BAB IV: Ukiran Kuno dan Kebenaran yang Terlarang

Kehadiran Kyra di kamar Luna, lengkap dengan pistol, segera meredakan ketakutan dan menggantinya dengan insting bertahan hidup. Ketegangan antara dua saudara kembar itu sejenak menguap, digantikan oleh naluri Pengawas dan Bidadari yang terancam.

"Danu datang sendiri. Kenapa?" Arion bertanya cepat, sambil meraih ponsel flip kuno yang ia temukan, memasukkannya ke saku celananya.

Kyra menyimpan pistol itu di balik punggungnya. "Dia tidak suka membagi kekuasaan. Dia pasti datang untuk menanyakan Bukti dari Ayah. Dia mengira aku yang mengendalikannya. Cepat! Kita tidak punya waktu!"

Luna mengeringkan air matanya dengan cepat. Ekspresi ketakutan yang sesaat ia tunjukkan kini digantikan oleh kekosongan dingin. Ia menarik napas dalam-dalam. "Dia tidak akan melukai kita. Dia butuh Gelang ini. Aku adalah aset terbesarnya."

"Dia bukan aset, Luna. Dia adalah ancaman!" bantah Arion. Ia menatap Kyra, "Aku akan turun. Kalian berdua tetap di sini. Luna, tutup pintunya, jangan bersuara."

"Tidak, Kak!" tolak Kyra. Ia menarik tangan Arion, tatapannya tegas. "Dia tidak akan percaya jika hanya Kakak yang menghadapinya. Dia datang untuk kami. Kami harus turun bersama. Pura-pura kita sedang beradu mulut. Pura-pura Kakak sedang mencoba mengendalikan kami berdua."

Arion melihat logika Kyra. Danu tahu betapa kuatnya ikatan mereka; ia akan mencurigai perlawanan yang terlalu terorganisir. Mereka harus menunjukkan kekacauan emosional.

"Baik. Kyra, di mana kau menyembunyikan Kunci Perak itu?" desak Arion.

"Di kalung liontin berbentuk hati, hadiah dari Ayah," jawab Kyra, menunjuk ke lehernya. "Sekarang, berikan Luna Kotak Musik itu. Itu satu-satunya yang bisa membuatnya stabil saat berhadapan dengan Danu."

Luna segera mengambil kotak musik berisi rambut jimat itu, memeluknya erat-erat. Ia tampak lebih tenang. Arion menghela napas. Keterikatan mereka pada simbol-simbol kematian dan pengorbanan sangat kuat.

Mereka bertiga berjalan menuruni tangga. Arion berada di tengah, dengan Kyra memegang lengan kirinya dan Luna memegang lengan kanannya—sebuah konfigurasi yang menunjukkan kepemilikan ganda dan konflik.

Di ruang tamu, Danu berdiri di ambang pintu, jaket kulitnya yang mewah dan raut wajahnya yang serius tampak kontras dengan suasana pagi yang sejuk. Danu adalah pria yang tampan, dengan aura pemimpin yang tenang, tetapi matanya memancarkan keserakahan yang tersembunyi.

"Arion. Aku mencarimu di kantor. Kau tidak datang," kata Danu, suaranya terdengar ramah. "Aku mendengar teriakan, jadi aku mampir. Ada apa? Kalian berdua bertengkar lagi?"

"Danu," sapa Arion, nadanya tenang dan logis, menahan emosinya agar tidak terbaca. "Tidak ada yang serius. Hanya sedikit perdebatan. Mereka tidak mau sekolah hari ini."

Kyra segera maju, melepaskan lengan Arion. Ia menyilangkan tangannya, matanya memancarkan kecemburuan yang sengaja diperlihatkan.

"Jangan bohong, Kak Arion. Kau membelanya! Kau selalu membela Luna!" teriak Kyra, ia memainkan perannya dengan sempurna.

Luna, di sisi lain, menatap Danu dengan mata kosong, memeluk kotak musiknya erat-erat.

"Aku tidak mau sekolah. Aku hanya mau di sini. Aku mau Kak Arion menemaniku," bisik Luna, suaranya merengek.

Danu tersenyum tipis. "Astaga. Drama ini tidak pernah berakhir, ya, Ri? Luna, kamu harus nurut. Kyra, jangan cemburu begitu."

Danu melangkah masuk, melewati ambang pintu. "Aku datang bukan untuk drama ini. Aku datang untuk urusan yang lebih penting. Soal proyek kita di Bandung. Ayahmu meninggalkan beberapa dokumen penting di laci meja kerjanya. Aku butuh Kunci Utamanya."

Arion merasakan hawa dingin. Danu datang untuk Kunci Perak, kunci yang bisa membuka lemari rahasia Ayahnya, yang kini ada di saku Arion.

"Ayah tidak pernah memberitahuku soal itu," Arion membalas. "Bukannya kau yang selalu mengurus semua aset Ayah?"

Danu menghela napas, gesturnya tampak sabar. "Tentu saja, tapi ini dokumen pribadi, Ri. Aku tidak mau Ayahmu meremehkanku. Berikan kuncinya. Aku hanya akan mengambil dokumen proyek itu, tidak lebih."

Kyra maju lagi, menyambar lengan Arion, dan menyandarkan kepalanya di bahu Arion—sebuah gerakan kepemilikan.

"Kak Arion tidak akan ke mana-mana, Danu. Kak Arion harus menjemputku di kampus," ujar Kyra, menatap Danu dengan tatapan provokatif.

Danu menatap Kyra. Tatapannya bukan hanya kesabaran, tetapi juga penilaian yang tajam.

"Tinggalkan dia sebentar, Kyra. Ini urusan mendesak," Danu mendesak.

Tiba-tiba, Arion menyadari. Danu tidak datang untuk mengancam Arion. Danu datang untuk memastikan Arion adalah Jangkar yang tidak kompeten. Danu ingin melihat apakah Arion akan menyerah pada perintahnya, atau menyerah pada drama adik-adiknya.

Arion menarik napas, ia harus memilih salah satu.

Arion menatap Danu lurus di mata. "Aku tidak bisa memberimu kuncinya, Danu. Ayah memberiku tanggung jawab untuk melindungi rumah ini. Aku akan membuka lacinya, dan jika ada dokumen proyek, aku akan memberikannya padamu. Tapi kau harus menunggu di luar."

Danu menyeringai, senyum itu penuh kemenangan, bukan karena Arion menolak, tetapi karena Arion memberikan sebuah kompromi.

"Baik. Aku akan menunggu di luar. Tapi jangan sampai kau membuatku kecewa, Ri," ancam Danu.

Saat Danu berbalik dan melangkah keluar, Kyra dan Luna bersandar pada Arion. Mereka tahu, pertarungan pertama sudah dimenangkan.

Namun, di pergelangan tangan Luna, Gelang Perak itu tampak bergetar—sebuah getaran yang sangat halus, hampir tak terlihat, seolah ia bereaksi terhadap kehadiran Danu.

Episodes
1 BAB I: Pintu Sekolah yang Kacau
2 BAB II: Gelang Perak dan Batas yang Retak
3 BAB III: Panggilan Tengah Malam
4 BAB IV: Ukiran Kuno dan Kebenaran yang Terlarang
5 BAB V: Pencurian Kunci di Bawah Pengawasan
6 BAB VI: Tarian di Bawah Cahaya Kota
7 BAB VII: Rahasia di Balik Ukiran
8 BAB VIII: Kotak Penyimpanan dan Bukti
9 BAB IX: Janji Sang Jangkar
10 BAB X: Pengawas dan Jaringan Tersembunyi
11 BAB XI: Konfrontasi di Kafe Mata Air
12 BAB XII: Ujian Kesetiaan
13 BAB XIII: Malam Tanpa Lampu
14 BAB XV: Kunci Emas dan Peta Keterikatan
15 BAB XVI: Pengkhianatan Sang Pengawas
16 BAB XVII: Membangun Sangkar
17 BAB XVIII: Ujian Terakhir: Risa
18 BAB XIX: Kebenaran di Rekaman Terakhir
19 BAB XX: Retaknya Persatuan (Titik Balik
20 BAB XXI: Strategi Sang Pengawas
21 BAB XXII: Cincin di Jari
22 BAB XXIII: Jalan Menuju Markas
23 BAB XXIV: Mata Buta
24 BAB XXV: U-Turn dan Penguasa
25 BAB XXVI: Keputusan Sang Pengantin
26 BAB XXVII: Kunci Pematian
27 BAB XXVIII: Bebas dan Kejam
28 BAB XXIX: Konsekuensi Kebebasan Luna pergi.
29 BAB XXX: Pertaruhan di Puncak Menara
30 BAB XXXI: Pelarian di Bawah Sumpah
31 BAB XXXII: Safehouse Sang Mata Buta
32 BAB XXXIII: Perang Saudara
33 BAB XXXIV: Perahu Cadangan
34 BAB XXXV: Rencana Pertaruhan Ganda
35 BAB XXXVI: Perangkap Arsitek
36 BAB 36: PERANGKAP ARSITEK
37 BAB 37: KEMENANGAN YANG PAHIT
38 BAB 38: BISIKAN TAHANAN
39 BAB 39: MEMUTUS RANTAI PENG AWAS
40 BAB 40: TITIK BALIK II: PILIHAN ELARA
41 BAB 41: KONFRONTASI DI BAWAH TANAH
42 BAB 42: WARISAN SANG ANTITESIS
43 BAB 43: DILEMA SANG JANGKAR ABADI
44 BAB 44: SANGKAR YANG TERKUAK
45 BAB 45: PERUBAHAN ARUS
46 BAB 46: PERTARUNGAN DI BALIK LAYAR
47 BAB 47: PERSIAPAN UNTUK BADAI
48 BAB 48: BENTENG TERTINGGAL
49 BAB 49: TITIK AWAL YANG BARU
50 BAB 50: SANGKAR DAN SUAR
51 BAB 51: UJIAN API DI CAHAYA TENANG
52 BAB 52: JEJAK MENUJU GELAP
53 BAB 53: LOLOS DARI KEGELAPAN
54 BAB 54: KEPULANGAN YANG GETIR
Episodes

Updated 54 Episodes

1
BAB I: Pintu Sekolah yang Kacau
2
BAB II: Gelang Perak dan Batas yang Retak
3
BAB III: Panggilan Tengah Malam
4
BAB IV: Ukiran Kuno dan Kebenaran yang Terlarang
5
BAB V: Pencurian Kunci di Bawah Pengawasan
6
BAB VI: Tarian di Bawah Cahaya Kota
7
BAB VII: Rahasia di Balik Ukiran
8
BAB VIII: Kotak Penyimpanan dan Bukti
9
BAB IX: Janji Sang Jangkar
10
BAB X: Pengawas dan Jaringan Tersembunyi
11
BAB XI: Konfrontasi di Kafe Mata Air
12
BAB XII: Ujian Kesetiaan
13
BAB XIII: Malam Tanpa Lampu
14
BAB XV: Kunci Emas dan Peta Keterikatan
15
BAB XVI: Pengkhianatan Sang Pengawas
16
BAB XVII: Membangun Sangkar
17
BAB XVIII: Ujian Terakhir: Risa
18
BAB XIX: Kebenaran di Rekaman Terakhir
19
BAB XX: Retaknya Persatuan (Titik Balik
20
BAB XXI: Strategi Sang Pengawas
21
BAB XXII: Cincin di Jari
22
BAB XXIII: Jalan Menuju Markas
23
BAB XXIV: Mata Buta
24
BAB XXV: U-Turn dan Penguasa
25
BAB XXVI: Keputusan Sang Pengantin
26
BAB XXVII: Kunci Pematian
27
BAB XXVIII: Bebas dan Kejam
28
BAB XXIX: Konsekuensi Kebebasan Luna pergi.
29
BAB XXX: Pertaruhan di Puncak Menara
30
BAB XXXI: Pelarian di Bawah Sumpah
31
BAB XXXII: Safehouse Sang Mata Buta
32
BAB XXXIII: Perang Saudara
33
BAB XXXIV: Perahu Cadangan
34
BAB XXXV: Rencana Pertaruhan Ganda
35
BAB XXXVI: Perangkap Arsitek
36
BAB 36: PERANGKAP ARSITEK
37
BAB 37: KEMENANGAN YANG PAHIT
38
BAB 38: BISIKAN TAHANAN
39
BAB 39: MEMUTUS RANTAI PENG AWAS
40
BAB 40: TITIK BALIK II: PILIHAN ELARA
41
BAB 41: KONFRONTASI DI BAWAH TANAH
42
BAB 42: WARISAN SANG ANTITESIS
43
BAB 43: DILEMA SANG JANGKAR ABADI
44
BAB 44: SANGKAR YANG TERKUAK
45
BAB 45: PERUBAHAN ARUS
46
BAB 46: PERTARUNGAN DI BALIK LAYAR
47
BAB 47: PERSIAPAN UNTUK BADAI
48
BAB 48: BENTENG TERTINGGAL
49
BAB 49: TITIK AWAL YANG BARU
50
BAB 50: SANGKAR DAN SUAR
51
BAB 51: UJIAN API DI CAHAYA TENANG
52
BAB 52: JEJAK MENUJU GELAP
53
BAB 53: LOLOS DARI KEGELAPAN
54
BAB 54: KEPULANGAN YANG GETIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!