Gara-gara lo sialan gue udah 10 lembar malah jadi 50 brengsek! — Kayla membanting pulpen ke meja, wajahnya memerah penuh amarah.
Suaranya cukup keras sampai membuat beberapa anak di perpustakaan melirik.
Makanya jangan macem-macem sama gue. — Axel mendelik tajam, nada suaranya rendah tapi penuh ancaman.
Kayla menendang kaki axel dari bawah meja."Gue ngga takut sama lo bajingan."
"Liat aja nanti hidup lo bakal kayak di neraka ganggu gue mulu dari dulu." Ucap axel tatapan nya tajam.
"Gue tunggu bangsat." Bisik kayla.
Mereka duduk saling berhadapan, hanya satu meja panjang yang memisahkan.
Tangan Kayla masih memar karena memukul Axel tadi di lapangan, sementara pipi Axel terlihat biru lebam bekas tamparan Kayla.
Suasana di antara mereka panas, namun tak ada pilihan selain fokus menulis hukuman sebelum jam istirahat kedua berakhir.
Kayla menulis dengan cepat, seolah ingin melampiaskan amarah lewat goresan pena. Axel, sebaliknya, menulis lambat sambil sesekali mendesah kesal.
Akhirnya Kayla yang lebih dulu selesai, ia bangkit dengan suara kursi berderit lalu keluar ruangan tanpa menoleh lagi.
Setelah menyerahkan tugasnya ke ruang BK, Kayla kembali ke kelas. Ia mengusap perutnya, wajahnya lelah.
"Lapar gue..." gumamnya lirih.
"Nih, tadi gue beliin jajan buat lo." Salsa tiba-tiba menyodorkan roti, senyumnya lembut.
Kayla menatapnya, lalu tersenyum tipis. "Thanks, Sa. Lo paling baik." Ia menerima roti itu dengan penuh syukur.
~~°°°°°°°°°~~
Jam pulang sekolah akhirnya tiba. Kayla dan Salsa berjalan menuju gerbang, namun langkah Kayla terhenti begitu melihat motornya.
Kedua ban motornya kempes, kering hingga tampak menempel ke tanah.
"Hah, sialan!" teriak Kayla, suaranya melengking penuh emosi.
Salsa menatap ban yang sudah hancur itu, tangannya bersedekap di dada. "Gila, si Axel dibiarin makin jadi."
Kayla menunduk, hampir menangis. "Gimana ini... males banget gue dorong motor..." suaranya bergetar, tubuhnya jatuh jongkok di samping motor.
Tak lama Putra muncul, wajahnya heran. "Kenapa lo, Kay?" tanyanya sambil mendekat.
"Ban gue... kempes dua-duanya, Put," jawab Kayla lirih, matanya berkaca-kaca.
Putra tanpa banyak bicara langsung memegang stang motor Kayla. "Ya udah, gue bantu dorong ke tambal ban."
Kayla menatapnya lega. Senyumnya kecil muncul di bibir. "Thanks, ya."
Mereka bertiga akhirnya berjalan pelan menuju bengkel.
Tapi sesampainya di sana, montir bilang ban motor Kayla sudah rusak parah. Ada robekan jelas bekas pisau.
Kayla menggenggam ban yang robek itu dengan erat.
Wajahnya berubah dingin, penuh dendam. "Liatin aja... gue kirim ini ke rumah lo," ucapnya pelan, tapi nadanya mengancam.
°°°°°°°°°°°°
Sore itu, Kayla datang ke rumah Axel. Tangannya membawa ban rusak sebagai bukti. Ia mengetuk pintu, wajahnya dibuat sedih.
"Eh, Kayla... ada apa?" Bu Ami, ibu Axel, membukakan pintu dengan senyum ramah.
"Bu, maaf... tapi Axel tadi ngempesin ban motor saya... pakai pisau. Saya pinjem dulu uangnya buat beli ban baru..." suara Kayla terdengar getir, seolah menahan tangis.
Bu Ami kaget, matanya melebar. "Astaghfirullah... anak itu... maafin Axel ya, Kayla. Berapa totalnya?"
"Empat ratus, Bu," jawab Kayla dengan wajah memelas.
Bu Ami langsung mengambil uang dari dompetnya dan menyerahkannya. "Ini, Neng. Maaf ya. Sekali lagi ibu minta maaf..." Ia bahkan mengelus rambut Kayla dengan penuh kasih.
Kayla tersenyum manis, lalu menyerahkan ban rusak itu. "Ini bukti, Bu."
Sepulangnya, Kayla menahan tawa sepanjang jalan. "Mampus lo, dimarahin bokap lo," katanya puas.
Dan benar saja. Saat Axel pulang, ayahnya sudah menunggu di sofa dengan wajah keras.
"Kamu ngempesin ban motor Kayla?" tanya ayahnya dengan nada dingin.
Axel terdiam.
"Kasihan Kayla... kok kamu gitu sama cewek?" tambah ibunya dengan nada kecewa.
"Uang jajan kamu dipotong. Buat ganti ban motornya!" ucap Herman, ayah Axel, dengan suara keras.
"Loh, kok gitu, Pah..." Axel mencoba membela diri, tapi ayahnya langsung membentak.
"Kamu bisa-bisanya ngerjain Kayla? Nggak malu sama papa Kayla yang sering nolongin kita?!"
Axel terdiam, rahangnya mengeras.
"Minta maaf! Kalau nggak, papa hukum kamu lagi!" tegas Herman.
Axel mendengus kasar. "Najis..." gumamnya, lalu masuk ke kamar dengan muka masam.
~~°°°°°°°°~~
Malam itu, Axel keluar lagi untuk merokok di depan rumah. Di sisi jalan, Kayla sedang nongkrong bersama Romi dan Revan. Tawa mereka terdengar keras.
"Lo ngadu apaan ke nyokap gue?" Axel tiba-tiba muncul, matanya tajam.
"Ngga ngadu apa-apa. Cuma minta duit ban aja," jawab Kayla santai sambil menghembuskan asap rokok.
Axel diam. Ia tahu Revan—sahabat Kayla—ada di situ. Anak itu terkenal berani, dan tak segan menghajar siapa pun yang berani nyakitin Kayla.
"Udah, lo ngerokok mulu... ayah lo ke sini mampus lo," ucap Revan, mengambil rokok dari tangan Kayla dan menghisapnya.
Kayla mendelik. "Bilang aja lo mau," ucapnya sambil terkekeh.
"Aww... pipi gue sakit..." Kayla mengelus pipinya.
"Kenapa lo?" tanya Revan.
"Di pukul orang," jawab Kayla singkat.
"Siapa yang hajar lo?" Revan langsung tegang.
"Tuh, lagi beli rokok..." Kayla menunjuk dengan dagu ke arah Axel.
Revan bangkit, matanya marah. "Lo pukul Kayla?!"
"Dia yang pukul gue duluan!" Axel membela diri.
"Dia yang nyiram gue pake air got!" Kayla menimpali cepat.
"Lo jangan gitu sama Kayla, Xel," Romi ikut berdiri, suaranya tajam.
Axel mendengus. "Gila, bodyguard-nya banyak si tai..."
Kayla cepat-cepat berdiri, menahan kedua temannya. "Udah, udah! Jangan ribut. Capek gue... di sekolah juga ribut mulu." Ia menarik tangan Revan dan Romi menjauh.
Axel pergi sambil menatap penuh ancaman.
Kayla duduk kembali, wajahnya dingin. "Kalian jangan macem-macem sama dia. Nyari kerja susah... cuma pabrik ayahnya yang bisa nerima karyawan cowok."
"Pabrik banyak, Kay. Jangan tergantung sama manusia kayak gitu," jawab Revan sambil memetik gitar.
"Iya sih... cuma jangan ikut-ikutan lah. Biar gue aja yang baku hantam sama dia di sekolah," Kayla terkekeh kecil.
"Nggak bisa gitu. Lo bonyok, kita maju," ujar Revan dan Romi hampir bersamaan.
Kayla menatap mereka berdua, tersenyum. "Ya udah... makasih. Gue balik dulu, ya." Ia melambaikan tangan dan berjalan pulang, meninggalkan malam yang masih panas dengan konflik.
~°°°°°°°°°°°°°~
Makasih udah baca sampe sini kasih semangat dong buat author pliss 😪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Rahma Rain
penasaran sama dua bocah ini kalo dua-duanya bucin
2025-10-15
0
Mutia Kim🍑
Makin menjadi-jadi mereka berdua ini. Saling balas dendam terus kapan baikannya, mana orang tua mereka mau nge jodohin mereka lagi😌🤣
2025-10-15
0
Wida_Ast Jcy
Hahahha... pandai bangeet bersandiwara ya🤭🤭🤭
2025-10-19
0