BAB II: Gelang Perak dan Batas yang Retak

Arion tidak pergi ke kantor. Ia tidak bisa. Pintu mahoni itu tertutup rapat, mengunci Arion bersama janji tak terucapkan yang baru saja ia buat: Aku tidak akan meninggalkan kalian dalam kegelapan.

Ia melepas jas dan dasinya, melemparkannya ke sofa. Pakaian yang melambangkan kontrol dan logika itu kini terasa seperti beban yang menyesakkan.

Keputusannya untuk tetap tinggal bukanlah kemenangan bagi Luna dan Kyra, melainkan sebuah kekalahan bagi dirinya sendiri—kekalahan rasionalitasnya melawan kekuatan emosional mereka. Ia harus melakukan apa yang diminta Kyra: mencari tahu.

Arion berjalan perlahan menuju lantai atas. Kamar Luna dan Kyra berdekatan, menciptakan zona kekuasaan mereka.

Arion mengabaikan kamar-kamar itu. Ia menuju kamar tidur utama, kamar yang ditinggalkan oleh Ayahnya dan Ibu tiri mereka, Elara. Ruangan itu dingin, sunyi, seperti museum tempat kenangan yang telah mati disimpan.

Arion pergi ke lemari pakaian besar Ayahnya. Ia mencari di sudut terdalam, tempat Ayahnya menyimpan barang-barang yang tidak ingin ia bagi. Arion menemukan sebuah kotak perkakas yang tua dan berdebu.

Di dalam kotak perkakas itu, Arion menemukan Kunci Utama yang telah ia cari: kunci perak kecil yang ia curi cetak birunya dari kamar Luna (Bab XIV, yang kini diintegrasikan). Itu adalah kunci yang sangat spesifik, dengan tiga alur dalam.

Arion menyadari bahwa kunci itu tidak berada di kamar Ayahnya, melainkan di kamar Luna. Itu berarti Ibu mereka, Elara, atau Luna sendiri, yang telah memindahkan kunci itu, menjaganya agar tetap dekat. Sebuah pergerakan yang disengaja.

Arion meninggalkan kotak perkakas itu. Ia tahu ia butuh konteks. Ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada mereka sebelum Ayahnya meninggal.

Ia berjalan kembali ke kamar tidurnya sendiri, mencoba menelepon kantornya untuk membatalkan semua jadwal, tetapi pikirannya terganggu.

Ia memandang lurus ke pintu kamarnya. Pintu itu terbuka sedikit.

Kyra.

Gadis itu berdiri di ambang pintu, bersandar di kusen, masih mengenakan kemeja Arion dan legging hitamnya. Ia tidak mengawasi Arion, melainkan menatap Arion dengan ekspresi yang sulit diuraikan—perpaduan antara kemenangan dan ketidakpastian.

"Kenapa Kakak tidak pergi?" tanya Kyra, suaranya pelan.

"Aku memilih untuk mencari tahu, Kyra," jawab Arion, nadanya dingin dan tenang.

Kyra berjalan masuk, menutup pintu. Kehadirannya seketika memenuhi kamar Arion, memutus ruang udara.

"Luna menangis di kamar. Dia pikir Kakak marah dan akan pergi selamanya," bisik Kyra, ia berjalan ke tempat tidur Arion, duduk di tepi ranjang.

"Kalian menggunakan tangisan sebagai senjata," Arion membalas, ia berdiri menghadap Kyra. "Itu tidak adil."

"Hidup tidak adil, Kak," Kyra mengangkat bahunya, senyum sinisnya muncul. "Luna butuh kepastian. Aku butuh kendali atas kepastian itu."

Kyra menunjuk pergelangan tangannya. Arion melihatnya. Kyra membalik tangannya, memperlihatkan garis luka di lehernya.

"Aku tahu Kakak melihat ini. Bekas luka ini," kata Kyra, nadanya berubah serius. "Ini bukan goresan, Kak. Ini adalah penanda dari masa lalu. Penanda bahwa kami tidak pernah benar-benar bebas, bahkan setelah Ibu membawa kami ke sini."

Arion melangkah mendekat. Ia menunduk, meneliti garis pucat dan lurus itu. Jantungnya berdebar. Itu bukan luka biasa.

"Apa yang terjadi, Kyra? Siapa yang melakukan ini?" desak Arion.

Kyra tidak menjawab. Ia meraih tangan Arion, menariknya agar Arion duduk di sampingnya.

"Kakak sudah tahu tentang gelang Luna. Gelang perak yang terkunci itu. Gelang itu adalah ikatan yang terpaksa. Selama itu ada, Luna terkendali. Dia tidak bisa menunjukkan semua yang ia rasakan. Dia hanya bisa manja," bisik Kyra, ia menyandarkan kepalanya di bahu Arion, gerakan yang begitu intim dan penuh arti.

Arion merasakan wangi strawberrynya meresap ke pori-porinya. Ia merasakan gejolak dalam dirinya—sebagian ingin mendorong Kyra menjauh karena batas etika, sebagian ingin memeluknya karena rasa kasihan. Inilah chemistry yang dilarang, yang membuat Arion merasa makin gila.

"Gelang itu adalah wadahnya, Kak. Dan aku..." Kyra mengangkat kepalanya, menatap Arion dengan mata hazelnya yang memohon. "Aku adalah kuncinya. Aku yang tahu bagaimana mengendalikan dia."

Kyra mencondongkan tubuhnya ke Arion, suaranya kini dipenuhi rasa cemburu dan posesif yang tak tertahankan.

"Kami tidak takut ditinggalkan Ayah, Kak. Kami takut ditinggalkan oleh Jangkar yang memilih kebebasan. Jangkar yang memilih wanita lain. Jangkar yang memilih Risa."

Kyra menyentuh bibir Arion dengan jarinya. "Kau sudah melihat kami menangis. Kau sudah melihat kami ketakutan. Sekarang, tunjukkan pada kami: apakah kau akan kembali ke kebebasan yang fana itu, atau kau akan tetap di sini, terikat pada kami, pada misteri yang tidak akan pernah kau pecahkan?"

Arion merasakan sentuhan Kyra di bibirnya, dan ia tahu, pengawasan Kyra terhadap emosinya lebih berbahaya daripada gelang apa pun. Ia tidak bisa berpikir logis lagi. Ia tidak bisa menahan chemistry yang beracun ini.

Ia menarik napas, matanya terkunci pada Kyra. Ia memiliki dua pilihan: melarikan diri, atau menyerah pada hasrat dan misteri yang berbau bahaya ini.

Arion perlahan mengangkat tangannya, dan memegang kepala Kyra.

"Aku akan tinggal," Arion berbisik, menyerah pada permainan berbahaya ini. "Aku akan mencari tahu. Dan kau akan membantuku."

Kyra tersenyum penuh kemenangan, senyum yang begitu manis hingga terasa seperti racun.

Episodes
1 BAB I: Pintu Sekolah yang Kacau
2 BAB II: Gelang Perak dan Batas yang Retak
3 BAB III: Panggilan Tengah Malam
4 BAB IV: Ukiran Kuno dan Kebenaran yang Terlarang
5 BAB V: Pencurian Kunci di Bawah Pengawasan
6 BAB VI: Tarian di Bawah Cahaya Kota
7 BAB VII: Rahasia di Balik Ukiran
8 BAB VIII: Kotak Penyimpanan dan Bukti
9 BAB IX: Janji Sang Jangkar
10 BAB X: Pengawas dan Jaringan Tersembunyi
11 BAB XI: Konfrontasi di Kafe Mata Air
12 BAB XII: Ujian Kesetiaan
13 BAB XIII: Malam Tanpa Lampu
14 BAB XV: Kunci Emas dan Peta Keterikatan
15 BAB XVI: Pengkhianatan Sang Pengawas
16 BAB XVII: Membangun Sangkar
17 BAB XVIII: Ujian Terakhir: Risa
18 BAB XIX: Kebenaran di Rekaman Terakhir
19 BAB XX: Retaknya Persatuan (Titik Balik
20 BAB XXI: Strategi Sang Pengawas
21 BAB XXII: Cincin di Jari
22 BAB XXIII: Jalan Menuju Markas
23 BAB XXIV: Mata Buta
24 BAB XXV: U-Turn dan Penguasa
25 BAB XXVI: Keputusan Sang Pengantin
26 BAB XXVII: Kunci Pematian
27 BAB XXVIII: Bebas dan Kejam
28 BAB XXIX: Konsekuensi Kebebasan Luna pergi.
29 BAB XXX: Pertaruhan di Puncak Menara
30 BAB XXXI: Pelarian di Bawah Sumpah
31 BAB XXXII: Safehouse Sang Mata Buta
32 BAB XXXIII: Perang Saudara
33 BAB XXXIV: Perahu Cadangan
34 BAB XXXV: Rencana Pertaruhan Ganda
35 BAB XXXVI: Perangkap Arsitek
36 BAB 36: PERANGKAP ARSITEK
37 BAB 37: KEMENANGAN YANG PAHIT
38 BAB 38: BISIKAN TAHANAN
39 BAB 39: MEMUTUS RANTAI PENG AWAS
40 BAB 40: TITIK BALIK II: PILIHAN ELARA
41 BAB 41: KONFRONTASI DI BAWAH TANAH
42 BAB 42: WARISAN SANG ANTITESIS
43 BAB 43: DILEMA SANG JANGKAR ABADI
44 BAB 44: SANGKAR YANG TERKUAK
45 BAB 45: PERUBAHAN ARUS
46 BAB 46: PERTARUNGAN DI BALIK LAYAR
47 BAB 47: PERSIAPAN UNTUK BADAI
48 BAB 48: BENTENG TERTINGGAL
49 BAB 49: TITIK AWAL YANG BARU
50 BAB 50: SANGKAR DAN SUAR
51 BAB 51: UJIAN API DI CAHAYA TENANG
52 BAB 52: JEJAK MENUJU GELAP
53 BAB 53: LOLOS DARI KEGELAPAN
54 BAB 54: KEPULANGAN YANG GETIR
Episodes

Updated 54 Episodes

1
BAB I: Pintu Sekolah yang Kacau
2
BAB II: Gelang Perak dan Batas yang Retak
3
BAB III: Panggilan Tengah Malam
4
BAB IV: Ukiran Kuno dan Kebenaran yang Terlarang
5
BAB V: Pencurian Kunci di Bawah Pengawasan
6
BAB VI: Tarian di Bawah Cahaya Kota
7
BAB VII: Rahasia di Balik Ukiran
8
BAB VIII: Kotak Penyimpanan dan Bukti
9
BAB IX: Janji Sang Jangkar
10
BAB X: Pengawas dan Jaringan Tersembunyi
11
BAB XI: Konfrontasi di Kafe Mata Air
12
BAB XII: Ujian Kesetiaan
13
BAB XIII: Malam Tanpa Lampu
14
BAB XV: Kunci Emas dan Peta Keterikatan
15
BAB XVI: Pengkhianatan Sang Pengawas
16
BAB XVII: Membangun Sangkar
17
BAB XVIII: Ujian Terakhir: Risa
18
BAB XIX: Kebenaran di Rekaman Terakhir
19
BAB XX: Retaknya Persatuan (Titik Balik
20
BAB XXI: Strategi Sang Pengawas
21
BAB XXII: Cincin di Jari
22
BAB XXIII: Jalan Menuju Markas
23
BAB XXIV: Mata Buta
24
BAB XXV: U-Turn dan Penguasa
25
BAB XXVI: Keputusan Sang Pengantin
26
BAB XXVII: Kunci Pematian
27
BAB XXVIII: Bebas dan Kejam
28
BAB XXIX: Konsekuensi Kebebasan Luna pergi.
29
BAB XXX: Pertaruhan di Puncak Menara
30
BAB XXXI: Pelarian di Bawah Sumpah
31
BAB XXXII: Safehouse Sang Mata Buta
32
BAB XXXIII: Perang Saudara
33
BAB XXXIV: Perahu Cadangan
34
BAB XXXV: Rencana Pertaruhan Ganda
35
BAB XXXVI: Perangkap Arsitek
36
BAB 36: PERANGKAP ARSITEK
37
BAB 37: KEMENANGAN YANG PAHIT
38
BAB 38: BISIKAN TAHANAN
39
BAB 39: MEMUTUS RANTAI PENG AWAS
40
BAB 40: TITIK BALIK II: PILIHAN ELARA
41
BAB 41: KONFRONTASI DI BAWAH TANAH
42
BAB 42: WARISAN SANG ANTITESIS
43
BAB 43: DILEMA SANG JANGKAR ABADI
44
BAB 44: SANGKAR YANG TERKUAK
45
BAB 45: PERUBAHAN ARUS
46
BAB 46: PERTARUNGAN DI BALIK LAYAR
47
BAB 47: PERSIAPAN UNTUK BADAI
48
BAB 48: BENTENG TERTINGGAL
49
BAB 49: TITIK AWAL YANG BARU
50
BAB 50: SANGKAR DAN SUAR
51
BAB 51: UJIAN API DI CAHAYA TENANG
52
BAB 52: JEJAK MENUJU GELAP
53
BAB 53: LOLOS DARI KEGELAPAN
54
BAB 54: KEPULANGAN YANG GETIR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!