Karena tidak menemukan apapun dalam radius 1000 km dari markas! Patroli gabungan diperluas hingga 4000 km jauhnya.
Tidak hanya meliputi jalur udara! Jalur darat, dan jalur dalam tanah, juga dikerahkan, agar tidak terlewat satu titik pun.
Namun, seberapa keras mereka mencari keberadaan Monster dan mutan! Hanya satu yang ditemukan di planet Sahara sejauh ini. Yaitu, mutan yang telah dihabisi oleh sang komandan ... Mutan yang diam-diam masuk ke kamarnya.
Menurut rumor yang beredar, mutan itu adalah kiriman orang-orang federasi yang ingin menghabisi komandan mereka.
Tapi sayang! Sang mutan bukanlah tandingan Belian Lynks, si pembasmi yang terkenal dari bintang Calamitas ini.
Ya! Mutan itu telah dihabisi.
.....
"Uhhh ... cegal na badan Bonbon...."
Dave tersenyum dan terus mengguyur air diatas daun Bonbon.
melihat si kecil yang tampak lega, kepuasan tersendiri timbul dalam hati sang chief.
"Apakah tambah lagi?" tanya Dave saat air dalam wadah kecil habis.
"Umm umm ... cikit lagi. Maci kulang ini ail na." Bonbon menjawab antusias dengan ujung daun mengagguk cepat.
lagi dan lagi, Dave terkekeh ... sebelum menuangkan setetes cairan berwarna biru dari kapsul ke wadah ... dan segera, air kembali terisi penuh.
"Uhhhh ... ail puna dep na lebih cegal dali puna Belian. Bonbon cuka ail cepelti ini!" Berseru senang, akar sang rumput bekerja ... tidak menyisakan satu tetes pun untuk tanah.
"Haha, baguslah kalau kamu suka," Dave menyentuh ujung daun Bonbon lagi, kemudian duduk sambil menopang dagu terlihat santai menikmati aktivitas kecil ini.
Siapa yang menyangka, Mutan juga memiliki sisi imut yang membuat siapapun gemas.
Mungkin ini kenikmatan yang dirasakan manusia zaman bumi kuno, dalam membesarkan tanaman.
"Tapi ... kurasa hanya Bonbon. Tidak akan ada mutan didunia ini, yang seperti ... dia," ujar Dave sambil mengalihkan tatapan ke layar komputer didepan.
Dimana pada layar pintar, tercetak kata 'punah' yang diwarnai dengan warna merah.
Dan dibelakang kata itu! Gambar rumput air biru terpampang jelas, menimbulkan kerutan diantara alis Dave.
"Dep! Manak lagi dep na puna ail cepelti ini," tanya Bonbon setelah puas disiram.
"Kalau manak, minta Bonbon cikit lah. Bonbon mau kaci Mama. Pacti Mama cama codala na Bonbon, cuka laca ail na!"
Dan sekarang, Dave entah mengapa bisa melihat jempol yang diacungkan oleh si kecil?
"Oh, ya ... ekhem, maaf Bonbon. Itu ...." Dave ingin menolak permintaan sang rumput, tapi, begitu melihat ujung daun yang tadi tegak namun kini terkulai layu, Dave menelan kata-kata penolakan.
"Ya! Aku punya banyak air seperti ini," ucap Dave cepat sambil membetulkan kacamata.
Segera daun Bonbon terangkat keatas, tampak lebih bersemangat.
"WAAA ... boleh Bonbon na minta cikit kan dep?" tanya sikecil lagi memastikan.
Ayolah, siapa yang bisa menolak permintaan dari si imut, yang memiliki suara cadel susu ini? Kalau ada, itu bukan Dave.
"Mnn ... tentu saja boleh," jawab Dave dengan senyum lembut.
"Macici dep na! Celakang, kita manteman."
Ujung jari Dave digulung oleh sehelai daun, sebagai ungkapan terimakasih dari si kecil.
Momen manis dan hangat, Dave yang merasakan ini! Benar-benar paham sekarang, apa arti dari kata 'hati yang meleleh', sebab dia merasakannya sekarang.
Tapi, momen itu tidak bertahan lama. Sebab, dari komputer kanan atas, terlihat beberapa mobil melayang mulai memasuki markas. Ini berarti para prajurit telah kembali dari patroli.
Dan saat Dave melihat jam digital yang menunjukkan angka 1.45! Dave hanya bisa menghela nafas, merasa tidak adil dengan waktu.
"Mengapa hari berlalu begitu cepat saat aku bermain bersamamu," gumam Dave sedikit kesal, sebelum berdiri dari tempat duduk kemudian mengambil pot kecil diatas meja.
"Mau mana celakang? Main tempat lain kita!?" Rumput kecil bergoyang kekanan dan kekiri, menatap tidak sabar pada pintu baja otomatis yang mulai terbuka.
Sudah dua Minggu sejak kejadian Bonbon mengamuk di markas, dan karena itu ... satu orang diantara orang-orang kepercayaan Belian, harus tinggal menjaga rumput ini.
Jadi, Bonbon yang sering berpindah-pindah tempat ... sudah punya ingatan kapan dan dimana, dia akan bermain dengan teman kambing lainnya.
Oh, tidak. Kambing ini bukan kambing yang dulu mamanya pernah sebutkan. Mereka manusia, dan manusia ... tidak memakan rumput.
Hal ini tentu saja membuat Bonbon senang! Ternyata yang menampungnya bukanlah seekor predator rumput, melainkan makhluk yang menyayangi tanaman kecil seperti dirinya
Ya! Inilah yang dijelaskan oleh Belian, Dave, Leonore, dan beberapa orang kepercayaan Belian, pada si rumput polos.
"Mengapa kalian cepat sekali kembali?" Dave bertanya setelah memasuki ruangan khusus. Disana, telah ada beberapa orang yang menunggu tidak sabar kedatangan Dave. Atau lebih tepatnya, rumput yang tersembunyi dibalik jubah panjang sang chief.
"Cepat? Apa chief bercanda? Ini adalah waktu terlama menurutku!!"
"Dimana bayi mutan kecilku. Kesini Bonbon, lihat ... kakak cantik membawakan sesuatu untukmu!"
Seorang wanita dengan rambut blonde kepang dua, berjalan riang mendekati Dave. Ditangan wanita itu, terlihat tanaman kaktus bulat kecil tanpa duri.
"Viola! Bonbon tidak memakan kaktus. Dan lagi berhenti membawa tanaman kemarkas. Bagaimana nanti jika dia berubah menjadi mutan? Kalau manis seperti Bonbon, itu bagus, tapi, kalau berbahaya seperti mutan lainnya ... maka kamu membawa petaka bagi kita semua!"
berbicara panjang lebar sambil memegang buku bertuliskan filsafat hidup! Wanita yang berdiri didepan balkon, lalu berjalan kearah tempat duduk ... menatap datar si wanita blonde.
"Haiss, kita tidak akan tau kalau tidak mencoba, mayor. Aku sudah mengidentifikasi kaktus ini, dia hanya tanaman biasa dan tidak akan menjadi mutan. Dan lagi ... mutan juga memangsa tanaman lainnya, Bonbon juga pasti sama, kan!" seru Viola dengan mata berbinar menatap Bonbon.
Viola yang berharap bisa melihat cara rumput kecil itu makan! Malah mendapati ujung daun Bonbon yang menggulung.
"Viloa! Mana dapat ijau ijau na?" tanya Bonbon dengan nada menuduh plus kesal.
"Jauh dali Bonbon. Ndak cantik bentuk na. Ijau, bulat, kicil ... iyuuuuu ...."
Viola terdiam, begitupun semua orang. Baru saja, mutan ini berkata jijik pada tanaman lain?
"B-bonbon! ini namanya kaktus. Lihat! Dia juga spesies dari bumi kuno, sama sepertimu." Viola mencoba mendekatkan kaktus kecil pada si rumput lagi, dan saat itulah ... pot yang berada di telapak tangan Dave berputar, dengan daun biru yang menggulung hingga menyentuh akar.
"Ndak enak, Ndak cantik! Janan dekat cama Bonbon lagi."
Penolakan yang begitu kentara, membuat Leonore yang menonton ini dari samping tertawa melihat wajah kaku Viola.
"Jauhkan kaktus gurun itu darinya. Bonbon tidak memakan tanaman, dia hanya membutuhkan air." Dave mengusap daun Bonbon yang menggulung, lalu berjalan melewati Viola ... dan meletakkan pot kecil diatas meja ditengah-tengah ruangan.
Tim yang dipimpin oleh Belian belum sampai ke markas, jadi yang ada disini hanya teman-teman seperjuangannya saja. Bonbon yang kembali tegak, memperhatikan sekitar mencari sosok yang paling dikenalnya itu.
"Komandan sebentar lagi akan kembali, bersabarlah," ujar Prizil, wanita berambut pendek dan berwajah datar ... yang selalu memegang buku ditangan.
Menganggukkan ujung daun, "Oo ... lom pulang Belian na." Lalu rumput kecil mencabut akar dari tanah, kemudian merangkak keluar dari pot.
"Pijil! Hali ni walna mata na tukal lagi, celakang melah, malen (kemarin) olen ...." Bonbon menunjuk mata yang sedikit tertutup diantara rambut Prizil, membuat wanita itu terkejut seblum tersenyum.
"Benarkah? Bukankah iris mata mayor Prizil selalu berwarna jingga terang?" Viola yang telah membuang kaktus kecil ketempat sampah, mendekati Bonbon dan ikut bergabung dalam percakapan.
"Ndak, hali ni mata pijil dah melah. Melah dali malen lagi, kalau Malen nama na olen!" seru Bonbon yakin, yang seketika membuat Dave langsung pergi kesamping Prizil.
"Masuklah keruang kesehatan nanti. Aku akan membicarakan cuti anda pada komandan," ucap Dave yang hanya bisa diangguki oleh Prizil.
"Baik, chief."
Ini adalah ruang pribadi mereka! Dan tidak ada prajurit berpangkat rendah yang bisa masuk kesini.
Prizil adalah veteran perang yang usianya dua kali lipat dari Belian. Saat dahulu bertarung melawan Mutan dan Monster tingkat tinggi! Prizil mengalami cidera serius yang mengakibatkan konsesi kekuatannya pecah.
Hampir menjadi manusia yang jatuh, tapi, berkat pengobatan luar biasa yang dijalani Prizil ... dia berhasil memulihkan sedikit jalur kekuatan itu.
Penurunan dari level SS ke level A pun tidak terelakkan, dan karena jasanya yang besar bagi galaksi ... Prizil tidak dikeluarkan dari militer setelah masa pemulihannya.
Dia ditempatkan di batalion lima, dan menjadi mayor sekaligus penasehat disana.
Perlu diketahui, semakin gelap warna mata seseorang ... berarti kekuatan dalam dirinya sedang mengalami fluktuasi, yang berisiko hancur dan menghilang dari tubuh.
Saat itulah seseorang disebut manusia yang jatuh! Manusia biasa tanpa kekuatan sedikitpun. Tidak bisa bergerak bebas, hanya berbaring ditempat tidur menunggu kematian.
Bonbon menyimak pembicaraan Dave dan Prizil. Rumput kecil ini tidak tau apa-apa tentang manusia, jadi dia hanya bisa melihat dan menganalisa ... menurut sisi pandang rumputnya.
"Pijil na cehat, Napa pigi luang cehat lagi?" tanya Bonbon tiba-tiba, membuat Dave dan Prizil saling tatap.
"Bukan apa-apa. Itu hanya untuk beristirahat sejenak," jawab Prizil sambil menutup buku, lalu menyentuh daun Bonbon.
Para manusia ini memiliki hobi yang sama! Yaitu, memegang, membelai, menyentuh daunnya ... itulah pikiran Bonbon setelah lepas dari tangan Prizil.
"Oo ... Pijil na nantuk? Nah, pijil. Bonbon pinjam lumah Bonbon na, macuk caja cana ... nanti pijil bica tidul tuh."
Mendorong pot kecil kearah Prizil! Bonbon mengizinkan sang mayor, untuk beristirahat dirumah sementaranya yang cukup nyaman itu.
Sekarang Prizil memiliki senyuman beku disudut bibir, sementara yang lain ... yang mendengarkan ini menahan tawa ditempat.
"Pfttttt ...." Leonore bahkan pergi ke balkon, lalu tertawa terbahak disana.
Sementara Prizil yang ditawari, hanya bisa menghela nafas kemudian mendorong pot kembali pada si pemilik.
"Tidak perlu, aku punya tempat istirahat ku sendiri." Berucap lembut, Prizil kembali mengelus daun Bonbon.
Kondisinya seperti ini karena bertarung mati-matian dengan monster dan mutan, tapi ... mutan kecil didepan, sama sekali tidak membuat Prizil dendam ataupun benci. Malahan, saat pertama kali Prizil diperlihatkan oleh Belian makhluk kecil itu ... yang ada hanya rasa ingin melindungi.
Lihatlah makhluk lemah itu, dengan suara susu cadel khas bayi ... siapa yang tidak ingin melindungi rumput yang berpikiran sederhana ini?
Ah, Prizil dan orang-orang didalam ruangan ini sepertinya telah lupa. Kejadian dua Minggu lalu, masih membekas diingatan para prajurit, tapi tidak bagi mereka.
percakapan terus berlanjut, dengan Bonbon yang berusaha membujuk Prizil agar beristirahat dalam pot kecil. Tapi Prizil, dengan waras menolak ... sambil tersenyum menatap wadah tanah yang hanya sebesar kepalan tangan.
Karena terlalu asik, mereka sampai tidak menyadari kehadiran Belian yang tampak mengerutkan alis didepan pintu.
Dave yang akhirnya sadar, langsung berdiri dan menyambut Belian.
"Selamat datang, komandan," ucap Dave tegas, membuat yang lain juga cepat-cepat berdiri.
"Tidak perlu salam militer, hanya ada kita disini," jawab Belian langsung pergi ke arah Bonbon, lalu duduk tidak jauh dari si kecil.
"Bagaimana kabarmu hari ini, hmmm? Apa menyenangkan bermain bersama mereka ...."
Belian mengatakan hal itu dengan ucapan penuh makna, sarat akan rasa cemburu melihat si kecil lebih dekat dengan yang lain.
"Mnn ... Dep kaci ail baguc cama Bonbon. Lebih enak dali ail puna na Belian!" seru si kecil, tanpa menyadari kalau perempatan imajiner muncul dikening sang komandan.
"Oh, ternyata begitu. Dia memberimu barang bagus, ehh ...." kali ini, tatapan tajam diarahkan pada Dave disamping. Dan yang di tatapi, hanya bisa menghela nafas siap menerima hukuman.
'Komandan, bukankah anda sendiri yang menitipkan Bonbon pada saya?'' batin Dave tidak habis pikir dengan komandannya ini.
"Komandan! Bagaimana penyelidikan anda? Apakah menemukan jejak mutan lainnya?" tanya Leonore berusaha mengalihkan pembicaraan.
Belian hanya menatapnya sekilas, sebelum menyandarkan punggung kesadaran sofa.
"Tidak ditemukan apapun! Baik bangkai, tulang belulang, zirah, ataupun batu elemen. Sudah dipastikan, planet ini telah terbebas dari mutan dan monster." Ucapan Belian membuat suasana yang tadi harmonis kini tampak kelam.
Bagaimana tidak! Federasi sudah memindai planet ini dengan satelit beberapa tahun lalu. Monster dan mutan tidak terhitung jumlahnya! Baik yang terbang diudara, berjalan diatas pasir ... hingga yang bersembunyi didalam tanah.
Kemana semua monster itu lenyap? Selain Bonbon ... dimana seluruh mutan mematikan berada!?
Hanya ada dua kemungkinan! Satu, Monster dan mutan telah berpindah ke planet asing. Tapi, bagaimana caranya? Apakah lubang cacing besar muncul di planet ini?
Dan yang kedua ... yang tidak ingin Orang-orang pikirkan yaitu! Ada makhluk level legendaris, yang memakan semua mutan dan monster tanpa menyisakan apapun.
"Tidak! Itu tidak mungkin, pasti yang pertama, kan?" Leonore yang memikirkan hal ini, merasa dingin di tulang punggung.
Tapi beruntung, hal itu hanya spekulasi saja dan belum terbukti. Haha ....
To be Continue ...
Selamat membaca bab 5. jangan lupa like, subscribe, dan tinggalin komentar ya 🙈 plus, kalau bisa kasih ulasan dan tekan bintangnya 🙈🙈 wkwkwk author ngelunjak😆
Pengenalan karakter :
Viola Robert.
Tiyas Prizil
Babay 👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Agung Akmal
nanti para mutan pergi karena bonbon
2025-10-08
0
Sadiah Sadiah
semangat ya bonbon 💪🤣
2025-10-09
0