Tiga Tahun Kemudian

Tanpa terasa tiga tahun sudah berlalu begitu cepat. Dan saat ini di sebuah rumah kos kosan yang terlihat jelek, ada dua orang pemuda yang tengah menyantap sarapan mereka dengan makanan seadanya.

Dan kedua pemuda itu adalah Saga bersama Marko. Setelah tiga tahun lamanya mengarungi hidup yang begitu pahit di ibukota Jakarta, akhirnya mereka berdua masih bertahan dan kini telah berubah menjadi pemuda dewasa.

"Bagaimana? Enak tidak masakan ku?" tanya Saga memasang wajah penasaran.

"Huek...! ini benar benar sangat asin Saga. hah, kenapa kau tidak pintar juga menggoreng telur, padahal sudah aku bilang, kalau kasih garam jangan terlalu banyak, dan telur goreng ini, benar benar tidak bisa di makan Saga." jawab Marko sambil memuntahkan makanan yang ada di dalam mulutnya.

Mendengar omelan dari pria itu, Saga pun langsung mencicipi masakannya sendiri yang ada di atas piring, namun baru saja telur dadar itu masuk ke indra perasanya, Saga pun langsung berlari ke kamar mandi kecil dan memuntahkan isi di dalam mulutnya.

"Huekk... Asin. ini benar benar tidak bisa di makan." ucap Sagara sambil kumur kumur menggunakan air.

Dan setelah itu dia pun kembali ke hadapan Marko dan detik selanjutnya kedua pemuda itu langsung tertawa lucu karena merasa konyol dengan apa yang mereka berdua alami.

"Hahahaha...! Dasar konyol. Tingkat menggoreng telur saja aku tidak bisa." omel Saga kepada dirinya sendiri.

"Sudah tidak masalah. Yang terpenting kau masih mempunyai kemampuan yang lain, yaitu kepintaran mu dalam menguasai ilmu pengobatan, Teknologi dan juga bisnis. Jujur saja aku masih tidak percaya kalau kau merupakan pemuda yang sangat pintar, andai kau tidak hidup di jalanan bersama ku, mungkin saat ini kau sudah menjadi orang sukses dan duduk di perusahaan Saga." puji Marko sambil menopang dagunya di atas meja dan menatap wajah Saga lekat.

Saga yang mendengar pujian tersebut langsung tersenyum tipis. Sebenarnya sudah sejak lama dia menyembunyikan kelebihan yang dia miliki dari orang orang yang ada di sekitarnya, bahkan keluarganya sendiri tidak mengetahui kalau dia mempunyai kemampuan yang sangat hebat dan juga genius.

"Hah. Kau tidak usah terlalu memujiku. Karena itu semua tidak ada gunanya. Toh, sekarang aku hanyalah pemuda miskin yang tidak mempunyai harta apapun." jawab Saga seraya menghembuskan nafas kasar.

Saga masih ingat betul dengan kejadian pada malam dimana dia pergi dari rumah keluarga Abimanyu, dan mulai saat itu dia sudah tidak ada hubungannya lagi dengan keluarga kaya raya tersebut.

Namun, yang membuatnya sangat kesal, kenapa juga ibu tirinya Marisa masih terus mencari keberadaannya dan ingin menghabisi nyawanya, padahal sudah jelas kalau dia tidak ada sangkut paut lagi dengan harta yang dimiliki oleh ayahnya.

"Marko! Aku sudah lama pergi dari keluarga Abimanyu, tapi kenapa ibu Marisa masih saja mencari keberadaan ku? Bahkan dia menyuruh preman untuk menghabisi nyawaku? " tanya Saga dengan tatapan kosong.

"Entahlah, aku juga tidak tahu Saga. Padahal kau tidak ada sangkut pautnya lagi dengan keluarga Abimanyu, tapi aku merasa kalau keberadaan mu telah menjadi ancaman untuknya. "

"Iya, inilah yang membuatku curiga. Seharusnya dia lebih takut dengan posisi kak Bima, karena Kak Bima merupakan anak pertama di keluarga Abimanyu, tapi kenapa dia malah merasa takut dengan kehadiran ku? " tanya Saga dengan raut wajah bingung.

Hingga tak lama kemudian, Saga teringat kembali akan kejadian beberapa tahun lalu yang hampir saja merenggut nyawa mereka berdua, andai saja saat itu mereka tidak ditolong oleh sekelompok preman yang ada di pasar, sudah pasti dia sudah lama meninggal dunia.

"Marko. Aku merasa sangat berhutang budi kepada bos Jarwo, berkat dia kita bisa selamat dari serangan ketujuh preman yang mau menghabisi nyawaku. " ucap Saga dengan tatapan yang begitu dalam.

Marko yang mendengar perkataan Saga langsung memasang wajah sedih. Sungguh tanpa bos Jarwo mungkin mereka bukan apa apa sampai saat ini, pria berusia 40 tahun itu merupakan orang yang baik, karena sudah mau menjadikan mereka berdua sebagai anak buah kesayangannya.

"Kamu benar Saga, andai pada waktu itu bos Jarwo tidak datang menyelamatkan kita, mungkin saja kau sudah jadi almarhum sekarang. "

"Iya, bos Jarwo merupakan dewa penyelamatku. Dan aku telah berjanji kepada diriku sendiri untuk mengabdikan diri kepada pria itu. " timpal Saga dengan begitu serius.

Bos Jarwo sendiri merupakan ketua preman di pasar Rebo, sejak Saga dan Marko diselamatkan oleh Bos Jarwo, keamanan mereka berdua telah di jamin oleh pria tersebut, bahkan anak buah ibu Marisa yang dia utus untuk mencari keberadaan Saga tidak pernah bisa berhasil menemukan Saga.

Bahkan bos Jarwo juga tidak segan menghabisi para preman yang berusaha terus mengganggu kehidupan Saga. Hingga tanpa terasa usia Saga sudah menginjak 23 tahun, dan kali ini mereka berdua akan kembali menjalankan misi yang diberikan oleh Bos Jarwo untuk menjadi mata mata para mangsa yang akan mereka incar nyawanya.

"Saga. Ayo kita pergi ke markas bos Jarwo. Kebetulan kemarin dia menawarkan misi untuk kita berdua." ajak Marko membuat Saga tersenyum.

"Baiklah, aku ambil tasku dulu. " jawab Saga bersemangat sambil membawa tas slempang jelek di legan tangannya..

Setelah itu Saga dan Marko menaiki motor jelek milik mereka, motor itu Saga beli menggunakan uang yang diberikan oleh bos Jarwo di saat dia berhasil menjalankan misinya.

Brummm.. brummmm..

Motor rx king milik Saga melaju dengan kecepatan kencang menuju ke markas bos Jarwo yang ada di pinggiran kota Jakarta. Hingga tak lama kemudian, Saga bersama Marko sudah tiba di depan rumah lusuh yang terlihat kumuh.

Rumah itu merupakan markas dari geng preman milik bos Jarwo yang bernama Geng Kapak. Jarwo sendiri adalah mantan narapidana yang sepuluh tahun yang lalu pernah mendekam di dalam penjara atas tuduhan penyelundupan barang terlarang yang tidak pernah dia lakukan.

Dan setelah keluar dari penjara, Jarwo memutuskan untuk membuat organisasi geng preman miliknya sendiri, yang bekerja sebagai pembunuh bayaran, penjualan barang terlarang, perjudian dan juga masih banyak lagi hal hal kriminal yang dia jalankan. Namun, khusus untuk Saga dan juga Marko yang telah menjadi anak buah kesayangannya, Jarwo tidak pernah memaksa kedua pria itu untuk menjalankan misi kriminal yang dia jalankan di dalam geng miliknya.

"Selamat pagi bos." sapa Saga dan Marko yang sudah masuk ke dalam ruangan gelap milik bos nya itu.

"Kalian. Akhirnya kalian berdua muncul juga." ucap pria itu yang berada di dalam kegelapan.

Hingga tak lama kemudian, lampu di dalam ruangan tersebut mulai berubah menjadi terang benderang setelah dihidupkan oleh Saga yang memencet tombol di ruangan itu.

Ctekkk...

"Bos! Kenapa kau suka sekali dengan kegelapan bos? Bukankah ruangan yang gelap itu benar benar sangat membosankan?" tanya Saga kepada pria yang menjadi bos nya itu.

"Kau benar Saga. Tapi dengan ruangan yang gelap aku bisa menjadi aman dan damai." jawab Jarwo sambil tersenyum tipis.

"Halah, bos bisa saja. Sekarang ayo kita membicarakan hal yang harus kita bicarakan." ajak Sagara sambil menghempaskan bokongnya di samping kursi kayu yang duduki oleh pria tersebut.

Sedangkan Marko masih berdiri tepat di hadapan mereka berdua, hingga tak lama kemudian, kedua mata Marko menatap terkejut saat melihat ada darah yang merembes keluar dari bagian perut sebelah kanan milik bos nya itu.

"Bos! Apa ini? Kenapa perut bos mengeluarkan banyak darah?" tanya Marko yang langsung berjongkok di hadapan pria itu.

Begitu juga dengan Saga. Sungguh jantungnya berdetak kencang saat melihat keadaan yang terjadi kepada bosnya tersebut.

"Bos! Apakah bos habis bertempur?" tanya Saga menatap lekat kedua mata bosnya itu.

"Iya. Sebenarnya aku tidak bertempur, tapi aku diserang oleh sekelompok orang berbaju hitam yang menggunakan penutup wajah. Sepertinya mereka adalah orang-orang yang menjadi pelindung untuk mangsa kita selanjutnya." jelas Jarwo membuat kedua pemuda itu langsung menatap terkejut.

"Apa...! Jadi maksud bos! Pria yang menjadi incaran kita sudah mengetahui rencana yang akan kita lakukan? Sehingga dia pun langsung menyewa para Bodyguard untuk memberikan serangan kepada kita sebelum kita melakukan penyerangan untuk dirinya!" tebak Sagara yang diangguki oleh bos nya itu.

Brakkk....

"Sial. Kenapa ini semua bisa terjadi? Apa mungkin ada mata mata di dalam geng kita bos!"

"Mungkin saja. Aku juga mencurigai hal ini. Saga! Mulai sekarang kau ku angkat menjadi pemimpin di geng milik kita. Sedangkan kau Marko, aku telah menjadikan mu Ketua utama di geng milik kita. Sepertinya usiaku tidak akan lama. Dan aku harap kalian berdua bisa menjaga geng ini dan menjadikannya sebagai klan mafia terhebat di negara ini." ucap Jarwo dengan wajah yang begitu memucat.

Melihat keadaan kritis yang dialami oleh bos nya, dengan cepat Saga dan Marko pun langsung berlari menuju ke kotak obat untuk mengambil P3k yang ada di sana.

"Bertahanlah bos. Kami akan menyelamatkan mu." ucap Saga dengan nada bergetar.

Hingga detik kemudian...

Deghhh....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!