Suasana ruang tamu yang semula tegang mendadak membeku.
Semua kepala menoleh ke arah sumber suara.
Langkah berat terdengar mendekat, disusul suara tongkat mengetuk lantai marmer.
Seorang pria tua berwibawa melangkah masuk dengan tatapan tajam yang membuat udara seakan menipis.
Surya, Soraya, dan Vega sontak berdiri. Wajah mereka pucat.
"A-ayah…” suara Surya bergetar.
Mandala dan Kahyang langsung menunduk hormat, senyum tipis menghiasi wajah mereka.
Rayno yang melihat sikap hormat kedua orang tuanya ikut menunduk sopan, meski pandangannya penuh tanda tanya.
Gumilang berhenti di tengah ruangan, matanya menyapu satu per satu wajah di hadapannya sebelum berhenti pada Soraya.
Senyum tua itu muncul. Bukan senyum hangat, tapi senyum yang menekan amarah.
“Kau punya anak dengan Surya yang usianya setahun lebih muda dari cucuku,” ujar Gumilang dengan nada dingin, tatapan matanya menusuk Soraya tanpa ampun.
“Kau menikah dengan Surya saat cucuku baru berusia tiga belas tahun. Hitung sendiri, Soraya…” ia berhenti sejenak, bibirnya menipis menahan amarah.
“Itu berarti anakmu, adalah hasil perselingkuhan. Anak haram.”
Suara beratnya menggema di ruangan, membuat semua yang hadir menegang.
“Bukankah sudah cukup jelas, Nyonya Soraya?” lanjut Gumilang pelan, namun suaranya cukup tajam untuk menembus harga diri siapa pun yang mendengarnya.
“Kau telah menggoda menantuku sejak putriku masih hidup. Pe-la-kor.”
Hening.
Surya terdiam tanpa kata. Soraya meremas ujung bajunya, rahangnya menegang menahan emosi.
Di sisi lain, Mandala, Kahyang, dan Rayno hanya saling melirik. Tak satu pun berani bersuara.
Udara di ruang tamu terasa pekat, seolah mereka tengah terjebak di antara bara dendam keluarga yang sudah menyala jauh sebelum mereka lahir.
Tak tahu harus berbuat apa, mereka memilih diam. Menjadi saksi… atau sekadar penonton dari masa lalu yang kembali menuntut balas.
Vega mengepalkan tangan. Wajahnya merah padam, matanya berkilat penuh amarah. Ia tak terima ibunya dihina, dan dirinya disebut anak haram.
Suara Vega akhirnya meledak, memecah udara seperti petir di siang bolong.
“Kakek bicara seolah aku dan Ibu yang salah! Hina!
Apa Kakek nggak pernah berpikir, kalau bukan karena putrimu yang keras kepala, Ibu nggak akan diperlakukan begini?! Putrimu memaksa ingin menikahi Ayahku, padahal sudah tahu Ayahku pacaran dengan Ibu! Jadi, sebenarnya siapa yang pelakor di sini, hah?!”
Soraya pura-pura menatap putrinya panik, lalu cepat-cepat menarik tangannya lembut. Mencoba menenangkan sekaligus menyembunyikan senyum tipis yang nyaris tak terlihat.
Ia tahu anaknya baru saja menyalakan api yang lebih besar, tapi juga tahu, ucapan itu tepat mengenai sasaran.
Gumilang menahan napas panjang. Tangannya yang menggenggam tongkat bergetar. Tatapannya tajam menusuk Vega.
“Kau…” suaranya bergetar menahan amarah.
Memang benar, bagian dari hatinya tergores karena kata-kata itu. Putrinya dulu memang begitu naif, keras kepala, dan terlalu mencintai Surya.
Soraya menunduk, pura-pura meneteskan air mata.
“Saya dan Surya saling mencintai, Pak Gumilang. Kami tidak akan berpisah kalau saja putri Bapak tidak bersikeras ingin menikah dengan Surya."
Suaranya bergetar, penuh kepura-puraan yang terlatih. Soraya tahu, menangis adalah tameng paling aman di depan Gumilang.
“Hmhh…” Gumilang terkekeh pelan, dingin, sinis, penuh ejekan. Tatapan matanya menusuk lurus ke arah Soraya.
“Putriku memang naif karena mencintai Surya." Ia beralih menatap Surya. "Tapi kau—”
Ia mencondongkan tubuh sedikit, suaranya dingin tapi tajam.
“—kau yang memanfaatkan perasaannya. Kau berpura-pura memutuskan hubungan dengan Soraya dan menerima perjodohan. Kau mengaku menyukai putriku sejak lama tapi merasa tak pantas karena keluargamu tak berada. Alasan konyol.”
Gumilang berhenti sejenak, senyumnya mengeras.
“Tapi setelah putriku melahirkan, saat dia masih dalam masa nifas dan berjuang memulihkan diri… kau malah kembali ke pelukan perempuan itu. Selingkuh di belakang istri yang bahkan belum pulih dari luka persalinan.”
Surya mengepalkan tangan. Rahasianya terbongkar di depan semua orang. Ia buru-buru menegakkan bahu, berusaha menguasai keadaan meski keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.
“Tidak… tidak seperti itu, Yah. Aku mencintai mendiang ibu Vexia dengan tulus!"
Tatapan Gumilang tak goyah sedikit pun. “Cinta? Kalau benar cinta, mengapa satu bulan setelah putriku meninggal, kau sudah menikahi wanita yang dulu jadi selingkuhanmu? Kalau kau benar-benar mencintai putriku, kau tak akan menikahi wanita lain saat tanah makamnya bahkan belum kering.”
Surya tertunduk. Soraya kaku di tempatnya, bibirnya bergetar.
“Putri Bapak tidak bisa melayani Surya setelah melahirkan,” ucap Soraya, suaranya meninggi seiring detak jantung yang tak menentu. “Sebagai pria normal, wajar kalau Surya mencari pelampiasan. Aku hanya… terjebak dalam keadaan, bukan pencuri cinta seperti yang Bapak kira.”
Surya segera menimpali, berusaha memperkuat pembelaan istrinya.
“Soraya benar. Ibu Vexia sering sakit-sakitan sejak melahirkan. Aku pria normal, Yah… aku hanya butuh seseorang di sisiku.”
Gumilang terkekeh sinis.
“Hanya pria brengsek yang tak bisa menahan diri.”
Tatapannya berpindah ke Soraya.
“Dan hanya perempuan tak berakhlak yang mau melayani pria yang jelas-jelas sudah beristri.
Pengkhianat memang cocok dengan pelakor.”
Suasana mendadak mencekam.
Tak ada satu pun yang berani bicara
Suara Gumilang kembali terdengar. Berat, tapi dingin menusuk. “Bukan hanya mengkhianatinya. Kau bahkan memanfaatkan cinta putriku… untuk menguasai seluruh hartanya.”
Surya mengangkat wajahnya, menatap Gumilang lurus.
“Putri Bapak sendiri yang bilang dia tak bisa mengurus perusahaan, makanya dia menyerahkan semuanya padaku!” sergahnya, mulai kehilangan kesabaran.
Gumilang tersenyum hambar.
“Seharusnya aku tak pernah menuruti keinginan putriku untuk menikah dengan pria sepertimu. Dia buta karena cinta.”
Tatapannya tajam menelusuri wajah Surya dan Soraya bergantian.
“Cuma elok rupa, tapi miskin hati. Tak setia, tak tahu malu.”
Udara di ruang tamu itu seolah membeku.
Soraya menunduk dalam, pipinya menegang menahan malu.
Surya tak lagi berani menatap siapa pun.
“Jadi kalau ditanya siapa yang salah,” lanjut Gumilang lirih namun tegas, “semuanya salah. Tapi kalau ditanya siapa pengkhianat dan siapa yang tak tahu malu, jawabannya jelas.”
Ia menatap Surya dan Soraya bergantian.
“Kalian berdua.”
Tak ada yang berani bicara.
Bahkan Vega yang tadi lantang kini hanya menunduk, napasnya memburu menahan emosi.
Mandala menarik napas panjang, jemarinya memijat pelipis perlahan.
“Tampaknya kisah masa lalu ini jauh lebih rumit dari yang saya dengar…” gumamnya tenang, tapi ada nada berat di balik suaranya.
Kahyang menatap suaminya dengan tatapan pasrah, seolah ingin berkata,
"Aku pun tak menyangka sejauh ini."
Rayno hanya menatap kosong ke depan. Wajahnya datar, tapi sorot matanya menusuk. Dingin, jenuh, dan muak.
"Keluarga yang bahkan tak bisa menyelesaikan masa lalunya…" batinnya datar.
"Dan aku harus dijodohkan dengan salah satu dari mereka?"
Ia menarik napas dalam, lalu menatap Mandala yang kini balas menatapnya, seolah ingin menegaskan tanpa kata:
Suka atau tidak, ini janji yang harus ditepati.
Gumilang mengalihkan pandangannya pada Rayno. Tatapannya tajam, seolah menilai bobot jiwa cucu dari keluarga yang hendak menjadi besannya itu.
“Kalau kau memang putra keluarga Mandala,” ujarnya pelan tapi tegas, “bersiaplah. Kau akan menikahi cucuku. Bukan karena harta, tapi karena janji yang telah diucapkan jauh sebelum pengkhianatan ini terjadi.”
Ia mencondongkan tubuh sedikit, nadanya mengeras.
“Dan ingat baik-baik, Nak. Cucuku sangat berharga. Jika kau berani menyakitinya, aku akan menghapus hubungan baik antara keluarga kita, sekalipun sudah terjalin puluhan tahun. Aku tak akan tinggal diam.”
Rayno menatap pria tua itu dalam diam. Bibirnya menegang, matanya meredup. Ia tidak tahu apakah harus menolak atau menerima, tapi satu hal pasti:
Perjodohan ini bukan sekadar tradisi. Ini medan perang masa lalu.
Mandala akhirnya menghela napas panjang, memecah ketegangan yang menggantung di udara.
“Baiklah,” ucapnya datar. “Kalau begitu, di mana cucu Bapak yang akan dinikahkan dengan putra kami?”
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
anonim
Surya dan Soraya - pasangan pengkhianat dan pelakor ternyata.
Gumilang - betapa terluka hatinya sebagai seorang ayah ketika putrinya dikhianati oleh suaminya.
Putrinya, masih dalam masa nifas setelah melahirkan Vexia, berjuang memulihkan diri dari luka persalinan - suaminya selingkuh di belakangnya.
Kenyataan yang ada di masa lalu terungkap - terdengar di telinga Mandala, Kahyang dan Rayno.
Kakek Gumilang berusaha melindungi cucunya - memberikan peringatan dini - cucunya sangat berharga - kalau Rayno berani menyakiti Vexia, kakek Gumilang akan menghapus hubungan baik antara keluarga mereka.
2025-10-22
3
phity
waduuu trnyta surya soraya vega keluarga pengkhianat jg pencuri mksdku dia sdh mengambil harta yg hrusnya dimiliki vexia
2025-10-22
2
abimasta
si kakek keren penghianat dan pelakor memang cocokny disatukan,tarik semua harga purti bapak dari si penghianat
2025-10-22
2