Menjelang malam, Erina sudah berada di kamarnya. Telah berganti dengan pakaian tidur ketika Zenab membuka pintu kamarnya. Ia tahu sejak menjelang senja Zenab menunggu Theo pulang karena ada yang ingin ia bicarakan pada bosnya itu.
"Sayang suami mu ingin bicara. Tuan Theo menunggu di meja makan", ucap Zenab memberi tahu Erina.
"Apa tuan Theo akan marah lagi pada ku, bibi? Apa ia tidak menyukai masakan ku lagi?"
"Nona Erina akan segera tahu, sebaiknya jangan membuat tuan Theo menunggu lama. Segera temui. Bibi pamit pulang, sekarang sudah malam", ujar Zenab tersenyum sambil mengusap punggung Erina.
"Tidak bisakah malam ini bibi Zenab tidur dengan ku saja? Aku mohon bibi". Pinta Erina sedikit memohon pada wanita yang sangat baik padanya itu.
"Maaf sayang, bibi tidak bisa menginap di sini karena bibi harus mengurus suami bibi yang sakit stroke. Jangan kuatir, bibi sudah bicara pada suami mu. Bibi yakin tuan Theo adalah laki-laki baik yang bertanggungjawab asal nona memberi waktu untuk memahaminya, lambat laun seiring waktu pasti kalian saling mencintai".
"Ayo ikut bibi, temui suami mu".
Erina menganggukkan kepalanya, mengikuti langkah kaki Zenab ke ruang makan.
Nampak Theo telah duduk di kursi. Di hadapannya tersaji hidangan makan malam yang Erina masak beberapa saat yang lalu. Semua masih fresh karena Erin baru mengerjakan ketika mendapat kabar Theo meninggalkan kantornya.
"Tuan, nona Erina sudah ada. Sekarang bibi izin pulang", ujar Zenab pada Theo yang nampak sibuk dengan Ipad-nya.
Theo mengangkat wajahnya. "Iya", jawabnya singkat.
Setelah Zenab pulang, kini tinggal Erina dan Theo di apartemen itu.
Erina masih berdiri di tempat semula, tubuhnya gemetaran merasa takut di hadapan Theodoriq yang selalu terlihat marah jika bertemu dengannya.
"Apa kau akan terus berdiri seperti itu? Temani aku makan!".
Ucapan Theo menyentak Erina. Apa ia tidak salah dengar?
Erina tidak bereaksi seperti itu, membuat Theo menatapnya tajam. Apa kamu tidak mendengar perintah ku?", ketusnya.
"Hm...iya T-uan Theo". Erina gelagapan. Gadis itu menuruti perintah Theo, duduk di hadapannya. Namun Erina tidak berani untuk makan bersama Theo meski laki-laki itu yang memintanya.
"Aku mau sup jagung dan tim ayam saja. Tanpa nasi", ujar Theo memberikan mangkuk di hadapannya pada Erina.
Erin mengerti, Theo menyuruhnya yang mengambilkan untuk Theo. Erina kembali berdiri dan mengambil menu sesuai perintah Theo dan menaruh di hadapan laki-laki itu.
Kelihatannya Theo menyukai masakan Erina kali ini. Karena semua baru di masak. Jadi masih hangat.
"Apa kamu yang memasak semuanya?".
"Iya. Semoga tuan menyukainya", jawab Erina pelan. Gadis itu lebih banyak menundukkan kepalanya, nampak enggan bertatapan dengan Theo tepat berada di depannya.
"Kenapa kamu tidak makan?".
"Aku sudah kenyang, tadi sudah makan tuan", jawab Erina pelan.
"Besok sekertaris ku, akan menemani mu berbelanja pakaian. Rubah penampilan mu dari ujung kepala sampai kaki. Aku tidak mau melihat kau mengikat rambut mu seperti itu lagi. Juga memakai pakaian seperti anak kecil itu", ujar Theo sambil menyuapkan makanan ke mulutnya. Tapi kali ini nada bicaranya biasa saja tidak ketus seperti biasanya yang selalu membuat Erina ketakutan.
Erina mengusap lengannya. "Tapi kak..."
Sejenak Erina terdiam. Ia sadar baru saja melakukan kesalahan berucap.
"Maaf. Hm.. maksudku T-uan Theo..”
Terlihat Erina menelan salivanya.
"Tuan tidak usah repot-repot. Aku bisa memakai pakaian ku sendiri. Karena aku pelayan jadi akan memakai pakaian pelayan selama bekerja, tidak ada yang akan memperhatikan penampilan ku".
"Klingg..Klengg!"
Terdengar suara sendok dan garpu beradu di dalam mangkok porselen, setelah Theo melempar sedikit keras keduanya. Mendengar perkataan Erina sesaat yang lalu, menolak pemberian Theo membuat laki-laki itu kembali kesal pada Erina.
Laki-laki itu menyandarkan punggungnya pada kursi. Dengan melipat kedua tangannya kedepan dada.
"Aku tidak butuh pendapat mu. Selama kau berada di sini ikuti perintah ku, Erina. Jangan sekali-kali kau membantah ku. Kau paham?!"
Lagi-lagi kata-kata ketus yang keluar dari mulut Theo. Membuat gadis itu bergidik ngeri. Ia tertunduk dengan jemari tangan saling meremas di pangkuannya.
Gestur itu tak luput dari perhatian Theo. "Aku tidak akan membentak mu jika kau patuh. Kau ikuti perintah ku, semua akan baik-baik saja".
Laki-laki itu berdiri dan menatap tajam Erina yang masih tertunduk.
"Besok Greta sekertaris ku akan menjemput mu. Kau pilih pakaian dan kebutuhan yang kau inginkan. Kalau kau tidak membeli apapun, aku yang akan mengantar mu berbelanja. Mulai sekarang aku melarang mu memakai pakaian pelayan", ujar Theo pergi meninggalkan Erina sendirian di meja makan.
"Huhh...yang bisa aku lakukan selain menurutinya", gumamnya tak bersemangat.
Erina tahu hidupnya tidak akan pernah bebas seperti dulu lagi. Jangankan melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah.
"Aku harus mengubur impian ku", ucapnya tidak bersemangat.
Tanpa gadis itu sadari, Theo masih berdiri tak jauh darinya dan mendengar semua perkataan Erina.
...***...
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Dinda Wei
Nahhh ini yang gue tunggu. Erina di makeover/upgrade penampilannya biar theo bucin. Tolong kabulkan permintaan ku ini ya kak author. 🤭😄
2025-10-24
0
Gia Nasgia
Kayaknya hanya butuh polesan sedkkit Erina bakalan berubah jadi cantik yg dasarnya memang sdh cantik
2025-11-06
0
Yennie Ika
aku mampir thoorrrr. puas kali bacanya krna textnya panjang. semangat menulis thorr. dabel up 🔥
2025-10-24
0