Langkah kaki Saga terdengar menggema di jalanan sepi yang ada di komplek perumahan . Dia yang memutuskan untuk keluar dari rumah, tampak memasang wajah begitu marah dan penuh dendam.
Saga pergi tanpa membawa uang sepeserpun. Bahkan dia hanya membawa tas ransel lusuh yang dia letakkan di bahu kirinya. Saga memang terbilang anak yang kurang beruntung, walaupun ayahnya merupakan Pembisnis kaya raya, tapi Saga tidak pernah sekalipun mendapatkan kemewahan dari pria yang menjadi ayahnya itu.
Bisa di bilang Saga hanyalah remaja yang miskin, bahkan uang saku saja dia jarang mendapatkannya, karena ayahnya begitu membenci Saga dan selalu menuduh Saga sebagai dalang dibalik Kematian istrinya dulu.
"Lihat saja. Aku tidak akan sudi kembali lagi ke rumah neraka itu, dan aku akan berjuang keras untuk sukses tanpa bantuan mu Tuan Abimanyu!"
Saga terus mengomel dengan nada geram, dia bahkan berkali kali meninju angin menggunakan kepalan tangannya. Dan di saat langkah kakinya menemukan botol, Saga pun langsung menyepak botol itu dengan sangat keras.
Brakkkk....
"Dasar sialan! Keluarga macam apa yang aku miliki! Mereka semua benar benar menjengkelkan!" maki Saga meluapkan emosi di dalam hatinya.
Hingga tanpa terasa langkah kaki Saga sudah tiba di depan gerbang komplek perumahan itu. Salah satu satpam yang bernama Pak Budi menatap terkejut melihat keberadaan Saga yang ada di dekat gerbang. Lalu dengan cepat pak Budi segera berlari mendekati remaja berwajah kusut itu, seraya bertanya dengan nada penasaran.
"Tuan Saga! Loh, tuan mau pergi kemana malam malam begini? Kenapa tuan terlihat sangat kusut?" tanya pak Budi membuat Saga tersenyum kecut.
"Pak. Mulai sekarang jangan panggil aku dengan sebutan Tuan lagi, karena aku bukan tuannya pak Budi. Panggil saja aku Saga." ucap Saga memerintah pak Budi.
"Baiklah Saga, tapi kalau bapak boleh tahu, kamu mau kemana malam malam begini? Apa kamu tidak takut di marah oleh papamu?"
"Enggak. Mulai malam ini aku bukan lagi putra dari tuan Abimanyu. Aku sudah keluar dan putus hubungan dari pria menyebalkan itu, dan aku akan hidup di luar tanpa ikatan apapun lagi dengannya."
"Apa..! Jadi kamu!"
"Maaf pak. Aku harus pergi sekarang juga, sampai bertemu kembali pak Budi." ucap Saga sambil tersenyum tipis.
Namun baru saja langkah kaki Saga melangkah, pak Budi langsung menarik tangan Saga dan berusaha menghentikannya.
"Tunggu Saga. Emm, maaf kalau bapak telah menyinggungmu. Apakah kamu mempunyai uang?" tanya pak Budi membuat Saga memasang wajah terkejut.
"Tidak. Saya tidak mempunyai uang pak. Bahkan sepeser rupiah pun saya tidak mempunyainya."
"Benarkah! Kalau begitu, ini bapak ada sedikit uang untuk kamu. Ambillah untuk uang jajan mu di jalan."
Pak Budi memberikan uang 200 ribu ke tangan Saga. Saga yang melihat uang itu merasa tidak enak, lalu dia menolak dan berniat mengembalikan uang tersebut di tangan pak Budi kembali.
"Pak! Apa yang bapak berikan? Aku tidak mau menerima uang ini pak."
"Eits, jangan menolak pemberian dariku Saga. Gunakan uang ini untuk bekal mu di jalan. Bapak doakan semoga kamu mendapatkan kebahagiaan di luar sana."
Mendengar doa dari pak Budi, Saga langsung berhambur memeluk tubuh pria paruh baya itu. Lalu dia berjanji kalau suatu saat nanti dia akan membalas kebaikan yang diberikan oleh pria itu kepadanya.
Brukk...
"Terimakasih banyak pak Budi. Aku janji suatu saat nanti akan kembali untuk menemui pak Budi lagi." ucap Saga dengan nada sedih.
"Sama sama nak. Semoga kamu bahagia hidup diluar sana." jawab pak Budi dengan begitu tulus.
Lalu Saga berjalan kembali meninggalkan wilayah perumahan elit itu. Dia terlihat tersenyum guna menyembunyikan kesedihan yang ada di dalam hatinya.
"Semangat Saga! Kau pasti bisa tanpa keluarga tuan Abimanyu." gumamnya menyemangati dirinya sendiri.
Hingga tanpa terasa, Saga sudah tiba di depan jalan besar, lalu dia berjalan menyusuri kota Jakarta yang terlihat masih ramai. Banyak mobil yang berlalu lalang di sana, Saga yang sudah terbiasa berjalan kaki tak merasa takut sedikitpun. Sebab dia memiliki banyak kenalan yang bisa dia singgahi.
Kruukk. KRukkk...
Dan di saat tiba di depan penjual nasi goreng, tiba tiba saja perut Saga terdengar berbunyi, dia baru ingat kalau dia belum sempat menyantap makan malam bersama keluarganya, karena ibu tirinya yang bernama Marisa tidak memberikan dia makanan.
Lalu sambil mengelus perutnya yang lapar, Saga pun mengeluarkan uang 100 ribu dari saku celananya, dan dia berniat untuk membeli makanan di warung tersebut.
"Lebih baik aku belanjakan dulu uang ini untuk membeli makanan. Setelah perut kenyang, baru aku bisa berpikir kemana aku harus pergi selanjutnya." gumam Saga seraya melangkahkan kakinya ke warung Nasi goreng itu.
Setibanya di warung, Saga memesan dua porsi nasi goreng yang berharga 10 ribu per bungkus nya, dengan lauk telur dadar dan juga acar, nasi goreng itu terlihat begitu enak. Dan setelah nasi goreng tersaji di hadapan Saga, dia langsung menyantapnya dengan begitu rakus, sedangkan satu porsi lagi, Saga Bungkus guna untuk bekalnya di perjalanan.
Namun, di saat Saga sedang menyantap makanan miliknya, tiba tiba saja dia dikejutkan dengan kehadiran beberapa orang yang langsung menggebrak meja yang dia tempati.
Brakkkk....
Jantung Saga terlonjak kaget mendengar suara gebrakan meja tersebut, lalu Saga menatap ke wajah tiga orang preman yang berdiri di hadapannya dengan penampilan urakan dan juga begitu sangar.
Saga yang melihat kehadiran mereka langsung tersenyum menyeringai, dia tahu kalau kedatangan dari ketiga preman itu pasti ulah dari ibu tirinya yang bernama Marisa.
"Cih! Dasar wanita licik!" rutuk Saga tersenyum geram.
Ketiga preman yang melihat senyuman Saga menjadi sangat geram. Lalu salah satu dari mereka berniat merebut piring yang ada di hadapan Saga guna membuat marah anak remaja itu.
"Hei anak ingusan sialan! Bisa bisanya kau tetap bersikap santai di hadapan kami! Bawa sini piring mu!" bentak preman itu dengan nada marah.
"Hentikan. Berani menarik piringku, maka kalian akan berhadapan denganku!"
"Apa!! Dasar sombong kau anak sialan! Ayo kita hajar dia!" ajak preman yang lain kepada rekannya.
Saga yang melihat serangan mereka langsung bangkit dari duduknya dan berlari keluar dari meja sambil membawa plastik bungkusan Nasgor di tangannya. Saga tidak akan bertarung di warung orang lain yang bisa membuat orang itu menjadi rugi.
"Kalau bisa kejar aku!" tantang Saga sambil terus berlari kencang.
Para preman tidak tinggal diam, mereka bertiga segera mengejar Saga dengan begitu marah.
"Tangkap anak sialan!" teriak salah satu preman membuat semua orang yang berada di tempat itu langsung menatap ke arah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments