Aryo menelan kunyahan terakhirnya, kemudian meletakkan sendoknya. "Kalau begitu, mungkin kita harus keluar dari sini dulu. Mungkin udara segar bisa membuatmu merasa lebih baik."
Aryo membayar makanan dan mengajak Melati keluar dari restoran. Di luar, Melati mengambil napas dalam-dalam, berharap bahwa udara segar bisa membuatnya merasa lebih baik.
“Bagaimana sekarang?”
“Masih tercium, meski tak sekuat di dalam sana. Ini aneh, tapi aroma ini seakan mengikutiku sejak di lobi rumah sakit,”
“Kalau begitu, buat kuperiksa tasmu, kali aja ada sesuatu yang tak sengaja terbawa.”
Namun keduanya tak menemukan apapun yang mengeluarkan aroma seperti yang dideskripsikan Melati. Karena merasa lelah, Melati kemudian duduk begitu saja di tepi trotoar.
"Sebenarnya aku tak yakin, tapi setelah melihatmu sekarang, rasanya tak tega membiarkanmu tidur di jalanan, untuk sementara tinggallah di rumahku, nanti kubantu cari pekerjaan."
Meski sangat canggung, Aryo yang usianya terpaut tiga tahun diatas Melati pun akhirnya merasa kasihan dengan juniornya itu. Mereka mulai dekat sejak berada di camp pelatihan semasa mereka masih aktif sebagai atlet, meski berbeda cabang olahraga.
Melati terkejut dengan tawaran Aryo, tapi dia juga merasa sangat bersyukur. Dia memang tidak punya tempat tinggal dan uangnya hampir habis. "Terima kasih, Aryo. Aku sangat berterima kasih," kata Melati dengan suara yang lembut dan canggung.
Aryo memalingkan pandangan ke arah lain, "Tidak perlu berterima kasih, Mela. Aku hanya ingin membantu. Kita sudah lama kenal, dan aku tahu kamu bukan orang yang jahat, seperti tuduhan itu."
Keduanya pun bergegas menuju ke tempat tinggal Aryo, sebuah perumahan yang cukup asri. Melati merasa sedikit takut, tapi Aryo meyakinkannya bahwa dia akan aman di sana.
"Tidak perlu sungkan, sementara kamu tak punya uang, kamu harus membersihkan rumah ini sebagai ganti uang sewa, nanti jika sudah punya uang, kau harus bayar sewa padaku, atau setidaknya cari tempat tinggal sendiri. Terserah kau saja, pilih yang mana," ucap Aryo begitu canggung lalu mengantar Melati ke salah satu kamar.
"Kamu hanya berkuasa di satu ruangan ini, ubah dan aturlah sesukamu, ini bekas kamar adikku. Kalian sama-sama perempuan, aku rasa kamu akan lebih cocok dengan kamar ini dibanding dengan bekas kamar orang tuaku."
"Memangnya mereka pindah kemana?" tanya balik Melati.
"Jangan cerewet dan banyak tanya! Itu aturan pertama. Ah, sudahlah aku lelah, rapikan barang-barang mu, jika ada pakaian adikku yang muat untuk kau pakai, kau boleh mengambilnya sesukamu!"
"Apa itu tidak keterlaluan, bagaimana jika nanti —"
"Sudah kubilang jangan banyak tanya, dah sana, aku mau bikin teh,"
Melati merasa sedikit terkejut, namun seperti itulah Aryo yang dikenalnya, ia memutuskan untuk tidak membantah.
Melati mulai memperhatikan situasi kamar yang tak begitu luas itu. "Hm, lumayan juga," gumamnya kemudian membuka jendela dan membiarkan angin menerpa wajahnya.
Tak lama kemudian Aryo kembali dengan langkah tergesa. "Mela, aku harus keluar, ada sedikit masalah di bengkel, kemudian aku lanjut masuk kuliah, jadi mungkin akan pulang larut!" serunya lalu bergegas pergi.
"Hati-hati!" Bahkan Melati tak mendapatkan kesempatan menjawab, hanya menyerukan satu kata seraya menatap punggung Aryo yang berlari menjauh.
"Hmm... rumahnya besar juga, tapi sangat sepi," monolog Melati seraya menelisik ruang tengah yang memisahkan ruang tamu dengan dapur.
"Apa dia benar-benar tinggal sendirian?"
Melati menjelajah seisi rumah, menelisik ruangan demi ruangan, hingga ke belakang rumah, hanya ruangan dengan pintu tertutup saja yang tak diintip olehnya.
Setelah merasa cukup berpetualang, Melati duduk di ruang tengah, merebahkan tubuhnya di sofa lusuh, sepertinya itu adalah tempat favorit keluarga itu. Tanpa sadar, Melati pun terlelap dalam tidur.
.......
Hosh… hosh… hosh!
Melati berlari dengan napas terengah-engah, jantungnya berdebar kencang hingga terasa nyeri dan sesak. Setiap langkah kakinya terasa berat, tapi rasa takut yang menghantui membuatnya terus berlari tanpa henti. Dia tidak berani menoleh ke belakang, takut melihat sosok menyeramkan yang dia tahu sedang mengejarnya.
Gelap, asing, dan sunyi, Melati seakan berada di tempat yang tak pernah ia kunjungi sebelumnya. Tempat yang kosong, seperti tak berpenghuni, tak ada siapapun yang bisa menolongnya.
Bayang-bayang gelap di setiap sudut jalan membuatnya semakin panik, dan suara langkah kaki yang terdengar semakin mendekat, membuatnya berlari lebih cepat. Tiba-tiba, dia merasakan ada yang menarik rambutnya.
"To...tolong!" pekiknya tercekat, seakan sesuatu yang padat tiba-tiba menyelinap merangsek masuk ke dalam tenggorokannya, begitu menyakitkan seakan seluruh tulang di tenggorokannya akan patah.
Melati memegangi lehernya, menahan rasa sakit seakan tercekik dari dalam, seperti seseorang tengah memaksa memasukkan benda padat itu ke dalam tenggorokannya yang kecil.
“Sa… kit… to… long….”
Kekuatannya semakin melemah, Melati merasakan napasnya semakin pendek, seluruh tubuhnya telah basah oleh keringat dan penglihatannya mulai kabur. Dia berusaha menggapai sesuatu, apa saja, untuk melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, tapi tangannya hanya menggapai udara kosong.
Suara napasnya yang tercekat dan terengah-engah semakin lemah, seakan-akan hidupnya sendiri mulai terhisap habis. Dalam kepanikannya, Melati mendengar suara bisikan terdengar rendah di telinganya.
"Kau tidak akan pernah bebas..." Suara itu samar-samar, tapi membuat bulu kuduknya merinding. Melati merasa ada yang menariknya lebih dalam ke dalam kegelapan, dan segala sesuatu mulai memudar.
........
Melati terbangun dengan terkejut, napasnya terengah-engah seakan masih tercekik. Dia melihat sekeliling, kemudian baru menyadari bahwa ia masih berada di ruang tengah rumah Aryo.
'Apa yang baru saja terjadi? Kenapa aku sering bermimpi aneh akhir-akhir ini!' pikir Melati mencoba mengatur napas untuk menenangkan diri, tapi tidak bisa menghilangkan rasa takut yang masih menghantui pikirannya.
Dalam ketakutannya itu, tiba-tiba melati mendengar suara yang familier di telinganya. Suara bola pingpong yang memantul lalu berakhir menggelinding di lantai.
Bulu kuduknya merinding ketika dia mendengar suara itu, perasaan aneh kembali muncul. Dia terperanjat bangkit untuk mencari dari mana suara itu berasal.
Melati melihat ke arah kamarnya. ‘Ap-apa yang kudengar ini tidak salah?’ pekiknya berusaha lalu berjalan perlahan dengan kedua kaki yang masih gemetar.
Pintu kamarnya terbuka, ia mendapati resleting tasnya juga terbuka. Melati merasa semakin terkejut ketika dia menyadari bahwa bola pingpong yang dia simpan di dalam tas mungkin telah keluar dan menggelinding bebas.
"Apa itu mungkin?" pikirnya. "Bagaimana mungkin bola pingpong yang kusimpan di dalam tas menggelinding bebas seperti memiliki kemauan sendiri?"
“Ah, aku rasa itu hanya kebetulan, mungkin aku memang lupa menutup resleting tas dengan benar.”
Tak ingin semakin membebani pikirannya sendiri, Melati tertawa keras, menertawakan ketakutannya sendiri yang aneh. “Sepertinya ku sudah mulai gila, memikirkan hal-hal tak masuk akal.”
Melati bangkit, berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air putih. Kemudian, tatapannya tertuju pada foto keluarga yang dipajang di salah satu dinding di ruang makan. “Penempatan foto yang agak berbeda dengan keluarga pada umumnya. Orang-orang biasanya akan menyimpan foto keluarga di ruang tengah, tapi… ah, sudahlah, bukan urusanku juga.”
Melati mengambil air putih, lalu menenggaknya seraya menatap foto itu lebih dekat. “Mereka sangat mirip,” gumamnya, “Aku rasa kamu adiknya Aryo, maaf ya kamarmu aku tempati, dimanapun kamu berada, semoga kamu baik-baik saja,” monolognya menatap intens pada foto gadis yang tampak seusia dengannya, mengenakan dress sederhana berwarna peach.
Melati masih memperhatikannya foto itu, “Ah, sepertinya kita sedikit mirip, selain postur tubuh kita, aku rasa kita sama-sama punya lesung pipi, hanya saja punyaku tak sejelas milikmu. Wah pasti seru jika suatu saat kita bertemu!”
Tiba-tiba Melati kembali mencium aroma yang membuatnya tak nyaman. Wewangian yang lebih seperti aroma tentang alam lain dan kematian.
...****************...
Bersambung....
Lambat banget ya alurnya, sangat membosankan?🤣
Kupikir akan menyajikan sesuatu dengan lebih detail, semoga kalian suka. Jika tidak, ya beginilah, author masih terus berproses untuk menemukan mana yang pas.🥴
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
aku curiga sama Aryo.... jangan-jangan adiknya Aryo ini sudah meninggal ya. ...? dan kematiannya ada kaitannya denga Mela ataupun Laila...
2025-10-07
3
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
pasti Aryo menyimpan sesuatu nih...
2025-10-07
3
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕
hayooo ini kok serem amat dehh
kira2 oada kmn yaa keluarga aryo
2025-10-09
2