Langit sore di Bandara Soekarno-Hatta berwarna keemasan, memantulkan sinar matahari yang lembut pada kaca-kaca besar terminal keberangkatan internasional. Di antara lalu-lalang penumpang, aroma parfum mahal bercampur dengan suara pengumuman keberangkatan yang menggema lembut.
Siluet seorang wanita melangkah anggun keluar dari pintu kedatangan internasional. Rambut hitam bergelombangnya jatuh terurai lembut hingga punggung, bergerak mengikuti setiap langkahnya yang mantap.
Kinara Zhao Ying atau kini lebih dikenal dengan nama profesionalnya, Dokter Zao, dokter ahli sekaligus ilmuwan medis yang reputasinya sudah mendunia, baru saja kembali ke Indonesia setelah enam tahun menetap di Hongkong.
Di sisi kirinya, berjalan seorang bocah laki-laki tampan berusia sekitar lima tahun. Rambutnya berwarna cokelat gelap, mata tajam seperti batu safir, dan langkahnya begitu percaya diri meski tubuhnya mungil.
Dia mengenakan kemeja putih dengan celana hitam kecil, dan kacamata hitam yang membuatnya terlihat seperti model kecil yang turun dari majalah mode anak, dia Ethan Zhao Ying.
Anak itu berjalan tegap, menenteng tas kecil di bahunya sambil menatap sekeliling dengan ekspresi kritis khas bocah cerdas. Dia menoleh ke arah ibunya yang sibuk menatap papan kedatangan.
“Mommy,” panggilnya dengan suara jenaka. “Apa kita akan menemukan suami untuk Mommy di sini?”
Pertanyaan itu langsung membuat langkah Kinara terhenti. Orang-orang di sekitar yang sempat mendengarnya menoleh penasaran, sebagian tertawa kecil. Kinara menatap putranya dengan ekspresi setengah kaget, setengah geli.
“Oh, Astaga, Ethan! Fokus, Sayang!” katanya sambil menunduk, membenarkan topi kecil di kepala anaknya.
“Kita ke sini untuk tugas, bukan cari suami!”
Ethan mengerucutkan bibirnya, wajahnya merengut dengan lucu.
“Tapi Mommy selalu sendirian, Ethan cuma mau Mommy bahagia.”
Kinara menatap bocah itu lama, senyum lembut terbit di sudut bibirnya.
“Mommy sudah bahagia, Sayang. Mommy punya kamu.”
Anak itu mendengus, tapi akhirnya tersenyum kecil juga, mereka melanjutkan langkah. Semua mata yang mereka lewati memandang kagum, kombinasi elegan seorang wanita cantik dan anak laki-laki tampan itu menciptakan pemandangan yang terlalu memukau untuk diabaikan.
Namun di balik senyum tenangnya, masih tersimpan rahasia yang hanya dia dan Tuhan yang tahu, asal-usul Ethan. Setelah tiba di lobi bandara, Kinara memeriksa ponsel dan mendesah pelan.
“Astaga, Mommy lupa berkas penelitian itu di ruang pengambilan bagasi,” gumamnya dengan sedikit panik.
Ethan menatap ibunya dengan mata besar. “Mommy mau ambil dulu?”
“Iya, Sayang. Kamu tunggu di ruang tunggu VIP, ya. Jangan ke mana-mana.”
“Baik, Mommy.” Ethan mengangguk patuh.
Kinara berjongkok, membenarkan kerah bajunya, lalu menatapnya serius.
“Jangan bicara dengan orang asing.”
Ethan mengangkat alis, menatap ibunya dengan gaya sok dewasa.
“Mommy, aku bukan anak kecil lagi, aku bisa jaga diri.”
Kinara tertawa kecil, mencium dahinya, lalu berbalik pergi. Gaun panjangnya bergoyang ringan seiring langkahnya yang anggun menjauh di antara kerumunan.
Di sisi lain bandara, Arvino Prasetya baru saja turun dari pesawat jet pribadinya. Enam tahun berlalu, dan pria itu tampak semakin berkarisma.
Rambutnya sedikit lebih panjang, wajahnya lebih dewasa, tapi auranya tetap sama, dingin, berwibawa, dan penuh kendali. Setelan abu-abu tua menempel sempurna di tubuhnya yang tegap, mencerminkan citra CEO kelas dunia.
Di belakangnya, Zaki, asisten setia yang kini berusia lebih matang, berjalan membawa berkas-berkas penting.
“Selamat datang kembali di Jakarta, Tuan Arvino,” ucap Zaki dengan sopan.
Arvino mengangguk singkat. “Aku sudah dua bulan tidak menginjakkan kaki di kota ini.”
“Banyak yang berubah, Tuan. Termasuk rumah sakit utama Prasetya Group yang Anda bangun enam tahun lalu. Sekarang mereka kedatangan dokter ilmuwan baru dari Hongkong. Namanya Dokter Zao. Semua orang membicarakan kecerdasannya.”
Arvino menoleh sekilas.
“Dokter Zao?”
“Iya, Tuan, katanya wanita muda, sangat berbakat. Bahkan mampu menemukan metode terapi genetik baru. Dokter Zao, bisa untuk Dokter pribadi Tuan Besar,"
Arvino tidak terlalu memedulikan. Dia hanya mengangguk datar dan terus berjalan. Namun langkahnya tertahan ketika mereka tiba di ruang tunggu utama bandara.
Di sana, seorang bocah laki-laki tengah duduk di kursi kulit, kakinya disilangkan santai, wajahnya disembunyikan di balik kacamata hitam. Bocah itu terlihat seperti miniatur pria dewasa.
Namun begitu Arvino lewat, bocah itu menoleh dan sesuatu di dalam dirinya bergetar tanpa alasan. Ethan menatap pria itu lama. Sesuatu dalam dirinya berbisik pelan, seperti insting anak kecil yang tak bisa dijelaskan. Dan tanpa berpikir panjang, bocah itu berlari.
“Daddy!” teriak Ethan sambil memeluk paha pria dewasa itu kuat-kuat. Langkah Arvino langsung terhenti. Zaki membelalakkan mata, hampir menjatuhkan berkas di tangannya. “A-Apa?!”
Semua orang di sekitar menatap ke arah mereka. Arvino menunduk kaget, seorang bocah kecil berwajah tampan kini sedang menempel di kakinya, memeluknya dengan ekspresi gembira seolah benar-benar menemukan ayah kandungnya.
Zaki segera melangkah maju dan mencoba melepaskan tangan kecil itu.
“Nak, kau salah orang! Ini bukan ayahmu! Ini Tuan Arvino, bosku!”
Namun Ethan justru semakin erat memeluk. “Tapi dia mirip Daddy yang Mommy ceritain!”
Zaki terdiam, antara ingin tertawa dan bingung.
“Oh Tuhan, anak ini...”
Arvino berjongkok perlahan, menatap wajah bocah itu dari dekat. Dan di detik itu, dunia di sekeliling mereka seperti berhenti. Ada sesuatu dalam mata anak itu, bening, dalam, dan berwarna sama persis dengan matanya sendiri. Bibir mungil, rahang kecil, bahkan cara ia mengerutkan dahi, Arvino terpaku. Seolah menatap cermin kecil dari masa lalu yang tak pernah ia tahu.
“Nak…” suaranya berat.
“Siapa namamu?”
Bocah itu tersenyum bangga, menurunkan kacamatanya.
“Ethan, Ethan Zhao Ying.”
Nama itu menghantam dada Arvino seperti petir di langit tenang.
Zaki memucat. “Z-Zhao Ying?”
Arvino menatap bocah itu lebih dalam.
“Kau bilang … Mommy-mu siapa?”
Ethan tersenyum kecil, tanpa ragu menjawab, “Mommy-ku Dokter Kinara Zhao Ying. Tapi semua orang panggil Mommy Dokter Zao. Mommy itu cantik banget, pintar banget, dan paling keren di dunia.”
Zaki spontan menatap Arvino, tapi pria itu tetap diam. Pandangannya tak bisa lepas dari bocah itu.
"Apa bocah ini anak Dokter Zhao? Tapi menurut berita, Dokter Zhao belum menikah," bisik Zaki, kening Arvino berkerut.
Ethan tiba-tiba menatap Arvino dengan serius.
“Tuan Arvino, you single?”
Pertanyaan itu disampaikan dengan ekspresi polos dan wajah yakin. Beberapa orang di sekitar nyaris tertawa menahan suara. Zaki buru-buru menutup mulutnya, berusaha menjaga sopan santun, tapi gagal menahan senyum.
“Anak ini … luar biasa berani.”
Arvino menaikkan satu alis.
“Dan kalau aku single?”
Ethan tersenyum lebar.
“Ayo menikah dengan Mommy-ku! Mommy cantik, pintar, berkelas, dan Mommy bisa membiayai kamu seumur hidup!”
Zaki tertawa kecil kali ini, tak bisa menahan diri.
“Tuan, baru kali ini ada yang ingin membiayai Anda.”
Bahkan Arvino tersenyum tipis, senyum pertama yang muncul di wajahnya setelah sekian lama. Dia menatap bocah itu dengan rasa penasaran yang tak bisa ia pahami. Ada kehangatan aneh di dadanya yang sudah lama ia lupakan. Dia berjongkok lebih dekat, mengelus lembut rambut Ethan.
“Mommy kamu pasti wanita yang luar biasa.”
“Mommy paling hebat di dunia!” jawab Ethan cepat, penuh keyakinan.
Arvino menatap bocah itu lama, seolah ingin mengukir setiap detail wajahnya. Namun sebelum ia bisa bicara lebih jauh, sebuah suara lembut tapi tegas terdengar dari kejauhan.
“Ethan!”
"Sayang! Ethan!"
Ethan langsung menoleh, wajahnya berubah canggung.
“Uh oh…”
Dari arah koridor, seorang wanita berjalan cepat mendekat. Rambutnya berkilau di bawah cahaya, langkahnya elegan, matanya tajam tapi lembut. Arvino mendongak, dan waktu seakan berhenti.
“Mommy…” suara Ethan lirih. “Aku sudah ketemu calon suami untuk Mommy.”
Kinara tertegun, sementara tatapan Arvino tak bergeser sedikit pun dari wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
sum mia
cepet banget thor...udah enam tahun aja . maaf coment dulu sebelum baca . dan baca setelah sholat magrib .
dan aku berharap Savira belum nikah sama Arvino karena Arvino belum cinta sama Savira .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
2025-10-04
6
sum mia
waaahhh.... Ethan pinter banget cari calon suami buat mommy nya . dan kepolosan bocah kecil yang mengagumkan sekaligus menggelikan .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
2025-10-04
2
Esther Lestari
Sudah 6 tahun saja...
Apa kabar ulet bulu Savira....semoga belum menikah dengan Arvano.
Ethan kamu pinter sekali mau cari suami buat mommy😄
2025-10-06
1