkah dokter pria tersebut keruangan nya
Adrian duduk didepan dokter laki-laki tersebut, diantara mereka terdapat sebuah meja sebagai pembatas
"Bagaimana keadaan ibu saya dok?" Tanya Adrian
"Kondisi ibu Nina sangat menghawatirkan, sel kankernya menyebar sangat cepat!" Terang sang dokter
"Maksud dokter? Ibu saya mengidap kanker?" Adrian tak percaya ini
Dokter bernama Erik itu mengangguk "Penyakit ini telah mencapai stadium akhir"
"Astaghfirullah!"
***
Adrian menyeret langkahnya menuju ruang perawatan sang ibu, mendengar kenyataan bahwa ibunya mengidap penyakit yang tidak bisa dikatakan ringan
Saat membuka pintu disana sang istri Sekar tengah duduk di kursi samping ranjang dimana sang ibu berbaring
Dengan berderai air mata Sekar mengangguk sambil menggenggam tangan sang ibu mertua, entah apa yang keduanya bicarakan Adrian tak mendengar
"Ibu tenang saja! Sekar akan meyakinkan mas Adrian!"
"Sayang!" Adrian memegang bahu sang istri yang bergetar karena tangisnya
"Mas!" Sekar berdiri, lalu Adrian bergantian menggenggam tangan wanita yang paling berarti dalam hidupnya itu
"Kenapa ibu menyembunyikan semua ini dari Adrian?" Suara pria tampan itu bergetar
"Ibu hanya tidak ingin membuat kalian semua khawatir!" Ucap Nina dengan suara lemah "Ibu mohon nak, turuti permintaan terakhir ibu! Menikahlah dengan Widia!"
"Bu aku.."
Sekar meraih tangan sang suami membuat pria itu mendongak menatap kearahnya membuat ucapannya terhenti
"Ikut aku sebentar, mas!" Sekar menarik pergelangan tangan sang suami lalu keduanya berbicara di koridor tak jauh dari ruang perawatan Nina
"Ada apa Sayang?"
"Mas, aku mohon mengertilah! Kita mungkin nggak akan punya waktu lagi untuk menuruti keinginan ibu!" Ujar Sekar
"Tapi kita sedang berusaha Sekar!" Adrian masih berusaha untuk menolak, bagaimanapun juga dirinya tidak ingin menggadaikan kebahagian Sekar demi permintaan sang ibu
"Kita nggak punya waktu banyak mas! Aku rasa dokter pun sudah memberi tahu mas Adrian tentang kondisi ibu" Sekar akan melakukan apapun demi ibu mertuanya itu, dirinya yang tidak sempurna, lalu kenapa ibu mertuanya yang harus menderita?
"Apa dengan mas menyetujui permintaan ibu, kamu tidak akan menderita?" Yang menjadi fokus Adrian adalah kebahagiaan Sekar selaku istrinya
Wanita cantik itu menghela napasnya, bohong jika dirinya akan baik-baik saja dengan pernikahan suaminya, namun ia dan sang suami tidak memiliki pilihan lain selain ini
"Aku akan berusaha untuk menerima semuanya mas, aku akan menerima kekurangan diriku sebagai takdir yang harus aku terima!"
Sekar menatap manik hitam suaminya, mencoba memberi keyakinan bagi pria yang begitu ia cintai itu
"Jika itu yang kamu inginkan, maka aku setuju untuk menikah lagi"
Sekar tersenyum, keduanya saling berpelukan, menumpahkan segala rasa sakit akan apa yang akan terjadi selanjutnya
Pintu ruangan terbuka, Adrian masuk dengan menggenggam tangan sang istri. Entah sejak kapan, tapi disana telah ada Widia yang tengah menggenggam tangan Nina sementara Dita entah kemana
"Adrian!" Nina mengulurkan tangannya meminta sang putra untuk mendekat
Adrian melepas genggaman tangannya dari sang istri lalu beralih menggenggam tangan Nina yang wajahnya terlihat sangat pucat
"Adrian disini Bu!"
"Ibu mohon nak!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Oma Gavin
jgn ngomong penyakit nina rekayasa kerja sama dgn dokter untuk menekan adrian menikahi widia bila itu benar percayalah pernikahan tsb tidak akan bahagia yg ada menjadi neraka buat adrian terutama sekar yg akan disingkirkan
2025-10-28
1