Bab 2, Hari pertama sebagai permaisuri Elara

Matahari belum sepenuhnya naik ketika Aira atau kini, Permaisuri Elara duduk di depan meja rias besar yang dihiasi batu giok.

Puluhan pelayan perempuan berbaris rapi, menunduk dalam diam. Tak satu pun berani bicara sebelum ia memberi perintah.

Dalam ingatannya, adegan ini pernah ia baca di bab awal novel.

Permaisuri Lian yang sekarang tubuhnya ia huni biasanya akan duduk diam, membiarkan para pelayan menata rambutnya sambil menunduk patuh seperti boneka.

Tapi Aira bukan boneka.

Tangannya menyentuh sisir emas yang berat di atas meja.

“Berhenti.”

Satu kata, datar, tapi cukup membuat semua pelayan kaku.

“Bawa keluar semua ini. Aku tak suka sesuatu yang berisik di sekitarku.”

Suara itu pelan, namun penuh tekanan. Seorang pelayan muda berani bertanya dengan gemetar,

“Yang Mulia… tapi ini—”

Elara menatapnya. Tatapan tajam yang biasa ia gunakan di ring tinju, kini menusuk lebih dalam dari pukulan mana pun.

“Apakah aku terdengar seperti sedang menawar?”

Gadis itu menunduk cepat-cepat, memanggil pelayan lain, dan membawa pergi peralatan rias.

Keheningan kembali turun, tapi kali ini berbeda. Udara seolah menahan napas.

Aira menghela perlahan. Dalam hatinya, ia bergumam,

“Begitu banyak ketakutan di tempat ini. Satu kesalahan, satu tatapan bisa berarti mati. Menarik.”

Ia berdiri, berjalan menuju balkon yang terbuka. Dari sana, istana tampak luas dan menakutkan. Menara-menara tinggi berhiaskan bendera emas, dan di tengahnya berdiri bangunan utama tempat Kaisar Kaelith Raen tinggal.

Kaisar.

Nama yang hanya muncul sekilas di novel dingin, rasional, dan nyaris tanpa emosi.

Di cerita aslinya, permaisuri ini mati tanpa pernah melihat senyumnya.

“Terlalu menyedihkan untuk diulang,” gumamnya.

Suara langkah kaki terdengar dari pintu.

Seorang wanita berusia sekitar tiga puluh lima tahun masuk, mengenakan jubah pelayan utama berwarna biru tua. Wajahnya tenang, tapi matanya tajam seperti sedang menilai.

“Selamat pagi, Yang Mulia Permaisuri. Saya Miraen, kepala pelayan yang ditugaskan langsung oleh Istana Kaisar. Saya datang untuk menyampaikan jadwal Anda hari ini.”

Aira—Elara—menatapnya sebentar. “Jadwal?”

“Ya, Yang Mulia. Pukul sembilan Anda diharapkan menghadiri jamuan sarapan bersama Selir Valen dan beberapa pejabat wanita istana. Setelah itu, Anda diizinkan mengunjungi taman dalam.”

Nama itu membuat Aira membeku sepersekian detik.

Valen.

Lady Valen wanita yang dalam novel adalah cinta sejati sang Kaisar, dan penyebab kematian permaisuri.

Aira tersenyum tipis.

“Dia yang memintaku hadir?”

Miraen menunduk. “Benar, Yang Mulia. Selir Valen berkata… ia ingin mengenal Anda lebih dekat.”

Aira tertawa pelan. Tawanya rendah, nyaris terdengar seperti bisikan.

“Mengenal, atau menilai?”

Miraen tampak kaget, tapi cepat menunduk lagi. “Saya tidak berani menafsirkan niat beliau.”

Aira berjalan perlahan melewati pelayan itu, menyentuh pinggiran meja giok dengan jemarinya. “Baiklah. Katakan padanya aku akan datang. Tapi pastikan mereka tahu satu hal.”

Miraen menegakkan tubuhnya, menunggu.

Elara menatap ke arah jendela di mana sinar matahari mulai menembus tirai.

“Aku bukan permaisuri yang sama seperti kemarin.”

Beberapa jam kemudian, istana bagian timur penuh dengan bisik-bisik.

Para selir dan pelayan berbisik di balik kipas, membicarakan bagaimana Permaisuri Elara yang lembut itu kini berubah lebih tenang, tapi dengan aura yang membuat siapa pun sulit bernafas.

Dan di menara tertinggi, Kaisar Kaelith Raen sedang membaca laporan pagi.

Tangan panjangnya berhenti di tengah halaman saat mendengar suara kasim melapor,

“Yang Mulia, Permaisuri meminta izin untuk menghadiri jamuan bersama Selir Valen.”

Kaelith tidak menatap siapa pun.

Hanya ada desah pelan keluar dari bibirnya, nyaris seperti tawa samar.

“Permaisuri?” katanya datar. “Aku pikir dia tak akan berani.”

Matanya yang tajam menatap keluar jendela.

Untuk pertama kalinya dalam waktu lama, senyum kecil muncul di wajah yang biasanya tak berperasaan.

“Menarik,” katanya pelan.

“Mari kita lihat… sejauh mana dia berani bermain.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!