penolakan Dan Dendam

Sore itu, sesuai rencana yang telah disusun oleh Riani, Anton datang ke rumahnya. Kedatangan Anton seolah-olah terjadi secara kebetulan, namun sebenarnya semua itu sudah diatur sedemikian rupa oleh Riani agar Anton bisa berkenalan dengan Dinda. Riani, dengan segala kelicikannya, telah merancang pertemuan ini dengan harapan bisa memanfaatkan Anton untuk mencapai tujuannya. Ia tahu bahwa Anton adalah pemuda yang mudah dipengaruhi, dan ia yakin bisa mengendalikannya untuk menghancurkan keluarga Pak Rahman.

Sejak saat itu, Dinda dan Anton semakin akrab dan dekat. Padahal, Anton adalah pemuda yang hidupnya tidak jelas, suka mabuk-mabukan, rambutnya gondrong, dan penampilannya urakan. Ia bukanlah tipe pria idaman yang biasanya diimpikan oleh para wanita. Namun, anehnya, Dinda justru terpikat pada Anton. Wajah Anton pun sebenarnya tidak bisa dibilang tampan, malah cenderung berantakan. Namun, mungkin karena sikapnya yang luwes dan kepandaiannya dalam mengambil hati, Dinda jadi suka dan terpesona pada Anton. Anton tahu bagaimana cara membuat Dinda merasa istimewa, dan ia tidak ragu untuk memberikan pujian dan perhatian yang membuat Dinda merasa nyaman di dekatnya.

Suatu sore, Anton menemui Dinda untuk mengajaknya jalan-jalan. "Din, kita jalan-jalan yuk!" ajak Anton pada Dinda dengan senyum menawan. Ia berharap Dinda akan menerima ajakannya tanpa ragu.

"Ayuk! Kebetulan Mas Anton mengajak jalan-jalan, karena aku juga bosan di rumah," balas Dinda dengan semangat. Ia sudah lama ingin menghabiskan waktu berdua dengan Anton, dan ajakan ini adalah kesempatan yang tidak ingin ia lewatkan.

"Sip, kalau begitu!" jawab Anton dengan mata berbinar-binar. Ia merasa senang karena Dinda menerima ajakannya dengan antusias.

"Kalau gitu, aku pamit dulu ya pada Bapak dan Ibu, biar mereka nanti nggak bingung mencariku!" kata Dinda sambil berjalan masuk ke dalam rumah, tanpa menunggu jawaban Anton. Ia ingin meminta izin kepada orang tuanya agar mereka tidak khawatir jika ia pergi dengan Anton.

Sesampainya di ruang tengah, Dinda melihat ayahnya, Pak Rahman, sedang duduk merokok sambil menonton televisi. Asap rokok mengepul di sekelilingnya, menciptakan suasana yang tidak sehat. "Pak, Dinda minta izin jalan-jalan ya!" kata Dinda meminta izin dengan sopan.

"Dengan siapa kamu jalan-jalan?" tanya Rahman dengan nada menyelidik. Ia ingin tahu dengan siapa putrinya akan pergi.

"Dengan Mas Anton, Pak!" jawab Dinda jujur. Ia tidak ingin menyembunyikan apa pun dari ayahnya.

"Anton yang rambutnya gondrong dan urakan itu?" tanya Pak Rahman lagi, dengan nada tidak setuju. Ia sudah mendengar tentang Anton dari orang-orang di desa, dan ia tidak menyukai pemuda itu.

"Iya, Pak!" jawab Dinda, jujur. Ia berharap ayahnya akan memberikan izin kepadanya.

"Tidak... Bapak tidak mengizinkan kamu pergi dengan Anton!" kata Pak Rahman tegas. Ia tidak ingin putrinya bergaul dengan pemuda yang tidak jelas seperti Anton.

"Tapi kenapa, Pak?" tanya Dinda kecewa. Ia tidak mengerti mengapa ayahnya tidak mengizinkannya pergi dengan Anton.

"Boleh ya, Pak!" pinta Dinda penuh harap. Ia memohon kepada ayahnya agar ia bisa pergi dengan Anton.

"Tidak! Sekali tidak, tetap tidak!" kata Pak Rahman dengan nada yang tidak bisa dibantah. Ia sudah mengambil keputusan, dan ia tidak akan mengubahnya.

"Tapi apa alasannya Bapak tidak mengizinkan saya pergi dengan Mas Anton?" tanya Dinda, suaranya mulai bergetar menahan tangis. Ia merasa sedih dan frustrasi karena ayahnya tidak memberikan alasan yang jelas mengapa ia tidak boleh pergi dengan Anton.

"Karena Anton itu pemuda luntang-lantung, tidak jelas pekerjaannya, dan suka mabuk-mabukan!" jawab Pak Rahman dengan nada meninggi. Ia mengungkapkan semua alasan mengapa ia tidak menyukai Anton.

"Tapi alasan apa yang bisa saya berikan pada Mas Anton nanti, Pak?" ucap Dinda, air matanya mulai menetes. Ia merasa bersalah karena harus menolak ajakan Anton.

"Sudah, biar Bapak yang kasih alasan padanya!" kata Pak Rahman. Ia akan menghadapi Anton sendiri dan menjelaskan mengapa ia tidak mengizinkan Dinda pergi bersamanya.

Anton yang mendengar percakapan itu dari luar rumah, hatinya langsung panas. Ia merasa dihina dan direndahkan oleh Pak Rahman. Mukanya memerah menahan amarah. Ia tidak terima diperlakukan seperti ini.

Tiba-tiba, Pak Rahman keluar dari rumah dan menghampiri Anton. "Maaf, Anton, Dinda tidak bisa pergi karena kami ada acara keluarga. Kami akan pergi ke rumah tantenya Dinda dan akan segera berangkat!" kata Pak Rahman dengan dingin.

"Oh, maaf kalau begitu. Saya permisi!" kata Anton sambil berdiri dan berjalan menuju motornya. Ia lalu pergi meninggalkan rumah Pak Rahman dengan hati yang penuh dendam. Ia tidak akan melupakan perlakuan Pak Rahman kepadanya.

Anton tidak mempedulikan lagi tatapan memelas Dinda padanya. Dalam hatinya, ia bersumpah akan membalas perlakuan Pak Rahman. "Awas kau, Rahman! Tunggu saja pembalasanku!" katanya dalam hati. Ia akan membuat Pak Rahman menyesal telah menghinanya.

Entah apa yang ada dalam pikiran Anton saat itu. Matanya tampak merah menyala menahan amarah yang luar biasa. "Tunggu pembalasanku, tua bangka Rahman!" umpat Anton dalam hati. Dadanya bergemuruh bagai gelombang tsunami yang sulit untuk dibendung. Ia merasa seperti gunung berapi yang siap meletus.

Dia tidak terima dirinya dihina seperti itu. Ia merasa seperti cacing yang tidak ada harganya sama sekali. Giginya bergemeletuk menahan emosi yang meluap-luap. Ingin rasanya ia membunuh Pak Rahman saat itu juga, agar tidak bisa lagi menghinanya. Namun, ia tahu bahwa ia tidak bisa melakukan itu. Ia harus merencanakan sesuatu yang lebih cerdik.

"Dasar tua bangka! Sudah hampir mati saja masih bertingkah!" umpat Anton dalam hati sepanjang perjalanan pulang. Hati Anton penuh sumpah serapah yang ditujukan kepada Pak Rahman. Saking besarnya amarah yang ditahannya, tubuhnya sampai menggigil seperti orang yang sedang kedinginan luar biasa, dan tangannya terkepal dengan kuat. Ia merasa seperti orang yang dirasuki oleh setan.

Sesampainya di rumah, Anton langsung masuk ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras. Ia duduk di tepi tempat tidur dengan napas terengah-engah. Amarahnya masih belum reda. Ia merasa harga dirinya telah diinjak-injak oleh Pak Rahman. Ia tidak bisa membiarkan ini begitu saja.

"Sialan! Aku akan membalasmu, Rahman! Aku akan membuatmu menyesal telah menghinaku!" teriak Anton sambil memukul dinding kamarnya dengan keras. Ia melampiaskan amarahnya dengan cara yang kasar.

Ia lalu bangkit dari tempat tidur dan berjalan mondar-mandir di kamarnya. Pikirannya dipenuhi dengan rencana-rencana jahat untuk membalas dendam pada Pak Rahman. Ia akan melakukan apa saja untuk membuat Pak Rahman menderita.

"Aku harus melakukan sesuatu! Aku tidak bisa membiarkan ini begitu saja!" gumam Anton dengan suara serak. Ia merasa seperti orang yang kehilangan akal sehat.

Tiba-tiba, ia teringat pada Riani. Ia tahu bahwa Riani juga tidak menyukai Pak Rahman. Ia lalu memutuskan untuk menemui Riani dan meminta bantuannya. Ia yakin bahwa Riani akan membantunya untuk membalas dendam pada Pak Rahman.

"Mungkin Riani punya ide untuk membalas Pak Rahman," pikir Anton. Ia merasa bahwa Riani adalah satu-satunya orang yang bisa membantunya saat ini.

Ia lalu keluar dari rumah dan bergegas menuju rumah Riani. Di sepanjang jalan, ia terus memikirkan cara untuk membalas dendam pada Pak Rahman. Amarahnya semakin membara. Ia merasa seperti orang yang berjalan menuju neraka.

Sesampainya di rumah Riani, Anton langsung mengetuk pintu dengan keras. Ia tidak sabar untuk bertemu dengan Riani dan menceritakan semua yang telah terjadi.

Riani membuka pintu dengan wajah terkejut. Ia tidak menyangka Anton akan datang ke rumahnya malam-malam begini. "Anton? Ada apa kamu datang ke sini malam-malam begini?" tanya Riani dengan nada khawatir.

"Aku ingin bicara denganmu, Ri. Ini penting," jawab Anton dengan nada serius. Ia tidak ingin membuang waktu untuk basa-basi.

Riani mempersilakan Anton masuk ke rumahnya. Mereka lalu duduk di ruang tamu. Suasana di ruang tamu terasa tegang dan mencekam.

"Ada apa, Anton? Ceritakan padaku," kata Riani dengan nada lembut. Ia berusaha menenangkan Anton yang tampak sangat marah.

Anton lalu menceritakan semua yang telah terjadi antara dirinya dan Pak Rahman. Ia menceritakan bagaimana Pak Rahman telah menghinanya dan melarang Dinda untuk pergi bersamanya. Ia menceritakan semua perasaan sakit hati dan amarah yang ia rasakan.

Riani mendengarkan cerita Anton dengan seksama. Ia bisa merasakan amarah dan dendam yang membara dalam diri Anton. Ia merasa senang karena Anton telah termakan oleh umpan yang telah ia berikan.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Terpopuler

Comments

StarJustStar

StarJustStar

Thor, aku tunggu cerita selanjutnya, kasih kabar dong.

2025-10-20

1

SitiGemini75

SitiGemini75

ya oke kak tunggu

2025-10-24

0

lihat semua
Episodes
1 Tetangga Baru
2 penolakan Dan Dendam
3 Dendam Dan Guna Guna
4 Antara Cinta Dan Keraguan
5 Jaring Jaring Semakin Menjeratnya
6 Sebuah Tanda Tanya
7 Di saat Pernikahan Dinda
8 Gita Tiba tiba Hadir
9 Tiara Ternyata Anak Bima
10 Jejak Yang Tertinggal
11 Jarak Dan Kecemasan
12 Bima Kembali Ke Desa kandri
13 Masalalu Yang Terungkap
14 Kejujuran Bima
15 Mencari Maya
16 Keadaan Setelah Kepergian Bima semalam
17 Pusaran Rahasia
18 Jaring Yang Terentang
19 Bisikan Masalalu
20 Luka bakar Raga Dan Jiwa
21 Jaring Kebohongan
22 Luka Masalalu Menyulut Bara
23 Dyah Yang Terlupakan
24 Marni Dan Rahasia Anton
25 Mencari Ki Sentanu
26 Ki Ageng Selo
27 Cahaya Dikegelapan
28 Kabar Dari Pak Gimin
29 Bisikan Dendam
30 Jejak Yang Hilang Di bukit Menoreh
31 Jejak Yang Tersembunyi
32 Mengurai Benang Kusut Masalalu
33 Jejak Sang Pengusaha
34 Sang Buronan
35 Jurang Dendam
36 Inspektur Arya Menemui Tiara
37 Pengakuan Cinta
38 Dimana Taman edelweis itu
39 Misteri Hilangnya Dinda
40 Misteri villa edelweis
41 Siapa Larasati
42 Kisah Tersembunyi
43 Luka Lama Yang Terkuak
44 Dinda Dan Larasati
45 Misteri Di Rumah Tua
46 Jejak Darah Di Rumah Tua
47 Rahasia Dalam DNA
48 Siapakah Sang Maestro
49 Rahasia Keluarga Rahman
50 Kunci Di Balik Piano
51 Kotak Musik Dan Larasati
52 Rahasia dibalik villa edelweis
53 villa Di Balik Tabir
54 Rahasia dibalik Ruangan
55 Di Bawah Naungan Edelweis
56 Jantung Villa
57 Di Balik Tirai Edelweis
58 Dalam Cengkeraman Kegelapan
59 Bisikan Dalam Kegelapan
60 Pelarian Dalam Remang
61 Bayangan Dalam Foto
62 Gema Jeritan
63 Siapa Biyung Itu Sebenarnya
64 Jejak Di Bawah Rembulan
65 Menuju Gua Hati
66 Jantung Gua
67 Rahasia Dibalik Edelweis
68 Pencarian Yang Terkutuk
69 Gerbang Dimensi Artefak terakhir
70 Taman Ilusi
71 Lorong Cermin Jiwa
72 Pewaris Yang Salah
73 Mengungkap Kebenaran
74 Warisan Dinda
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Tetangga Baru
2
penolakan Dan Dendam
3
Dendam Dan Guna Guna
4
Antara Cinta Dan Keraguan
5
Jaring Jaring Semakin Menjeratnya
6
Sebuah Tanda Tanya
7
Di saat Pernikahan Dinda
8
Gita Tiba tiba Hadir
9
Tiara Ternyata Anak Bima
10
Jejak Yang Tertinggal
11
Jarak Dan Kecemasan
12
Bima Kembali Ke Desa kandri
13
Masalalu Yang Terungkap
14
Kejujuran Bima
15
Mencari Maya
16
Keadaan Setelah Kepergian Bima semalam
17
Pusaran Rahasia
18
Jaring Yang Terentang
19
Bisikan Masalalu
20
Luka bakar Raga Dan Jiwa
21
Jaring Kebohongan
22
Luka Masalalu Menyulut Bara
23
Dyah Yang Terlupakan
24
Marni Dan Rahasia Anton
25
Mencari Ki Sentanu
26
Ki Ageng Selo
27
Cahaya Dikegelapan
28
Kabar Dari Pak Gimin
29
Bisikan Dendam
30
Jejak Yang Hilang Di bukit Menoreh
31
Jejak Yang Tersembunyi
32
Mengurai Benang Kusut Masalalu
33
Jejak Sang Pengusaha
34
Sang Buronan
35
Jurang Dendam
36
Inspektur Arya Menemui Tiara
37
Pengakuan Cinta
38
Dimana Taman edelweis itu
39
Misteri Hilangnya Dinda
40
Misteri villa edelweis
41
Siapa Larasati
42
Kisah Tersembunyi
43
Luka Lama Yang Terkuak
44
Dinda Dan Larasati
45
Misteri Di Rumah Tua
46
Jejak Darah Di Rumah Tua
47
Rahasia Dalam DNA
48
Siapakah Sang Maestro
49
Rahasia Keluarga Rahman
50
Kunci Di Balik Piano
51
Kotak Musik Dan Larasati
52
Rahasia dibalik villa edelweis
53
villa Di Balik Tabir
54
Rahasia dibalik Ruangan
55
Di Bawah Naungan Edelweis
56
Jantung Villa
57
Di Balik Tirai Edelweis
58
Dalam Cengkeraman Kegelapan
59
Bisikan Dalam Kegelapan
60
Pelarian Dalam Remang
61
Bayangan Dalam Foto
62
Gema Jeritan
63
Siapa Biyung Itu Sebenarnya
64
Jejak Di Bawah Rembulan
65
Menuju Gua Hati
66
Jantung Gua
67
Rahasia Dibalik Edelweis
68
Pencarian Yang Terkutuk
69
Gerbang Dimensi Artefak terakhir
70
Taman Ilusi
71
Lorong Cermin Jiwa
72
Pewaris Yang Salah
73
Mengungkap Kebenaran
74
Warisan Dinda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!