KENYATAAN YANG MENYAKITKAN

Erina membuka handle pintu yang di maksud Adam sopir pribadi Theo.

Hanya sekilas saja gadis itu memperhatikan kamar mewah berwarna putih bersih berukuran luas. Sakit kepala yang ia rasakan semakin menjadi-jadi, tidak ada waktu untuk menerka-nerka kamar siapa. Tapi menurut Adam kamar ini tempat ia beristirahat.

Erina memilih merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur berukuran luas. Gadis itu tidak memperdulikan sekitarnya lagi.

"Ahh kepala ku sakit sekali–"

"Siapa yang memberi mu izin di kamarku?!".

Seketika suara bernada ketus itu mengagetkan Erina. Spontan tubuhnya berdiri. Sedikit sempoyongan, beruntung masih sempat berpegangan pada sandaran tempat tidur. Erina kaget, melihat Theo ternyata baru saja selesai mandi. Wajah gadis itu nampak semakin pucat.

Theo berdiri tegap dengan rambut masih tampak basah yang ia keringkan dengan handuk kecil, bagian bawah tubuhnya hanya tertutup handuk tebal berwarna putih yang melingkar di pinggangnya.

Erina menundukkan kepalanya.

"Kau pikir aku menikahi mu akan menjadikan kamu ratu di sini? Heii...jangan mimpi kamu gadis kecil!!"

Theo menatap nyalang Erina yang diam membisu di tempatnya semula. "Ckck... Laki-laki mana yang akan tertarik dengan anak kecil seperti mu ini. Bahkan dada mu saja belum tumbuh begitu. Kau seperti orang kurang gizi", ucap Theo sinis.

Laki-laki berperawakan tinggi atletis itu melangkah ke ruangan yang terhubung dengan kamar tidur, namun tetap berbicara dengan suara lantang.

 "Kau akan aku bayar menjadi pembantu di apartemen ku ini. Aku akan membayar mu dengan upah yang tinggi, kau bisa mengirim uang pada keluarga mu. Aku juga akan memberi mu makan dan tempat tinggal yang sama dengan ku, tapi jangan harap kau bisa menjadi ratu di sini. Kau paham maksud ku?"

Dengan cueknya Theo memasang kaos di hadapan Erina yang masih berdiri dengan tubuh gemetaran. Namun ia paham kata-kata yang di keluarkan Theo. Ternyata Theo menikahinya hanya ingin memenuhi keinginan mendiang kakeknya saja.

Sama halnya dengan Erina yang sejak awal menolak perjodohan mereka. Karena Erin masih ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah khusus tata boga sesuai minatnya di bidang kuliner. Rencananya ia akan mencari pekerjaan di Jakarta. Sambil bekerja memakai ijazah sekolah yang telah ia miliki, Erina rencananya akan mendaftar kuliah dengan biaya sendiri. Karena gadis itu tidak mau membebankan biaya pada ayahnya yang hanya bekerja sebagai supir bus antar provinsi. Sementara Desi bundanya membuka warung nasi di depan rumah mereka.

"Kau paham maksud ku, Erina?". Untuk yang pertama kali Theo menyebut namannya dengan jelas sejak pertemuan mereka satu minggu yang lalu. Perkenalkan yang sangat singkat.

Erina mengangkat wajahnya. Menganggukkan kepalanya. "Iya aku paham", jawabnya singkat.

"Good. Kau keluarlah. Jangan pernah berani menginjakkan kaki mu ke kamar ku lagi tanpa aku yang memintanya. Di luar ada bibi Zenab yang akan mengajarkan pekerjaan pada mu. Kalian berdua akan bekerja sama di sini".

"Ingat ..jangan bicara tentang pernikahan kita pada siapapun. Kau paham?", tegas Theo menatap tajam Erina.

Erina memberanikan diri membalas tatapan itu. Kedua netra bening gadis itu nampak berkaca-kaca. "Apa aku harus memanggil mu, tuan Theo agar semuanya nampak seperti sungguhan antara atasan dan bawahan?", tanya Erin dengan suara terdengar lembut namun bergetar.

Sejenak Theo terdiam, sorot matanya tepat menatap tajam wajah Erina yang berdiri berjarak dengannya. "Iya", ucapnya dengan pasti sambil melewati Erina yang seketika menghembuskan nafasnya.

Theo merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan tangan menopang kepala bagian belakang, menatap langit-langit kamarnya.

Sekilas Erina melihat ke arah Theo. Laki-laki yang telah resmi menjadi suaminya. Dari sudut bibir gadis itu terlihat senyum kecut. Menganggukkan kepalanya. "Baik tuan. Saya permisi", ucapnya pelan. Kemudian keluar kamar Theo.

*

Tubuh Erina bersandar pada pintu kamar Theo. Kini mata indah gadis polos itu sudah berkabut. "Ternyata ia hanya menganggap ku sebagai pelayannya. Dia mau menikah dengan ku karena wasiat kakeknya saja. Aku pun tidak ada hati pada laki-laki itu, tapi aku tetap menghormatinya karena kami sudah resmi menikah".

Sungguh Erina tidak menyangka, Theo menganggapnya sebagai pelayan.

"Entah pernikahan seperti apa yang akan aku jalani ini. Apa pernikahan bak neraka seperti ini yang kakek inginkan? Kenapa kakek tega menjebak ku", gumam Erina dengan suara bergetar sedih.

"Ya ... aku akan berusaha bertahan di sini dan tidak akan memberi tahu bunda apa yang terjadi sesungguhnya. Karena sejak awal akupun menolak perjodohan ini tapi aku berusaha menerimanya karena bunda begitu bahagia jika aku menikah dengan Theo yang dimata bunda adalah sosok laki-laki baik dan bertanggung jawab karena Theo terlahir dari keluarga baik-baik".

Terdengar helaan nafas Erina setelah mendengar ada yang datang membuka pintu.

Erina menghapus lelehan air mata yang telah membasahi pipinya.

"Ternyata Theo tidak seperti yang aku pikirkan. Laki-laki itu sangat kejam, dia akan menyiksa ku dengan berada di dekatnya seperti ini.."

...***...

Bersambung..

Terpopuler

Comments

Delyana.P

Delyana.P

Bakal sedih kayanya Erina. Awas aja kalau Theo main fisik aku lgs nggak respect sama kamu Theo. Mending erin sama laki-laki lain aja

2025-10-24

2

Amelia

Amelia

Jangan kejam sama istri mu, ntar lo bucin theo.😄

2025-10-24

0

Dinda Wei

Dinda Wei

Jangan lemah Erinanya. semoga toko Erina kuat 👍

2025-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!