"Perkenalkan, saya Eri, Nona, wali sistem yang akan membantu Nona untuk tidak jadi pecundang untuk kedua kalinya," kata sosok mungil bercahaya biru itu, tersenyum tengil.
Alis Selma berkerut kesal karena kalimat sarkas itu, dia rasanya mau menyentil sosok kecil tersebut, tapi di saat yang bersamaan dia juga terpukau dengan sosok yang menyebut dirinya Eri itu.
Saat tenggelam, Selma tidak melihat dengan jelas cahaya biru yang muncul di depannya, tapi sekarang dia mampu mendeskripsikan secara rinci penampilan perempuan mungil sekecil tinkerbell itu.
Eri punya aura biru lembut yang berpendar di sekeliling tubuhnya. Dia seperti entitas digital dalam wujud manusia. Rambutnya panjang sampai mata kaki, mengalir lembut seperti terbuat dari partikel cahaya. Dia mengenakan gaun holografik berpotongan sederhana.
"Oke, jadi aku beneran hidup kembali, dapetin sistem dan kamu wali sistem kayak guardian angel gitu?" tanya Selma memastikan, masih menggenggam pergelangan tangan kanannya yang nyeri.
"Begitulah, Nona," jawab Eri mengangkat bahunya. "Tapi tidak untuk guardian angel."
Tiba-tiba suara beep monitor melonjak, seolah merespons sesuatu yang tidak terlihat dalam tubuh Selma. Hawa dingin berangsur-angsur merayap dari ujung jari hingga bahunya.
"Aah…" rintih Selma.
Apa lagi ini?
Nyeri di pergelangan tangannya belum hilang sepenuhnya.
Kemudian, menyusul suara mekanis yang menggema di kepala Selma lagi.
[DING]
Kali ini jauh lebih nyaring sampai menusuk seperti nada logam yang menghantam syaraf.
[Sinkronisasi sistem lanjutan]
[77%...]
[88%...]
[Aktivasi penuh dimulai]
Selma spontan menggigit bibir dengan tubuhnya yang menegang. Tangannya yang dipasangi infus segera mencengkram pergelangan tangan satunya. Semakin nyeri. Lebih panas. Seperti api kecil yang menyala di bawah kulitnya.
"Aaarghhhhh…" ringis Selma. Sementara Eri melayang hinggap di pundak gadis itu dan duduk tengil di sana, menatap pergelangan tangan Selma yang mulai memunculkan cahaya biru yang merembes keluar dari nadi.
"Ini ada apa?" rengek Selma. Sakitnya kian tajam, bukan luka tapi seperti ada yang melukis di bawah kulitnya dari dalam.
"Itu adalah bagian dari kontrak Sistem Waktu Eri, Nona. Jika Anda ingin balas dendam harusnya nyeri kecil seperti itu bisa Nona tahan," kata Eri tersenyum.
Oh gosh! Sakitnya! Selma sampai menunduk dalam-dalam. Sikap tengil dan sarkastis Eri membuatnya perasaannya bercampur sebal.
Pelan-pelan muncul tiga garis tipis yang membentuk pola teratai di pergelangan tangan kanan Selma. Setiap garis terasa seperti jarum es yang menusuk nadi.
Napas Selma tersengal, matanya berair tapi rasa nyeri itu berangsur-angsur hilang digantikan rasa yang … menakjubkan.
[DING]
[Aktivasi penuh berhasil]
[Tanda tiga cahaya jiwa terpasang]
Selma menatap pergelangan tangannya yag masih berkilauan samar. Ya, tiga tato membentuk pola teratai bercahaya biru itu berdenyut pelan di bawah kulitnya.
Dia mengangkat tangannya perlahan, menatapnya di bawah cahaya lampu.
Cantik…
Iris kecokelatannya berbinar takjub.
Sementara itu, Eri melompat ke udara dan melayang lagi di sekitar Selma dan berhenti di hadapan gadis itu. Sekitar setengah meter jaraknya. Disusul kemunculan sebuah panel holongram transparan berwarna biru setinggi dada.
"Ini adalah kontrak Sistem Waktu Eri untuk Anda, Nona."
Di dalamnya, muncul simbol-simbol aneh dan angka berputar sebelum berganti jadi barisan teks bercahaya.
Di sudut kanan atas, tiga simbol yang sama persis di pergelangan tangan Selma.
Gadis itu mengerutkan kening, matanya memicing.
"Inti dari isi kontraknya apa?" Selma mengangkat tangannya yang diinfus untuk menyentuh kepala, "…kepala aku masih pening nggak bisa baca pasal-pasal panjang kayak gini," protesnya.
Eri yang melayang di samping panel sontak mengangkat alis dan menghela napas malas. Dia lalu meringkas semua isi kontrak. Tunggu saja kalau Selma gagal menjalankan misi, Eri akan tertawa puas saat gadis itu kena hukuman.
Eri mulai menjelaskan. "Tiga pola yang ada di pergelangan tangan Anda adalah bentuk dari cahaya jiwa yang yang harus Anda jaga selama melakukan balas dendam, Nona."
"Jika selama balas dendam Nona kehilangan ketiganya, Nona akan mendapatkan hukuman paling sunyi, bukan kematian, tapi… kehilangan rasa jadi manusia. Nona akan jadi wujud tanpa emosi yang terdampar di berbagai timeline."
Selma menelan salivanya berat. Tentu dia tidak mau kehilangan rasa sebagai manusia. Dia cuma mau balas dendam pada orang-orang yang mengkhianatinya.
"Oke, aku udah ngerti, Eri, pokoknya aku harus jagain tiga tato ini supaya nggak hilang, kan?"
"Ya, Nona. Dan itu bukan tato, tapi tanda cahaya jiwa Anda."
"Iya, tahu, cuma mau nyebut tato aja biar singkat gitu." Selma kemudian mengerutkan bibir sekilas.
"Eh, bisa nggak, kamu nggak usah panggil aku dengan kata nona."
"Jadi Anda ingin dipanggil dengan apa? Host, Tuan Putri, Yang Mulia, The Sweetest Girl, Princess –," kalimat Eri terpotong.
"Nggak semuanya, cukup panggil nama aku aja, kamu mini banget, kalau kamu manggil aku kayak gitu, rasanya aku memperbudak anak kecil."
"Baiklah… Selma."
"Langsung nurut lagi, kayaknya bibir kecilnya dari tadi emang najis banget manggil aku Nona."
"Saya bisa mendengar suara pikiran Anda, Selma."
Selma melengkungkan bibir ke bawah dan tersenyum. “"Ooppss, oke fine, oh iya satu lagi ngomongnya santai aja gitu, nggak usah kaku-kaku amat."
"Oh iya, aku punya pertanyaan."
"Apa itu?"
"Kenapa aku kembalinya di umur 16 tahun, kenapa bukan di waktu mama aku masih hidup?" tanya Selma, matanya berkilat sedih.
Eri mengedikkan bahu mungilnya. "Cahaya Jiwa kamu cuma mampu bawanya ke masa ini. Dan harusnya kamu bersyukur papa kamu masih hidup di sini."
"Iya juga yah, kalau, begitu lanjut."
"Oke, Selma," kata Eri cepat. Selanjutnya Eri melayang ke sebelah kanan panel hologram. Isinya sudah tidak menampilkan pasal-pasal kontrak yang malas dibaca Selma, melainkan berubah jadi data Selma sebagai host.
[DATA]
Nama: Selma Ratu Pradipta
Usia Fisik: 16 tahun
Status Sosial: Pewaris Tunggal Pradipta Group
Status Sistem: Kontrak Aktif
Cahaya Jiwa: 3/3
Level Host : 1
[ATRIBUT DASAR]
Kecantikan: 80/100
Kecerdasan: 72/100
Keberanian: 85/100
Kekuatan Mental: 70/100
Kekuatan Fisik: 40/100
Empati: 83/100
Ketenaran: 50/100
Stabilitas Emosi: 35/100
Kepercayaan: 90/100
Cinta: 100/100
Kekayaan: Rp. 151.000
Hadiah awal :
- Ingatan Masa Lalu
- Mata Waktu
- Baca Pikiran
Mata Selma memindai baris per baris dari data dan atribut tersebut. Ya, dia paham nilai kecantikannya cuma segitu pasti karena saat ini auranya berkurang karena masuk rumah sakit.
"Di masa ini, kamu terlalu percaya sama semua orang, Selma, sampai kamu tidak bisa menilai niat buruk mereka," kata Eri.
"Hubungan kamu dan Julio di sini masih lovey-dovey, makanya angka status cinta kamu maksimal."
"Semua angka itu akan berubah setelah kamu menyelesaikan misi-misi yang ada, baik misi pendamping, maupun misi utama dan misi tambahan."
"Okay, i got it, Eri, tapi yang nggak aku ngerti kenapa kekayaan aku cuma 151.000. C'mon… Terus hadiah awalnya kok nggak ada uang atau saham berapa persen gitu," protes Selma, tidak terima.
Eri mendengus kesal, dia belum selesai menjelaskan tapi Selma sudah menyela.
"Kamu dapat jawabannya nanti, aku lanjut dulu ke penjelasan hadiah awal."
"Okay, okay, fiiineee… silakan lanjut, Eri."
"Tiga hadiah awal bisa aktif kalau kamu memintanya untuk aktif, Selma."
Eri kemudian melipat tangan di dada. "Kamu tidak mendapatkan hadiah uang karena kamu memang sudah kaya raya."
"Tapi, kenapa kekayaan aku cuma 151.000 rupiah doang, Eri?"
"Coba aktifkan hadiah ingatan masa lalu," kata Eri. "Supaya kamu tahu kenapa kekayaan kamu cuma segitu."
"Caranya?"
"Cukup bilang Eri, aktifkan hadiah ingatan masa lalu ... misalnya."
"Okey." Selma spontan meluruskan punggungnya meski raganya yang sekarang lemah. Oh iya, dia juga memang lupa kenapa bisa ada di rumah sakit.
"Eri, aktifkan hadiah ingatan masa lalu," titah Selma.
[Ding]
[Ingatan masa lalu mulai diaktifkan]
Loading…
10%...
20%...
Selma spontan mengerutkan kening karena merasa kepalanya pening lagi.
"Karena kami masih level 1, semua fitur dan hadiah akan menyebabkan efek samping, Selma."
"Ehmm, iya, iya, aku juga udah paham kok sebelum kamu jelasin," kata Selma meringis.
Beberapa saat kemudian…
100%
[Ding]
[Ingatan masa lalu aktif penuh]
Di momen itu, Selma langsung ingat kalau dia berada di rumah sakit karena kecelakaan menabrak pembatas jalan. Dia mengemudi kencang saat mabuk dan tanpa SIM karena ingin mendapatkan perhatian papanya. Tapi, berakhir dia dinilai pembangkang dan mencoreng nama keluarga, sehingga dia dihukum. Semua kartunya diblokir, sahamnya dibekukan, aset yang diberikan oleh papanya ditahan. Dia kemudian menoleh pada tas mininya yang ada di meja terdekat. Untung di dalam tasnya masih tersisa uang 151.000 rupiah.
Eri melayang ke depan wajah Selma dengan tatapan tengil. "Bagaimana? Sudah paham kenapa kekayaan kamu sisa itu?"
"Iya… Iyaa…" kata Selma menekuk bibirnya. “Lanjut yang dua hadiah awal lain.”
"Mata Waktu membuat kesadaran kamu terhubung dengan arus waktu lima sampai sepuluh detik ke depan, bisa aktif sendiri kalau kamu dalam bahaya, tapi akurasinya cuma 70%. Penggunaan cuma 5 kali sehari."
"Oke, ngerti."
"Baca Pikiran, sepertinya kamu tahu kan, maksudnya? Karena kemampuan analisis kamu tinggi."
"Ya, aku bisa baca pikiran orang lain, tapi pasti ada efek samping lagi atau semacam batas penggunaan, kan?" Selma mengangkat tangannya yang terdapat tiga tanda cahaya jiwanya. "Misi balas dendam aku aja harus terikat sama kontrak."
"Ya, begitulah."
"Jadi bagaimana kelanjutan penjelasannya?"
"Kamu harus aktifkan dengan perintah, saat banyak orang di dekat kamu, pasti bising dan bikin kepala kamu pusing dan mual. Durasi penggunaan dua jam sehari."
"Kalau level aku naik artinya, durasinya juga meningkatkan dan efek samping berkurang, gitu kan?"
"Ya, Selma."
"Oke, aku udah paham."
Di tengah percakapan mereka, tiba-tiba pintu terbuka pelan.
Klik…
Dari balik sana seorang gadis muda seumuran Selma muncul dengan tampilan feminin yang sederhana. Ya, itu Debora. Sahabat Selma yang berkhianat. Tapi, di masa ini dia belum jadi saudari tiri Selma.
Uwhhh…
Lihatlah dia yang masuk dengan senyum hangat dan tatapan berbinar cerah. Dulu, Selma bahagia punya sahabat sebaik Debora. Tapi, ternyata aslinya gadis licik ini cuma tampangnya yang seperti bidadari, tapi hatinya seperti iblis.
"Selma… akhirnya kamu sadar juga," kata Debora lembut, menghampiri Selma dan memeluknya. Sementara itu, tatapan Selma yang tadi ceria berubah jadi tajam menusuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments